[WANSUS] Kisah Mantan Napi Jadi Penulis: Hikmah dari Bilik Penjara

Apa jadinya jika niatan Mimin untuk bunuh diri dilakukannya

"Kalau bukan diri sendiri, siapa lagi?" kata Mimin Kristal ketika berniat jadi sosok yang lebih baik. Memiliki pengalaman pahit di balik jeruji besi selama lima tahun lebih, akhirnya ia berhasil keluar dari zona hitam. Mimin mencapai kesuksesan dengan rasa bangga menciptakan karya inspiratif.

Pria kelahiran 11 September 1993 ini bertransformasi menjadi seorang penulis novel dan karya fiksi. Kisahnya di penjara justru memberikan kekuatan baru dalam hidupnya. Hikmah jeruji besi, ungkapan fakta yang ia sampaikan kepada IDN Times.

Berkesempatan tatap muka empat mata, Mimin Kristal dengan semangat membagikan ceritanya selama mendekam di hotel prodeo karena kasus narkoba. Ia terlibat jaringan pengedar di Bumi Sriwijaya.

Bagaimana kelanjutan pengalaman Mimin Kristal, di sana? IDN Times mengajaknya berbincang pria bernama asli Muslimin itu. Berikut kisahnya.

1. Apa yang membuat seorang Mimin Kristal akhirnya tertangkap aparat kepolisian?

[WANSUS] Kisah Mantan Napi Jadi Penulis: Hikmah dari Bilik PenjaraIlustrasi Narkotika (IDN Times/Mardya Shakti)

Tahun 2013 lagi makan model di warung pinggiran di warteg, sepertinya saya sudah diintai oleh polisi. Apes di sana saya ditangkap. Polisi menemukan narkoba di saku celana yang saya pakai. Padahal di dalam jok motor, masih ada (narkoba) tapi tidak diperiksa berhari-hari gak ketahuan.

Akhirnya saya dibawa polisi, pertama dibawa ke polda. Saya sempat dua bulan di dalam sana dan dikasih makan. Keluarga saya tahu terus syok, selang beberapa hari saya dibawa ke Lapas Anak di Pakjo karena usia saya baru masuk 17 tahun ketika itu.

2. Faktor apa yang membuat kamu jadi pengedar narkotika?

[WANSUS] Kisah Mantan Napi Jadi Penulis: Hikmah dari Bilik PenjaraMimin Kristal, sosok inspiratif Bumi Sriwijaya, kini jadi penulis (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Awalnya iseng, diajakin teman. Ya, karena lingkungan. Salah bergaul mungkin. Benar-benar jadi pelajaran hidup. Banyak yang mengira jadi pengedar karena faktor ekonomi. Padahal bukan, Alhamdulillah saya berada di tengah keluarga berkecukupan.

Pengaruhnya karena uang yang didapat banyak dan cepat. Istilahnya, kalau kata orang Palembang "ladas". Terlalu senang menerima duit dengan mudah lewat transaksi. Setelah tertangkap, saya juga jadi tahu mana yang berada di sisi kita ketika dalam situasi terpuruk.

Baca Juga: Disdik Sumsel Bakal Luncurkan Alat Penguat Sinyal Karya Siswa SMK

3. Apa yang kamu rasakan selama di balik jeruji besi?

[WANSUS] Kisah Mantan Napi Jadi Penulis: Hikmah dari Bilik PenjaraIlustrasi Penjara (IDN Times/Mardya Shakti)

Diskriminasi, jadi di sana memang ada kelas-kelas tertentu. Ada kasta tinggi dan rendah. Kalau baru masuk ada seperti pengenalan seperti ospek lah. Kasta tertinggi kasus narkotika, kasta terendah dia pelaku pelecehan seksual.

Soal makanan dijadwalkan, tapi menunya bisa disebut gak layak. Ini waktu zaman saya ya, contoh nasi masak, kerasnya kayak batu bisa dilempar. Terus lauknya juga, maaf kayak bukan untuk makanan manusia. Minum juga, minum dari air bak mandi.

Terus di sana (lapas) kita mengeluarkan banyak uang, harus kuat mental. Kalau ada keluarga yang menjenguk di dalam itu, ada saja sebagian oknum sipir yang menyetop. Bertanya, "apa yang di kasih keluarga kamu?" Seolah pengecekan, tapi kadang diminta uang.

4. Apa yang membuat kamu bertahan hingga berubah di dalam lapas?

[WANSUS] Kisah Mantan Napi Jadi Penulis: Hikmah dari Bilik PenjaraIlustrasi Penjara (IDN Times/Mardya Shakti)

Pertama masuk sangat frustasi, terpikir untuk mengakhiri hidup. Sudah ada rencana bunuh diri, pikirannya lebih baik mati daripada di penjara. Selama sidang berlangsung atau sebelum penetapan hukuman, saya tidak pernah berpikir jernih.

Sampai pada satu titik saya merenung, dan melihat salah satu lapas yang sering dipanggil "Kuyung Yandi". Dia sosok pria sekitar usia paruh baya dan memiliki tato namun selalu rajin beribadah. Sering mengajak saya untuk salat, hingga akhirnya saya penasaran siapa Kuyung Yandi.

Dari Kuyung Yandi, saya mendapatkan arah menuju jalan kebenaran. Saya mulai belajar salat, mulai mendekatkan diri kepada Tuhan. Bersyukur setelah itu saya mendapatkan ketenangan dalam diri. Sampai akhirnya saya mencoba mengubah nasib dan takdir.

Baca Juga: Terima Bintang Mahaputera, Budi Karya: Semoga Kerja Lebih Baik Lagi

5. Pola hidup yang seperti apa yang mulai kamu benahi dan ubah?

[WANSUS] Kisah Mantan Napi Jadi Penulis: Hikmah dari Bilik PenjaraMimin Kristal, sosok inspiratif Bumi Sriwijaya, kini jadi penulis (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Setelah putusan sidang, saya ditetapkan bertahan di lapas selama tujuh tahun. Lewat usaha dan bantuan pihak hukum, putusan saya berkurang hanya lima tahun. Saya diberi jalan dan kemudahan, saya mulai menata hidup. Kalau ada arah yang positif, kenapa saya harus terus di penjara?

Perlahan beradaptasi dengan lingkungan dan waktu, belajar menerima keadaan di tengah-tengah napi lain yang masuk bui karena kasus berbeda. Tidak ada pekerjaan selain komunikasi bersama mereka, hingga saya mendapatkan info jika ada lomba karya tulis.

Walau sempat merasa tidak percaya diri, keyakinan kuat saya untuk jadi lebih baik sangat menggebu. Saya ikut lomba menulis, pengiriman lewat online atau daring dengan semua syarat saya penuhi. Pengiriman karya pertama saya awalnya tentang puisi-puisi.

Kenapa saya bisa kirim karya tulis online? Ya, sebenarnya di lapas ada momen kita boleh menggunakan handphone, saya manfaatkan kesempatan itu. Sekitar tahun 2015, setelah setahun lebih saya down tidak tau arah, saya belajar menulis dan didukung pegawai kantin di sana, karena saya juga sempat bantu-bantu di kantin lapas.

"Tulisan kamu rapi, coba belajar jadi penulis," begitu kata ibu kantin yang makin membuat saya termotivasi.

6. Sudah berapa banyak kamu menciptakan karya tulisan dan apa prestasi terbaik yang kamu terima?

[WANSUS] Kisah Mantan Napi Jadi Penulis: Hikmah dari Bilik PenjaraMimin Kristal foto bersama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Laoly (IDN Times/Dokumen)

Terus belajar, saya akhirnya mengumpulkan banyak sertifikat menulis dari mengirim tulisan via email. Kemudian saya belajar menulis buku pertama berjudul "Coretan Dinding Penjara", buku kumpulan puisi dan cerita pendek sebanyak 56 halaman.

Kemudian tahun 2017 mendapat informasi dari salah satu sipir yang akrab dengan saya kalau ada lomba menulis untuk dikirim ke Jakarta. Karena cukup mendapat ilmu menulis dari mengikuti lomba online, Alhamdulillah sudah ada sekitar 25 sertifikat. Saya mencoba mengikuti lomba tersebut, lomba story telling dengan judul "Dunia Kotak".

Lomba tersebut dalam rangka Hari Ulang Tahun Bakti Pemasyarakatan. Ternyata saya menang dan baru diumumkan bulan April 2019, tapi saat itu saya sudah bebas dari penjara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas 1 Palembang. Saya diundang untuk bertemu langsung Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Laoly.

7. Setelah keluar dari LPKA Klas 1 Palembang, apa kegiatan yang kamu lakukan?

[WANSUS] Kisah Mantan Napi Jadi Penulis: Hikmah dari Bilik PenjaraMimin Kristal, sosok inspiratif Bumi Sriwijaya, kini jadi penulis (IDN Times/Dokumen)

Saya keluar LPKA tahun 2018 bulan September. Setelah bebas, saya meneruskan membuat autobiografi tentang diri sendiri. Pertama menulis biografi sejak Februari 2018. Sekarang saya sudah menulis 4 buku dari awal di jeruji hingga kembali menghirup udara segar.

Judul buku saya adalah 'Coretan Dinding Penjara', 'Dunia Kotak', 'Ketika Tuhan Menegurku'. Dan buku terakhir saya berjudul 'Ketika aku dan Tuhan Berdiskusi Jodoh? La Tahzan', yang membahas tentang apakah jodoh terlebih dahulu, atau maut duluan yang menghampiri kita.

Oh iya, satu lagi sosok yang memotivasi hingga saat ini adalah Mba Mila. Dia merupakan pendiri komunitas literat, saya bertemu dia waktu itu tahun 2017. Saya pernah diajak ke Surabaya dari hasil mengikuti lomba menulis online program The Asia Foundation Indonesia. Mbak Mila berjanji, kalau saya bebas akan diajak ikut komunitas dia.

Sekarang saya menikmati aktivitas keseharian saya, tentunya menulis. Buku saya dicetak oleh penerbit dan saya mulai memasarkan kisah-kisah dalam tulisan lewat wadah e-commerce secara digital. Ada akun dan saya tinggal mengecek, buku mana yang sudah laku terjual.

Sebenarnya, saya tidak terlalu menarget untuk menjual buku hingga berapa ratus kopi di awal-awal berkarya. Tujuan saya pertama adalah ingin menginspirasi banyak orang dari cerita dan pengalaman. Tapi tak menyangka, buku saya mendapat respon positif. Ke depan saya akan terus konsisten menghasilkan karya yang menarik.

8. Image mantan napi tentu membekas di kalangan masyarakat, bagaimana kamu menghadapi kenyataan itu?

[WANSUS] Kisah Mantan Napi Jadi Penulis: Hikmah dari Bilik PenjaraMimin Kristal foto bersama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Laoly (IDN Times/Dokumen)

Tidak mudah bahkan tidak bisa menghilangkan mindset orang lain, apalagi tetangga sekitar. Namanya sudah ada riwayat, pasti tidak akan hilang. Tapi bagaimana diri kita menghadapinya. Jujur, awal pertama bebas dari LPKA Klas 1 Palembang, saya sempat ingin kembali ke lembah kotor.

"Saya mau jadi apa, bebas gak punya uang. Apa saya harus jualan (mengedar) lagi." Pikiran tersebut selalu menghantui. Saya bingung dan galau waktu itu. Namun karena memang sudah diberikan petunjuk jangan mengulangi kesalahan, saya berhasil keluar dari belenggu tersebut.

Jika dicap sebagai mantan napi, saya berprinsip begini "Tak peduli sama orang lain, mereka mau bilang apa di belakang, silakan. Tapi jangan mereka berani menunjuk di depan mata dan jangan menggangu orangtua saya."

Saya pun berpegang teguh dengan keyakinan sebagai motivasi, "Jangan pernah berpikir dengan 'AKU HANYA', tetapi ubah menjadi 'JUSTRU'. Sebab kebaikan dan nasib akan datang kalau kita menjemput, bukan menunggu."

Baca Juga: 6 Buku Fiksi Fantasi Ini Meraih Predikat Buku Terlaris, Ada Favoritmu?

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya