TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Fakta Sultan Mahmud Badaruddin II, Pejuang Palembang yang Dilukis

Dikukuhkan langsung melalui Keputusan Presiden RI

Sultan Mahmud Badaruddin II, pahlawan nasional asal Palembang yang memimpin masa Kesultanan Palembang Darussalam dua periode (Facebook/Budaya Palembang Darussalam)

Lahir di Palembang tahun 1767 dengan nama asli Raden Hasan Pangeran Ratu, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II merupakan pemimpin pada masa Kesultanan Palembang Darussalam.

Ia wafat di Ternate pada 26 September 1852. Semasa hidup, beliau dikenal sebagai sosok pejuang yang menjaga bangsa terutama Bumi Sriwijaya melawan pertempuran Inggris dan Belanda.

Atas perjuangan terhadap Tanah Air, nama besar SMB II diabadikan sebagai jalan, bandara internasional di Palembang dan menjadi nama Museum di kawasan wisata Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang. Berikut 7 fakta lain mengenai SMB II, simak yuk!

Baca Juga: Daan Mogot Hingga RA Kartini, Ini 10 Pahlawan Gugur saat Usia Muda

1. Lukisan wajahnya dijadikan gambar mata uang pecahan Rp10 ribu

Pecahan mata uang Rp10 ribu periode 2005-2015 (IDN Times/Instagram)

Sejarawan Palembang, Kemas A. R. Panji mengatakan, wajah SMB II Palembang dijadikan gambar utama mata uang rupiah pecahan Rp10.000 yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) periode 2005-2015.

"Pada 20 Oktober 2005 dicetak pertama kali warna merah kemudian berganti warna unggu. Dimuatnya gambar SMB II atas usulan tokoh Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin III, Prabu Diraja. Wajahnya dilukis oleh Eden Arifin," kata dia.

2. Wajah SMB II lahir dari pelukis yang mendapatkan undangan Pemprov Sumsel

Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang (IDN Times/Istimewa)

Lahirnya lukisan SMB II, berawal ketika Eden mendapat undangan dari Pemerintah
Provinsi Sumatra Selatan (Pemprov Sumsel) melalui salah satu pejabat bernama Kaprawi Rahim tahun 1982.

Kala itu, Pemprov Sumsel membutuhkan lukisan SMB II sebagai syarat penganugerahan gelar pahlawan nasional asal Sumsel. Namun, meski tercatat dalam sejarah, bentuk wajah SMB II tidak pernah bisa ditemukan.

3. Lukisan SMB II dimuat oleh lima pelukis luar biasa

Pecahan mata uang Rp10 ribu periode 2005-2015 (Instagam/Al Azhar Indonesia)

Hingga akhirnya, tutur Kemas, berdasarkan informasi dari Mang Amin, Kepala Museum SMB II Palembang, lukisan sosok SMB II lahir atas bantuan jasa empat pelukis lain yakni Manaf, Suharno, Hartopo serta Nuramiyan.

"Hasil karya wajah SMB II dimuat oleh lima pelukis luar biasa," tutur dia

4. Penggambaran sosok SMB II hasil mempelajari buku sejarah

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang (IDN Times/Istimewa)

Lukisan wajah SMB II yang dimuat oleh kelima pelukis tersebut merupakan hasil penggambaran melalui buku sejarah dengan sosok pria berusia 43 hingga 45 tahun, berkumis tipis dan sedikit memiliki janggut, alis tebal, wajah garang yang memakai kebaya panjang, atau disebut kelamkari dengan tulisan Tauhid tersembunyi.

Pembuatan lukisan SMB II berlangsung cepat, karena Pemprov Sumasel memberikan waktu bagi para pelukis untuk menyelesaikannya dalam 22 hari dengan menerima informasi dari buku sejarah selama satu minggu.

5. Kepribadian SMB II termasuk kategori ahli perang

Makam Sultan Mahmud Badaruddin II, pahlawan nasional asal Palembang (Facebook/Budaya Palembang Darussalam)

Berusaha keras dengan mempelajari segala ciri-ciri yang didapatkan, kelima pelukis membayangkan sepak terjang SMB II semasa hidup yang masuk kategori ahli perang, dengan berusaha memahami seputar kepribadiannya.

Dengan penambahan berbagai aksesoris Palembang, mulai dari tanjak atau penutup kepala, baju dalaman, keris Palembang serta ikat pinggang yang disebut badong dan motif kembang cengkeh pada kelampari bewarna hijau.

6. SMB II dinyatakan pahlawan sejak 29 Oktober 1984

Sultan Mahmud Badaruddin II, pahlawan nasional asal Palembang yang memimpin masa Kesultanan Palembang Darussalam dua periode (Facebook/Budaya Palembang Darussalam)

Tercatat beberapa kali menjadi seorang pemimpin, pemerintah menobatkan SMB II menjadi Pahlawan Nasional tertanggal 29 Oktober 1984 berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (RI) Nomor 063/TK/tahun 1984 sebagai tanda jasanya.

Menjabat dua periode (1803-1813 dan 1818-1821), kepemimpinan SMB II di masa Kesultanan Palembang Darussalam bermula setelah ia menggantikan pemerintahan sang ayah, Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803) yang secara otomatis SMB II merupakan Sultan ke-VIII.

Baca Juga: Mahfud MD: Pemerintah Tolak Tafsir Pancasila

Berita Terkini Lainnya