Ini Pesan Abi ke Pemuda, Honorer Abadi Pemandu Wisata Museum SMB II

Palembang, IDN Times - Tak banyak Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Palembang yang berkeinginan menjadi tourist guide (pemandu wisata) di tempat-tempat bersejarah, seperti di museum.
Sebaliknya, orang yang mau dan bertahan berpuluh-puluh tahun menjadi tourist guide tersebut justru muncul dari tenaga honorer.
Tourist guide itu bernama Abi Sofyan, yang tanpa terasa sudah 20 tahunan menjadi pemandu wisata di Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, Palembang. Beliau lah yang selama ini menemani pengunjung yang ingin menikmati suasana museum yang menyimpan sejarah, budaya Palembang, serta berbagai barang antik peninggalan jaman kolonial Belanda.
1. Berharap kerja di kapal luar negeri, malah berlabuh di museum

Abi, sapaan akrabnya, sangat terbuka kepada IDN Times saat diajak berkisah tentang dirinya. Meski raut wajah yang penuh keriput dan jalan yang sudah lambat, Abi tetap semangat menceritakan kisah masa mudanya, yang tak pernah patah semangat dan tidak mengenal lelah.
"Dulu sebelum di sini (Museum SMB II), waktu muda dan belum menikah inginnya saya bisa bekerja di kapal luar negeri, kapal yang banyak dikunjungi wisatawan dan berbagai turis di mancanegara karena sekaligus ingin melatih kemampuan bahasa inggris," ungkapnya mengawali cerita.
"Ternyata, jalan dan rezeki saya bukan untuk kerja di kapal, tidak ada lowongan sampai pada akhirnya saya bisa berada di museum dan menjadi guide untuk wisatawan," sambungnya.
2. Jualan pena di Pasar 16 Ilir berbahasa Inggris

Abi menuturkan, kemampuan Bahasa Inggris yang dia dapat saat ini, bukan didapat dari bangku sekolah, melain lewat bejalar secara otodidak. Karena, sebelum bekerja sebagai tenaga honorer di Dinas Pariwisata, dia keliling pasar untuk menjajakan pena yang dijualnya.
"Jaman Soeharto saya jualan pena di Pasar 16 Ilir dan berkeliling. Sampai akhirnya saya bertemu 12 orang asing. Saat itu, bahasa inggris saya seadanya. Itu bermula ketika ada orang asing bertanya satu lokasi, hingga pada akhirnya saya ikut mereka ke Jambi untuk ikut bekerja freelance. Dulu ke Jambi menggunakan transportasi hanya seribu seorang naik bus," tuturnya.
"Setelah bertemu dengan 12 orang asing, saya bekerja dan perlahan ikut pelatihan guide non class. Kemudian karena sering diucapkan dan terus belajar, Bahasa Inggris saya menjadi lancar. Selain berlatih, kemampuan bahasa saya ditambah dengan sering nonton film Jeky Chan," ujar pria asal Muarakuang, kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) itu.
3. Jadi tenaga honorer pada Disbudpar Palembang dari 1995 sampai sekarang

Ayah dari tiga anak ini melanjutkan, perjalanan hidupnya hingga menjadi tenaga honorer di Museum SMB II bermula karena ajakan mantan Gubernur Sumsel, Alex Noerdin yang kala itu menjabat Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Palembang.
"Saat itu saya sudah fasih Bahasa Inggris, kemudian ikut penataran belajar tentang sejarah dan hukum, singkat cerita saya dipertemukan dengan Pak Alex Noerdin tahun 1995 dan akhirnya saya diajak untuk menjadi honorer. Sekarang pun masih honorer karena selalu gagal ikut tes CPNS dan batas umur sudah lewat," ujarnya.
4. Bangun suasana like at home di Museum SMB II

Selama puluhan tahun setia menjaga Museum SMB II, Abi tak henti-hentinya menginformasikan semua tentang sejarah Kota Palembang kepada para wisatawan lokal maupun asing. Abi menciptakan suasana like at home kepada semua yang berkunjung ke museum untuk membuat mereka merasa nyaman.
"Buatlah wisatawan nyaman dan merasa betah seperti di rumah sendiri atau like at home. Karena untuk menjadi guide itu bukan mudah, banyak aturan yang harus kita berlakukan. Contohnya guide harus paham sapta pesona," ujar dia.
"Sapta pesona atau tujuh pesona itu untuk para wisatawan. Hal pertama, harus bisa memperkenalkan adat istiadat kita. Mulai dengan membangun rasa aman dan tertib. Ditambah menjaga kebersihan, lalu buatlah suasana menjadi sejuk indah dan berskiap ramah tamah, sehingga bisa menjadi kenangan tamu yang berkunjung," paparnya.
"Saya pesankan untuk anak generasi muda, jangan sampai lupa sejarah dan budaya. Karena itu merupakan identitas bangsa. Mulailah belajar bahasa asing sebagai modal berkomunikasi dengan orang luar," tandasnya.