Kisah Zakaria Pasien RSJ: Ditinggalkan Keluarga Sejak Tahun 1987

Ia sudah puluhan tahun tinggal di RSJ membantu kerja perawat

Palembang, IDN Times - Kecewa, sedih, dan pasrah. Itulah perasaan Zakaria dikucilkan keluarga hingga terlantar di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Ernaldi Bahar Palembang. Sejak tahun 1987, ia terpaksa menetap di bangsal dan tidur di lorong-lorong rumah sakit tanpa dijenguk kerabat.

Wajah yang makin hari mengerut karena usia, membuat Jack sapaan akrabnya, ikhlas menerima kondisi. Namun raut kesedihan yang dahulu terasa sangat pedih, kini perlahan hilang sebab karena tak lagi mengharap kepedulian orang-orang terdekat.

"Sudah 30 tahunan lebih di sini (RSJ), hidup sendiri. Keluarga gak tahu lagi di mana. Cuma sama mereka (orang-orang rumah sakit) diurus. Saya dibantu bekerja dan menetap," ujarnya kepada IDN Times, Minggu (28/3/2021).

1. Jack berusia 24 tahun ketika pertama dirawat di RSJ Ernaldi Bahar

Kisah Zakaria Pasien RSJ: Ditinggalkan Keluarga Sejak Tahun 1987Situasi di rumah sakit jiwa Ernaldi Bahar Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Sebelumnya, Jack merupakan seorang petani di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatra Selatan (Sumsel). Dirinya merupakan sosok suami dan ayah bagi seorang anak perempuan.

Ketika masuk di RSJ Ernaldi Bahar Palembang, Jack berusia 24 tahun. Waktu pertama ia dianjurkan rawat inap di rumah sakit, Jack ternyata sudah memiliki lahan budidaya jagung dan padi. Hingga akhirnya semua kebun terjual karena Jack menderita gangguan kejiwaan.

"Saya juga gak ingat kenapa akhirnya bisa dikirim ke sini. Lupa, sudah lama. Yang pasti cerita orang-orang, saya suka ngamuk. Kalau saya kesal dan capek kerja, saya bersikap aneh," kata dia.

Setelah dirinya dirawat di rumah sakit, keluarganya sempat berkunjung. Namun lama-kelamaan tidak ada lagi kabar dari mereka. Keinginannya untuk pulang harus tertahan karena Jack lupa jalan dan tak ingat arah. Rumah sakit mencoba menghubungi kerabat Jack. Tapi tak ada jawaban dan kabar dari mereka.

"Hilang kabar saja. Bersyukur rumah sakit mempekerjakan saya bantu-bantu ngurus ngepel, nyapu, bagikan makan untuk pasien," jelasnya.

Baca Juga: Mengenal Hikmah Miliana Pejuang Hak Disabilitas di Sumsel

2. Sempat putus asa dan meresapi nasib

Kisah Zakaria Pasien RSJ: Ditinggalkan Keluarga Sejak Tahun 1987Kamar rawat inap rumah sakit jiwa Ernaldi Bahar Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Jack tak paham kenapa dirinya tidak diterima keluarga kembali ke rumah. Ia bercerita, dahulu sebelum dirawat di rumah sakit, Jack baru menyandang status ayah. Ketika itu sang istri baru saja melahirkan anak perempuan.

Ia mengaku sempat putus asa lantaran menganggap hidupnya tidak berguna karena mengalami gangguan kejiwaan. Padahal dalam relung hatinya, Jack menginginkan kesembuhan total mental dan kejiwaannya.

"Saya sadar kalau sakit, saya sekarang sudah bisa mencegah. Tapi kalau lagi kumat, saya gak tahu kenapa dan lupa. Sampai sekarang masih minum obat 2 kali sehari, dan sekali makan ada tiga macam obat," ungkap dia.

Tahun ini, bila mendengar kisah Jack, ia sudah masuk usia 60 tahunan. Ditanyai soal tanggal lahir, Jack pun tak ingat jelas. Jack masih menjalani perawatan dan rutin mengonsumsi obat luar, mengingat gangguan jiwa sebenarnya tak bisa betul-betul pulih.

3. Terima bantuan perawatan dari BPJS Kesehatan

Kisah Zakaria Pasien RSJ: Ditinggalkan Keluarga Sejak Tahun 1987Situasi di rumah sakit jiwa Ernaldi Bahar Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Biaya pengobatan Jack berasal dari BPJS Kesehatan, lantaran identitasnya masuk dalam Kartu Keluarga (KK) orang lain. Jika tidak begitu, Jack tak dapat menerima bantuan kesehatan. Dirinya bersyukur masih ada orang yang baik dan tulus menolong.

"Alhamdulillah, ada pegawai di sini (RSJ) yang memasukan saya (KK). Saya sudah betah tinggal di rumah sakit. Yang penting ada tempat tidur dan makan. Kalau mau kerja ke luar susah, mungkin gak ada yang mau terima," tuturnya.

Selama puluhan tahun menetap di RSJ Ernaldi Bahar, Jack mengalami banyak cerita menghadapi pasien-pasien baru. Dirinya juga menemukan keluarga baru, yakni pasien lain yang bernasib sama tak diterima oleh keluarga dan diasingkan.

"Pernah saya dikeroyok, karena ada pasien baru mengamuk dan mau minggat. Susahnya kalau mereka lari ke luar rumah sakit, mencarinya repot. Kena marah dan dibentak sudah saya rasakan semua. Dipukul juga, tapi saya mengerti, karena saya paham," timpal dia.

4. Zakaria tidak berniat pindah dari rumah sakit

Kisah Zakaria Pasien RSJ: Ditinggalkan Keluarga Sejak Tahun 1987Situasi di rumah sakit jiwa Ernaldi Bahar Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Kendati ada rasa khawatir ketika bepergian ke luar rumah sakit, namun kadang kala Jack merasa bosan hanya bisa bermain di kawasan Ernaldi Bahar. Agar tidak merasa kesepian, mendekatkan diri pada Tuhan menjadi jalan utamanya menjalani hidup.

"Berdoa, semua orang itu harus berdoa. Apa saja keyakinan, manusia harus ingat Allah," kata dia.

Jack berpesan, jika pada suatu momen dalam hati timbul rasa putus asa, berpikiran kacau dan tak terbendung, sebaiknya mencari lingkungan yang menerima dan bisa membuat merasa nyaman.

"Kalau ditanya pernah mau mengakhiri hidup, ya pernah. Mau mati itu ada. Tapi karena di tempat yang tepat, ada saja pertolongan," ungkapnya.

Dengan keadaannya sekarang, Jack mengaku bahagia bisa dikelilingi orang baik. Ia juga mengungkapkan, jika bukan di RSJ, dirinya tidak mungkin bisa melihat langsung orang-orang sakit yang berjuang untuk sembuh.

"Selama tinggal di sini, paling berkesan ya itu, kejar pasien yang mau kabur. Karena ada yang nekat sampai manjat, jebol plafon. Ada juga yang merusak fasilitas rumah sakit," tandas dia.

Baca Juga: Gegara Punya Kaki Besar, Nadina Punya Toko Sepatu Kain Khas Sumsel

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya