Pengrajin Ketupat di Palembang Banting Harga Saat Pandemik 

Nuriati menjual anyaman ketupat seharga Rp3 ribu per ikat

Palembang, IDN Times - Tak lengkap rasanya saat lebaran tanpa sajian ketupat. Panganan khas nusantara selalu menemani tiap momen hari raya di atas meja. Beras yang dimasak dengan anyaman daun nipah atau pandan itu sering disantap setelah salat Id.

Meski jadi tradisi masyarakat waktu lebaran, kebiasaan makan ketupat sejak tahun lalu terasa kurang meriah. Pandemik COVID-19 ternyata turut memengaruhi euforia lebaran yang tak begitu berlangsung semarak.

Bahkan hal tersebut turut dirasakan pengrajin anyaman ketupat di Palembang. Puluhan tahun membuat ketupat dari daun nipah, bagi Nuriati pandemik virus corona membuat penghasilannya menjual ketupat turun drastis.

1. Jual ketupat Rp3 ribu per ikat

Pengrajin Ketupat di Palembang Banting Harga Saat Pandemik Kisah Pengrajin Ketupat di Palembang: Pandemi Bikin Banting Harga (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Perempuan berusia 65 tahun tersebut sudah menganyam daun nipah menjadi ketupat dari tahun 1980-an. Ia bercerita, dahulu ketupat menjadi menu yang selalu dinanti saat lebaran, bahkan menjadi makanan favorit sebelum takbir berkumandang.

"Dari tahun kemarin karena pandemik, jual ketupat ini kami banting harga biar laku. Biasanya Rp10 ribu per renteng, sekarang laku dengan harga Rp3 ribu," ujar warga Jalan H Faqih Usman, Lorong Sdg Yucing, Kelurahan 3/4 Ulu.

Baca Juga: Kue Nastar Jadi Buruan Warga Palembang Jelang Lebaran

2. Ketupat sudah dibuat sejak awal bulan puasa

Pengrajin Ketupat di Palembang Banting Harga Saat Pandemik Kisah Pengrajin Ketupat di Palembang: Pandemi Bikin Banting Harga (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Nuriati mengatakan, kondisi Palembang yang masih tinggi risiko penularan virus corona sangat memengaruhi pendapatan sampingannya ketika bulan puasa, bahkan yang biasanya dari hasil jualan ketupat bisa membeli kebutuhan tambahan, kini omzetnya justru turun drastis.

"Mendekati lebaran pesanan ketupat lumayan banyak, namun tidak sebanyak tahun lalu. Pembuatan ketupat sudah dimulai satu bulan mendekati puasa, dan kini semua ketupat yang dijual sudah hampir habis," kata dia.

3. Anyaman ketupat dijual 10 biji tiap ikat

Pengrajin Ketupat di Palembang Banting Harga Saat Pandemik Kisah Pengrajin Ketupat di Palembang: Pandemi Bikin Banting Harga (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Bila tahun sebelumnya Nuriati mampu menjual 10 ribu ketupat, tapi pada tahun ini hanya sekitar setengahnya. Menurut dia, penurunan minat terhadap ketupat hingga 50 persen sangat dipengaruhi oleh pandemik.

"Gara-gara corona ini juga harga jual ketupat anyamannya jadi murah sekali. Tahun lalu walaupun masih pandemik, pembeli masih banyak. Beda dengan tahun ini, harga saja kami banting untuk satu ikat berisi 10 ketupat," timpalnya.

4. Jual anyaman nipah ketupat ke pengecer

Pengrajin Ketupat di Palembang Banting Harga Saat Pandemik Kisah Pengrajin Ketupat di Palembang: Pandemi Bikin Banting Harga (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Nuriati bercerita, dirinya dibantu sang anak saat membuat ketupat. Dalam sehari, mereka bisa membuat 1.000 ketupat. Selama kurang lebih 30 tahun, ia juga menjual anyaman ketupat ke para pedagang di sejumlah pasar.

"Ada langganan biasanya mau menampung ketupat anyaman kami. Orang yang mau jual lagi biasanya datang ke rumah, masing-masing bawa 500 ketupat atau bisa kurang dari situ. Kalau tak habis dibalikkan ke pengepul," jelas dia.

Biasanya, Nuriati mendapatkan bahan mentah dari daerah Sungsang, Banyuasin, untuk satu ikat daun nipah seharga Rp5 ribu. Dirinya bisa menganyam hingga ratusan ketupat. Selain membuat ketupat anyaman, ia juga membuat piring, sapu lidi, dan tampah dari daun nipah.

Baca Juga: Varian Corona Asal India Sudah Masuk Sumsel Sejak Januari 2021

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya