Kisah Veteran di Palembang, Ikut Perang Hingga Lihat Mayat Terkapar (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Rupawi mau tak mau harus ikut perang melawan Negeri Jiran untuk merebut teritori. Dirinya mengaku tak bisa menolak perintah atasan. Sebab jika tidak mengikuti tugas negara, ancaman pelepasan jabatan menjadi risiko besar yang terpaksa ditanggung.
Bagi Rupawi, melepas anggota sebagai abdi negara menjadi hal berat kala itu. Karena ia baru meminang pujaan hati, Nurmila yang kini menjadi istrinya. Rupawi menikah pada 1964 dan mengemban tugas tentara sejak 1962. Sedangkan tugas perdana yang harus dirinya laksanakan adalah menetap di Kalimantan Barat.
"Saya dulu pertama tugas di Prabumulih, baru menikah saya harus meninggalkan 13 bulan keluarga untuk ikut melawan Malaysia. Jika saya tidak ikut, risiko dipecat dan saya tidak mau, tapi ada juga yang masuk penjara karena melanggar perintah komandan," ungkapnya.
Walau ia merupakan seorang tentara, faktanya menjadi veteran bisa berasal dari warga sipil. Asal mereka terlibat dalam perbantuan peperangan. Misal, warga yang bertugas menjadi kurir pengantar surat atau siapa saja yang berpartisipasi menjalankan keberhasilan perintah negara.
"Veteran itu bukan cuma pejuang kemerdekaan, ada banyak. Kalau pejuang kemerdekaan, mereka yang berperang era 45-49, pejuang sebelum orde baru dan kemerdekaan juga ada. Tapi generasi yang masih ada sekarang tinggal veteran pembela Trikora menghadapi musuh Belanda di Irian Barat, pembela Dwikora merebut Malaysia di Kalimantan Barat, dan pembela Seroja, serta petugas tim-tim menghadapi Portugis," jelas dia.