ilustrasi komunikasi intrapersonal (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Emosi diekspresikan melalui dua cara, yakni secara verbal (kata-kata) dan non verval (raut wajah, ekspresi, gerakan). Ketika berinteraksi dengan orang lain, emosi akan terus muncul dan orang lain bisa menilai hal tersebut.
Emosi memiliki sinyal komunikatif yang membantu memecahkan masalah sosial dengan membangkitkan tanggapan dari orang lain, dengan menandakan sifat hubungan interpersonal, dan memberikan insentif untuk perilaku sosial yang diinginkan.
- Ekspresi emosional memfasilitasi perilaku tertentu yang dipersepsikan
Dikarenakan facial expression dari emosi adalah sinyal sosial universal, maknya tidak hanya tentang keadaan psikologis pengekspresi, tetapi juga tentang niat dan perilaku selanjutnya. Kemudian, informasi yang ditampilkan itulah yang bisa memengaruhi penerima ekspresi untuk dipersepsikan. Jika ekspresinya marah, orang-orang cenderung akan menghindar.
- Ekspresi emosional menandakan sifat hubungan interpersonal
Ekspresi emosional memberikan informasi tentang sifat hubungan di antara orang-orang yang berinteraksi. Beberapa pasangan yang telah menikah tidak bertemu selama 24 jam kemudian memulai percakapan intim, tetapi yang keluar malah ungkapan penghinaan. Percakapan tersebut mengindikasikan adanya ketidakpuasan dalam pernikahan, ungkap sebuah penelitian.
- Ekspresi emosional memberikan dorongan untuk perilaku sosial yang diinginkan
Emosi yang ditampilkan melalui ekspresi wajah adalah pengatur penting interaksi sosial. Sebagai contoh seorang anak-anak akan mencari informasi melalui orang sekitarnya untuk mengklarifikasi situasi, lalu menggunakan informasi tersebut untuk bertindak. Saat ekspresi wajah ibu marah, anak-anak akan cenderung menghindar.
Sejatinya emosi tak akan bisa lepas dari interaksi dengan orang lain dan diri kita sendiri dalam setiap aspek kehidupan. Pikiran, ingatan, hingga tindakan yang kita lakukan, selalu terintegrasi langsung dengan emosi.