Semangat Gen Z Merawat dan Menyambung Ikrar Sumpah Pemuda

Generasi kelahiran 1996-2010 berperan dalam kemajuan bangsa

Sumpah Pemuda dimaknai sebagai penanda periode kemerdekaan bangsa Indonesia. Ikrar yang diucapkan pada kongres Pemuda II di Jakarta, 28 Oktober 1928 silam, juga menegaskan transformasi perjuangan melawan penjajah yang berlandaskan semangat persatuan dan nasionalisme, sekaligus meninggalkan perjuangan yang bersifat kedaerahan dengan memilih persatuan sebagai jalan utama.

Tongkat estafet mempertahankan kemerdekaan kini berada di tangan generasi Gen Z, atau remaja yang lahir pada 1996-2010. Jika berdasarkan hasil sensus 2020, komposisi penduduk Indonesia sebagian besar berasal dari Gen Z mencapai 27,94 persen. Keberadaan Gen Z memegang peranan penting dan berpengaruh pada perkembangan Indonesia saat ini dan nanti.

Generasi lebih muda terbiasa mengekspresikan keinginan untuk hal-hal yang bersifat kebaruan, termasuk pada bidang yang belum dikembangkan. Sebagai penduduk asli digital (digital native), mereka melakukan berbagai gerakan kreatif untuk memajukan bangsa dan merekatkan persatuan.

1. Curahkan waktu dan pikiran untuk Pilkades

Semangat Gen Z Merawat dan Menyambung Ikrar Sumpah PemudaProses scan barcode kepada pemilik suara dalam pilkades Sungai Lumpur OKI (IDN Times/Pemkab OKI)

Proses demokratis sama pentingnya dengan semangat nasionalisme. Sebagai wujud demokratis bagi bangsa Indonesia, jabatan Kepala Desa pun dipilih secara terbuka oleh warga melalui pemilihan langsung (Pilkades).

Belajar dari pengalaman Pilkades yang sudah berlalu, banyak kecurangan yang membuat jumlah pemilih meningkat dari data penduduk. Bahkan surat undangan kerap dipalsukan sehingga muncul pemilih siluman.

GivoBraders dan KasogiBraders, dua kakak beradik asal Sumatra Selatan (Sumsel) diminta membantu proses Pilkades Sungai Lumpur, Kabupaten OganKomeringIlir (OKI) dengan teknologi barcode dan screening. 

"Awal mulanya banyak kendala yang harus diselesaikan untuk menyusun database pemilih. Kami harus datangi satu per satu pemilih untuk difoto. Ada 1.761 data pemilih yang harus dimasukkan. Jarak satu rumah ke rumah lain pun cukup jauh, namun kami tergerak membantu agar tidak ada lagi permasalahan dalam pilkades," beber Givo beberapa waktu lalu (13/10/2021).

Saat menyiapkan database, Givo dan Kasogi mengumpulkan Nomor Induk Kependudukan (NIK), usia dan nomor pemilihan, serta foto. Data-data itu dikumpulkan satu per satu, lalu diolah ke dalam database. Hasilnya adalah surat undangan yang berkode. Ketika dipindai, akan muncul data pemilih di layar. Panitia pemilihan pun lebih mudah mengenali pemilik suara. Dengan begitu, risiko surat undangan dibawa orang lain atau dipalsukan dapat dicegah.

"Keunggulan lain saat penghitungan suara adalah kita tinggal memasukkan masing-masing kartu suara ke sistem. Jadi lebih cepat ketimbang manual yang lambat dan rawan kecurangan," beber dia.

Bagi Ketua Panitia Pilkades Sungai Lumpur, Anwar, proses pemilihan yang berlangsung Selasa (12/10/2021) kemarin berjalan baik tanpa kecurangan. Menurutnya, kecurangan dalam pemilihan di desa pesisir merupakan persoalan menahun yang terjadi. Namun permasalahan itu sudah teratasi.

"Pilkades sebelumnya sempat ada persoalan saat penghitungan, makanya kami belajar jangan sampai terjadi kendala serupa," katanya.

Anwar menjelaskan, para panitia sepakat untuk membentuk database pemilih untuk membawa pilkades yang jujur, adil, dan transparan. Sehingga dalam proses screening, para pemilih cukup membawa barcode yang telah didata.

"Kita berdayakan anak muda desa yang belajar di kota. Kita minta mereka pulang dulu membantu pelaksanaan pilkades tahun ini" ungkapnya.

Baca Juga: 9 Potret Satwa Suaka Margasatwa Padang Sugihan Pusat Latihan Gajah

2. Tak cuma cuan, tapi angkat budaya lokal

Semangat Gen Z Merawat dan Menyambung Ikrar Sumpah PemudaYoutuber Samarinda Bayu Wahyudi. (IDN Times/Nina)

Samarinda menjadi ibu kota Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dengan penduduk paling padat di antara daerah Benua Etam. Paling menarik, di Kota Tepian penuh dengan generasi Z yang kreatif. 

Sejak memasuki 2015, kaum generasi Z di Samarinda akrab dengan kehidupan media sosial (medsos) seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan Youtube. Seorang generasi Z di Samarinda, Bayu Wahyudi, termasuk yang aktif sebagai Youtuber lokal dengan jumlah subcriber sebanyak 32 ribu orang.  

“Saya belajar dari Youtube, suka nonton Youtube. Dan di Youtube, semua sajian edukasi itu ada. Berbeda dengan di televisi yang terbatas, bahkan waktu tayang pun terbatas,” ujar Bayu.

Menurut Bayu, anak muda harus kreatif memanfaatkan setiap peluang. Apalagi di zaman sekarang bukan perkara mudah mencari sebuah pekerjaan. Dalam era digitalisasi dan media sosial, seseorang harus mampu memaksimalkan sebagai sebuah peluang usaha. Para anak muda bisa memaksimalkan potensi kreativitas dalam mendulang pundi-pundi rupiah. 

Ia merasakan dampak positif memanfaatkan medsos untuk mendapatkan penghasilan yang luar biasa selama 1 bulan. Sejak 2019, dia sudah melihat perubahan industri pertelevisian menuju era digital internet. Chanel Bayu Wahyudi sudah memproduksi sebanyak 150 video. Selama memproduksi video ini, ia sudah berpenghasilan Rp6 juta per bulan. 

“Youtube ini bisa memberikan pendapatan yang gila dari pra karyawan kantoran. Saya saja per bulan bisa Rp6 juta. Tapi sekarang banyak kendala, jadi penghasilan menurun. Kendalanya ya keaktifan kita untuk menciptakan kreativitas," paparnya.

Tak cuma mencari cuan, tapi Bayu dituntut untuk mengedukasi bagi pengikutnya. Kini Bayu mengisi konten dengan kisah edukasi masyarakat Kalimantan di Youtube.

“Saya ambil sisi mistis cara hidup warga di Kalimantan. Buat saya ini perlu juga diketahui oleh warga seluruh dunia. Selain memperkenalkan budaya warga tentang kearifan lokal, kita sebagai manusia harus sadar bahwa hidup di dunia ini ada dua alam. Jadi saya lebih tertarik untuk membuat video mistis dalam sajian tayangan itu," paparnya.

Saat ini, Bayu sudah mulai menerima tawaran iklan dari pelbagai produk. Mulai dari makanan, tempat wisata, hingga merek lokal Samarinda. Hingga mampu mendapatkan penghasilan tambahan selain berharap dari iklan di videonya.

Kulon Progo merupakan kabupaten paling barat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Daerah ini bisa jadi memiliki keindahan alam paling lengkap, mulai dari pantai, pegunungan, dan makanan khas yang enak. Beberapa orang pernah mendengar atau mungkin sudah mencicip jajanan tradisional seperti geblek dan growol. 

Namun ada oleh-oleh khas Kulon Progo yang sedang naik daun bernama Cokelat Makaryo. Fachri Yusufi Maulidani (25), sosok anak muda yang berkiprah di baliknya, turut memberdayakan masyarakat lokal khususnya petani kakao.

Fachri awalnya ingin membuat oleh-oleh khas Kulon Progo yang awet sehingga bisa dikirimkan ke luar kota, bahkan ke luar negeri. Setelah beberapa kali melakukan pengamatan, Fachri menemukan fakta jika Kulon Progo salah satu penghasil kakao yang banyak namun kurang dimanfaatkan oleh masyarakat.

Saat diwawancarai IDN Times, Sabtu (23/10/2021), Fachri bercerita jika petani di Kulon Progo hanya menjual kakao kering tanpa ada proses lanjutan yang bisa memberi nilai tambah. Merasa sayang dengan sumber daya yang ada, Fachri kemudian belajar mengolah cokelat. Ia merantau sampai ke Jember untuk membekali diri sebagai pembuat cokelat.

Fachri mengatakan, kakao dari Kulon Progo diperolehnya dari petani di kawasan Tambak, Triharjo. Namun, dirinya mengaku tetap memasok kakao dari luar daerah untuk mencukupi kebutuhan produksinya. Ia tak hanya menyerap kakao dari petani lokal, tapi juga memanfaatkan gula semut yang dikenal sebagai salah satu produk oleh-oleh dari Kulon Progo.

"Kami mau menambahkan unsur Kulon Progo ke dalam cokelat ini, jadi biar lebih khas lagi kita tambahkan makanan lain. Dan kebetulan, gula semut ini awet sampai satu tahun. Jadi itu sesuai sama tujuan di awal yang ingin oleh-oleh khas Kulon Progo yang awet," tuturnya.

Untuk mempromosikan oleh-oleh khas ini, Fachri tak hanya membuka kios di Jalan Brigjen Katamso, Gadingan, Wates, Kulon Progo. Produknya dititipkan ke sejumlah toko oleh-oleh maupun minimarket jejaring yang ada di Kulon Progo.

Saat ini, dirinya memiliki dua karyawan untuk membantunya di Cokelat Makaryo. Fachri juga mengatakan kalau Cokelat Makaryo sampai sekarang sudah bekerja sama dengan pemerintah, misalnya dengan Dinas Koperasi dan UMKM serta Dinas Perindustrian. Fachri juga tengah membuat Badan Hukum Kelompok Petani dan Pengolah Kakao Maju Karya Yogyakarta yang nantinya akan bekerja sama dengan petani yang ada di Girimulyo. 

"Jangan takut mencoba, ya! Kode yang pertama adalah berani, setelah mulai mencoba ya mulai belajar lebih lagi untuk bagaimana cara bisnis yang skill up, yang lebih maju," ulasnya.

3. Pianis belia yang dilirik Gubernur Anies Baswedan

Semangat Gen Z Merawat dan Menyambung Ikrar Sumpah PemudaJefri Setiawan pianis cilik asal Kendal saat tampil dengan mata tertutup di sebuah konser musik. (Dok Keluarga Jefri Setiawan)

Rumahnya di Palebon, Kabupaten Kendal tergolong sederhana. Letaknya dekat dengan Pasar Kaliwungu. Namun tekad Jefri Setiawan untuk menempa menjadi seorang pianis handal tak pernah putus. 

Kini Jefri tinggal di Jalan Kemuning, Utan Kayu, Jakarta Barat. Rumah yang ia tempati merupakan kediaman Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana. Nama Jefri Setiawan sebagai pianis cilik asal Kendal yang tampil dengan mata tertutup di sebuah konser musik, dikenal masyarakat luas sebagai seorang pianis berusia 15 tahun.

"Pak Iwan menjadi ayah angkat saya selama sekolah di Jakarta. Jadinya saya tinggal di rumah beliau di Utan Kayu. Kalau bapak kandung saya tetap tinggal di Kendal," ujar Jefri saat berbincang dengan IDN Times melalui sambungan telepon, Sabtu (23/10/2021).

Jefri bersekolah di SMA Islam PB Soedirman Cijantung Jakarta Timur. Dia diterima pada program MIPA untuk kelas percepatan atau akselerasi selama dua tahun. Jefri mengaku dirinya bisa bersekolah di Jakarta atas bantuan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Anies, katanya, terpukau melihat penampilan Jefri yang bermain piano dengan mata tertutup selama empat jam nonstop. Ketika itu, Jefri tampil di sebuah acara internasional yang dihadiri oleh Anies. Sang Gubernur melihat keistimewaan pada diri Jefri. Ia pun memberi Jefri beasiswa sekolah di Jakarta dan uang saku selama hidup di ibu kota.

"Kata Pak Anies, saya bisa jadi aset emas bagi Jawa Tengah. Tapi justru beliau yang memberi apresiasi luar biasa sampai bisa sekolah SMA di Jakarta. Yang pasti saya senang atas bantuan dari beliau, bisa sekolah terutama masuk jurusan IPA karena cocok dengan cita-cita saya yang pengin jadi seorang dokter," ujarnya.

Terakhir kali, Jefri diajak oleh Dinas Kebudayaan DKI Jakarta untuk tampil dalam konser musik di beberapa tempat. Dan sekitar tanggal 24 Maret 2021 kemarin, ia juga mampu memecahkan rekor dunia di Eropa dan Amerika. Ia mampu menyabet penghargaan sebagai pianis muda bermain piano selama belasan jam dengan mata tertutup. 

"Saya dapat penghargaan dari European Record Books dan America World Record di bulan Maret kemarin. Dengan  apresiasi ini, saya pengin membuktikan kalau pemusik dari Jawa Tengah juga bisa mengharumkan nama bangsa dan mendapat penghargaan dari dunia internasional," bebernya. 

Dalam catatan IDN Times, Jefri telah memperoleh berbagai macam penghargaan atas kemampuan uniknya bermain piano dengan mata tertutup. Pada 2017 Jefri memecahkan rekor MURI. Kemudian di tahun yang sama, ia juga menyabet penghargaan dari lembaga rekor dunia di Inggris. Selanjutnya rekor maupun penghargaan berturut-turut diraih Jefri saat tampil di Jerman, India, Singapura, dan negara-negara lain.

Setiap berangkat untuk memecahkan rekor dunia, Jefri berkata kerap merogoh kocek pribadinya. Kadang kala ia juga membutuhkan bantuan dana dari Pemkab Kendal dan Pemprov Jateng untuk menambah biaya akomodasinya ke luar negeri. 

"Saat bertemu Pak Ganjar, saya diberi bantuan uang Rp75 juta. Terus sama Pemkab Kendal juga pernah dibantu uang akomodasi belasan juta. Salah satunya pas saya mau berangkat ke Singapura. Tapi saya juga pakai uang pribadi untuk mengurus paspor, tiket dan lain sebagainya," terangnya. 

Secara khusus, ia berharap kepada Pemprov Jateng untuk memberi kesempatan tampil di acara budaya yang diselenggarakan rutin setiap tahun. Harapan yang sama juga diutarakan kepada Pemkab Kendal supaya memperbanyak pagelaran musik. 

"Biarpun saya tinggal di Jakarta, namun hati saya tetap untuk Jawa Tengah. Saya mengharapkan ada peran lebih dari Pemprov Jateng untuk mengadakan acara-acara musik," paparnya. 

Baca Juga: Sandiaga Uno Jadikan Sumsel Sebagai Pusat Sport Tourism di Indonesia

4. Berbagi ilmu dengan segala kekurangan dan keterbatasan

Semangat Gen Z Merawat dan Menyambung Ikrar Sumpah PemudaDok.Pribadi/IDN Times

Keterbatasan fisik bukan menjadi kendala bagi Ahmad Prayoga (23), warga Jalan Makmur, Gang Suka Rukun, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara (Sumut). Saat ditemui IDN Times di rumahnya, Yoga bercerita soal kemampuannya melukis sembari berjualan secara online. Ia juga aktif menjadi motivator di beberapa kegiatan kampus.

"Kondisi sekarang karena kecelakaan kesetrum sekitar tahun 2016. Pada waktu itu masih sekolah sambil kerja, pegang besi kena kabel tegangan tinggi. Setelah kejadian itu, saya diamputasi, saat itu berusia 17 tahun," kata Yoga beberapa waktu lalu.

Sejak kecelakaan itu, ia mencari kegiatan untuk menghilangkan kebosanan. Yoga mantap melukis dan menekuninya. "Berawal dari masuk Yayasan Smiling Kids Foundation yang menaungi anak-anak terkena kanker. Masuk situ, belajar dan belajar," ujarnya.

Yoga membuktikan ada proses dan perjuangan yang dilakukan. Tentu saja, baginya, pantang untuk menyerah. Hingga ia bisa menjual hasil lukisannya. "Kalau untuk harga lukisan tergantung ukuran dan permintaan. Kalau sesuai pesanan biasanya lebih banyak foto keluarga," ujarnya. 

Kegigihannya yang melompati keterbatasan membuat Yoga rutin diundang dalam kegiatan melukis dan pameran foto. Terakhir, ia hadir dalam kegiatan Anugerah PFI Medan 2020. Ia berkesempatan melukis wajah Akhyar Nasution, mantan Wali Kota Medan. 

Untuk saat ini, ia tidak fokus dalam melukis. Masa pandemik mendorongnya berjualan Sirup Bunga Telang dan Camilan Singkong Balado lewat media sosial.

"Kalau sekarang lebih ke produk, bisa dicek @toko_kitamedan. Dulu sebenarnya pas ngelukis sudah jalan bisnis makanan. Tapi sempat terhenti, sekarang jalan lagi. Kebetulan dalam suatu kegiatan ketemu Reza dan Iqbal, jadi kita jalan kan bisnis baru ini," tuturnya.

Ia pun berpesan kepada kaum Gen Z. Selagi masih punya kesehatan dan akal yang diberikan sama Tuhan, setiap orang punya kesempatan yang sama untuk meraih apa yang dicita-citakan.

"Kita punya sehat dan bisa jalan ke sana dan kemari, kita harus punya syukur dan bisa jadi modal. Melihat sekarang, banyak orang yang punya anggota tubuh lengkap tapi salah pilih jalan, ke narkoba dan lain-lain. Selagi punya sehat kenapa gak digunakan untuk kebaikan," kata Yoga.

Semangat pantang menyerah juga dilakukan kakak beradik Sondang Amelia K Situmorang dan Rida Evilina di Kota Bandar Lampung. Keduanya menginisiasi gerakan anak-anak muda di bidang pendidikan lewat Yayasan Menuai Masa Depan.

Rida menceritakan awal mendirikan Yayasan Menuai Masa Depan saat membagikan nasi kotak gratis di pinggir jalan saat awal pandemik COVID-19 lalu. Bersama sang adik yang merupakan pengajar di sekolah internasional Bangkok, Rida berinisiatif mengajar di panti asuhan.

Menurutnya, anak-anak di panti asuhan kurang mendapat pendidikan yang layak dan tidak punya kesempatan belajar di sekolah bagus. "Karena kalau mau memperbaiki satu generasi cuma dikasih makan itu kan sekali langsung habis. Tapi kalau mengajar lebih berdampak di pendidikan. Kebetulan saya juga guru di bahasa Inggris, dan adik saya guru mengajar tentang soft skill," kata alamuni FKIP Bahasa Inggris Unila ini, Kamis (21/10/2021).

Fokus belajar disampaikan pada anak-anak panti asuhan dengan kolaborasi sistem pelajaran bahasa Inggris dan soft skill, seperti berbicara di depan publik, memecahkan masalah, berpikir kritis, dan membangun rasa percaya diri kepada anak-anak.

"Biasanya kalau di sekolah kan datang, duduk, diam, dengar. Kami mengadopsi pembelajaran dari luar negeri, campur dengan game, mengemukakan pendapat, membangun rasa percaya, dan kritis pada suatu masalah. Hal-hal kami rasa penting dimiliki anak-anak supaya mereka ke depan bisa berhasil," ujar guru mengajar di SMA Penabur Bandar Lampung itu. 

Kini, yayasan tersebut sudah berbadan hukum dan mengajar di tiga panti asuhan Kota Bandar Lampung. Menurut Rida, saat ini dirinya memang fokus di panti asuhan karena belum memiliki banyak tenaga pengajar. Namun ke depan ia ingin merangkul anak jalanan yang tidak berkesempatan sekolah.

"Tapi sekarang kita belum ada kantor, jadi kalau mau menampung anak jalanan buat belajar belum ada ruangan," terangnya.

5. Tempuh prestasi dengan meraih medali

Semangat Gen Z Merawat dan Menyambung Ikrar Sumpah Pemuda(IDN Times/dok. Faza Amaliah)

Muda dan berjaya. Ungkapan ini pas disematkan kepada seorang putri di Balikpapan yang berhasil mengharumkan nama Kota Minyak dalam ajang PON XX Papua 2021 lalu. Adalah Faza Amaliah, anggota kontingen PON Kalimantan Timur (Kaltim) yang meraih medali emas dalam cabang olahraga handball.

Faya tak menyangka mampu tampil apik melawan lawan-lawan tangguh dari daerah lain di Indonesia. Nyatanya, ia bersama rekan-rekannya justru berhasil menguasai permainan hingga akhir. Rasa syukur pun tak hentinya meluncur dari bibirnya, setiap kali diingatkan tentang jalannya pertandingan. 

"Iya alhamdulillah, kemarin ikut mewakili Kaltim dalam ajang PON Papua," ucapnya, ketika diwawancarai oleh IDN Times, Jumat (23/10/2021).

Berdiri bersama pemuda-pemudi lainnya dalam pagelaran pertandingan terbesar kemarin, tentunya bukan hal mudah bagi perempuan kelahiran Balikpapan, 13 Februari 2005 ini. Meski begitu, dirinya tak lekas mundur. Dukungan orang tua dan semua orang terdekat telah mendorong semangatnya hingga bisa bermain di PON Papua. 

Sebagai salah satu anak muda Balikpapan, dirinya memberikan masukan kepada muda-mudi lainnya agar terus berprestasi dan tak mudah mengucapkan kata lelah untuk berjuang dalam melakukan hal positif.

"Intinya fokus dalam berprestasi, dalam hal positif, dan berjuang dalam kegiatan itu untuk mencapai tingkat yang paling tertinggi," tutur dia.

Begitu juga yang dialami Arista Perdana Putri Darmoyo, atlet menembak perempuan dari Kota Semarang, Jawa Tengah. Gadis berusia 16 tahun ini sudah memilih jalan hidup menggandrungi olahraga menembak sejak duduk di kelas 2 SD. Hingga kini, lebih dari 20 medali ia koleksi dari berbagai kejuaraan baik tingkat daerah sampai internasional.

Tubuhnya kecil tidak membuat generasi Z ini kecil hati. Arista justru tertantang untuk menekuni olahraga yang penuh adrenalin ini. Mulai kelas 5 SD, remaja asli Semarang ini sudah mengikuti berbagai kompetisi olahraga. Bahkan di masa itu ia sudah membawa nama Kota Semarang di kejuaraan menembak tingkat nasional.

Ketekunan terus berusaha, berlatih, dan berdoa ini akhirnya membuahkan prestasi lainnya. Belum lama ini, siswa kelas XI SMA 1 Semarang itu mendulang prestasi yang sangat bergengsi.

Putri sulung pasangan Citro Darmoyo dan Retno Wijayanti ini berhasil mengumandangkan lagu Indonesia Raya dalam ajang ‘14th Asian Air Gun Championship’ di Kazakhstan pada September 2021. Arista meraih medali emas di kategori putri individu, dan kategori mix team atau ganda campuran bersama rekannya Muhammad Iqbal.

Tidak berselang waktu lama pada ajang PON XX Papua 2021, ia mewakili Jawa Tengah dan kembali merebut medali emas untuk cabang olahraga menembak, nomor 10 meter air pistol beregu campuran bersama Muhammad Iqbal.

‘’Saya senang sekali dalam waktu berdekatan meraih medali emas dan membawa harum nama Indonesia dan Jawa Tengah melalui olahraga yang saya cintai ini. Apalagi, kejuaraan di Kazakhstan adalah pengalaman pertama saya di luar negeri. Ini tidak bisa terlupakan,’’ kata Arista.

Si kecil-kecil cabe rawit yang bercita-cita sebagai polwan ini pun tidak jera untuk terus berlatih dan mengikuti kejuaraan-kejuaraan lainnya.

‘’Saya pengen ikut dan menang di Sea Games dan Asian Games. Semoga ada kesempatan untuk bertanding di ajang tersebut,’’ tandasnya.

Bagi Tika Septiana, perempuan asal Palembang kelahiran September 23 tahun lalu, menunjukkan baktinya terhadap negeri dengan merasih prestasi. Tika merupakan atlet Muaythai asal Sumatra Selatan (Sumsel).

"Deretan medali yang saya punya merupakan bagian dari mengenang gerakan Sumpah Pemuda. Meski berbeda hal, namun tetap satu tujuan untuk berjuang bagi Indonesia," kata dia kepada IDN Times, Minggu (24/10/2021).

Dalam mengapresiasi gerakan Sumpah Pemuda zaman sekarang, sambung Tika, dapat diwujudkan dengan berbagai cara. Jika ia harus bertanding menarget kemenangan, bisa saja bagi anak muda lain dapat dilakukan dari ragam cara lainnya.

"Saya dari dulu memang meniti karier dari atlet. Awalnya ikut taekwondo, tapi karena melihat peluang lebih besar pada 2016 masuk Muaythai dan di event eksebisi PON di Jabar, saya terima emas," timpal alumni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tri Dharma Palembang ini.

Tika berjanji pada dirinya akan tetap mengharumkan nama Indonesia dan daerah sebagai perwujudan melestarikan gerakan positif pemuda. Tika menarget dirinya tetap menjadi yang terbaik dari sebelumnya.

"Terus motivasi diri, bulatkan tekat, terus berlatih dan jangan pernah menyerah ataupun sampai lengah. Semangat terus, kemudian tetap beribadah serta berdoa untuk orang tua karena sangat penting dalam keberkahan kita," tandas dia.

Baca Juga: Sejarah Bidar, Sebuah Tradisi Balapan Perahu di Sungai Musi

Liputan kolaborasi ditulis oleh Rangga Erfizal dan Feny Maulia Agustin (Sumsel), Sri Wibisono dan Riani Rahayu (Kaltim), Fariz Fardianto dan Anggun Puspitoningrum (Jateng), Silviana (Lampung), Masdalena Napitupulu (Sumut), dan Dyar Ayu (Jogja).

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya