TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Aiptu M Muhtasor, Sahabat Anak Selama 20 Tahun di Palembang

Selama berkarir dirinya sudah mengajar 300 ribu anak TK

Polisi Sahabat Anak di Kota Palembang, Aiptu M Muhtasor (IDN Times/Dokumen)

Aiptu M Muhtasor merupakan sosok abdi negara inspiratif. Seorang polisi yang bertugas di Divisi Satlantas Polrestabes Kota Palembang, dan tergabung dalam Program Polantas Polisi Sahabat Anak (PSA).

Muhtasor menjadi Pembina Polsana di Unit Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Lalu Lintas, serta mengenalkan institusi penegak hukum tempatnya bekerja kepada anak bangsa. Selama puluhan tahun, ia mengedukasi anak-anak khususnya di lingkungan Taman Kanak-kanak (TK) se-Palembang.

Dirinya begitu setia memperkenalkan informasi mengenai lalu lintas dan ilmu kepolisian kepada anak-anak sejak usia dini. Pengabdiannya pun patut diacungi jempol, karena kepeduliannya kepada masyarakat.

Baca Juga: Bertugas Memakamkan Jenazah COVID-19, Polisi Ini Sampai Diusir Istri

1. Mengawali karier sejak tahun 1998

Polisi Sahabat Anak di Kota Palembang, Aiptu M Muhtasor (IDN Times/Dokumen)

Mengawali karir kepolisian di masa reformasi pada 1998, Aiptu M Muhtasor ditugaskan membimbing dan membina empat organisasi TK sejak tahun 2000 lalu. Pria kelahiran Kabupaten Brebes pada 14 Agustus itu sukses membina 300 ribu anak TK.

"Dalam setahun ada 15.000 lebih murid TK, mengajarkan lalu lintas dan menjadi sahabat mereka. Kalau dua puluh tahun, hitung saja rata-rata totalnya," ujar ayah beranak satu itu.

Muhtasor bercerita kepada IDN Times jika dirinya mengedukasi anak-anak dari institusi Aisyiyah Bustanul Athfal, TK di bawah naungan Muhammadiyah, sebagai Ikatan Guru Raudhatul Athfal (Igra) di bawah Kementerian Agama (Kemenag).

"Serta masuk dalam Himpunan Pendidik Usia Dini (Himpaudi) tahun 2005-2006 dan menjadi IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia)," tuturnya.

Selain aktif menjadi pengajar anak-anak sebagai Polisi Anak (Polsana), Muhtasor juga menjadi bagian dari anggota patroli keamanan sekolah atau PKS, mengajar untuk kelompok Pramuka Sakabayabgkara (pramuka di kepolisian) sebagai pembina.

2. Pengalaman berkesan ketika mengajar anak autis

Polisi Sahabat Anak di Kota Palembang, Aiptu M Muhtasor (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Kini ia berusia 43 tahun serta memiliki istri bernama Siti Zahra, dan mengajar di TK Negeri Pembina II Palembang. Mereka memiliki seorang putra bernama M. Tazra Raafisyah yang sudah duduk di kelas 4 sekolah dasar.

Ia menuturkan, selama berkarier sebagai Polsana, hal menarik yang dirinya alami adalah harus sabar menghadapi wali murid. Sebab menurut dia, lebih sulit mengatur orangtuanya ketimbang anak TK.

"Tapi yang paling terngiang saat saya mengajar anak autis. Dia menarik dan mengambil pistol polisi, sejak itu saya tidak lagi membawa peralatan polisi waktu mengajar. Sekitar tahun 2008-2010 kalau tidak salah," tuturnya.

Kebahagiaannya menjadi Polsana yakni bisa mengedukasi anak-anak, dengan menyampaikan jika polisi bukan sosok menakutkan. Sebagian anak kecil melihat polisi merupakan seorang yang keras.

"Banyak cintra polisi negatif. Maka dari anak-anak, saya mengajarkan untuk menghilangkam citra negatif itu," tegas dia.

Baca Juga: Pemerintah Putuskan Cuti Bersama Idul Fitri pada 28-31 Desember 2020 

3. Sempat berniat pindah tugas, namun takdir berkata lain

Polisi Sahabat Anak di Kota Palembang, Aiptu M Muhtasor (IDN Times/Dokumen)

Muhtasor yang besar di Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), merunutkan kisah awal menjadi Polsana. Ia menceritakan, tugas pertamanya memulai di Sabhara Poltabes Palembang dan masuk dalam Divisi Pengendalian Masyarakat tahun 1998. Ketika itu sering terjadi demo.

Namun setelahnya, ia merasa tidak ada pekerjaan. Muhtasor pun sering diajak sang senior bernama Herpansyah Gumay untuk mengajar anak-anak TK. Setelah tiga tahun berlalu, dirinya dipindahkan ke Satlantas sejak 2001 hingga sekarang.

"Mengajar anak-anak otodidak saja. Yang penting ikhlas, saat bertemu anak-anak saya merasa terhibur dan lelah itu hilang seketika," terang pria lulusan SMA Negeri 1 Sekayu itu.

Muhtasor mengaku sempat ada niatan untuk pindah tugas dan berhenti mengajar anak-anak. Ia mengungkapkan, pada akhirnya tugas bersahabat bersama anak-anak seakan menjadi suratan takdir. 

"Selama mengajukan (pindah) ditolak atasan, sudah dua kali. Mungkin memang rezeki saya mengajarkan anak-anak. Posisi ini diberikan Yang Maha Kuasa," ungkap dia.

Baca Juga: Polisi: Kerusuhan Demo Omnibus Law Sudah Direncanakan

Berita Terkini Lainnya