Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Brain Rot (freepik.com)

Pernah nggak sih kamu ngerasa hari-harimu makin terasa kayak copy-paste? Bangun tidur, scroll medsos, kerja atau kuliah setengah hati, nonton random video sampai ketiduran. Otak rasanya berat, ide susah muncul, motivasi entah ke mana, dan yang ada malah perasaan numb tapi anxious dalam waktu yang bersamaan. Kalau iya, bisa jadi kamu lagi kena brain rot.

Istilah brain rot mungkin terdengar lucu atau kekinian, tapi ini nyatanya udah jadi fenomena serius buat banyak orang di era digital ini. Bukan penyakit medis, tapi kondisi mental di mana otak kita secara perlahan 'membusuk' karena terlalu banyak konsumsi konten pasif dan minim stimulasi intelektual. Dan ini bisa berdampak ke produktivitas, kreativitas, bahkan kesehatan mental.

Tapi tenang, otak itu kayak otot bisa dilatih dan dipulihkan. Yuk simak, 7 cara sederhana buat ngehindarin brain rot dan bikin pikiran kamu tetap tajam kayak pisau baru diasah!

1. Batasi konsumsi konten pasif

Ilustrasi konsumsi konten media sosial (freepik.com)

Terlalu sering scroll TikTok, Instagram, YouTube Shorts, dan sejenisnya bisa bikin otak males mikir. Bukan berarti harus stop total, tapi kasih batas waktu dan pilih konten yang benar-benar meaningful. Nonton sesuatu yang bikin kamu mikir jauh lebih baik dari sekadar hiburan kosong.

Kamu bisa mulai cari tontonan seperti podcast yang membantumu membangun personal branding dan kemampuan komunikasi.

2. Mulai latih otakmu dengan membaca buku, minimal 10 menit sehari

Membaca buku (freepik)

Membaca buku (bukan caption panjang ya) itu kayak vitamin buat otak. Nggak harus langsung baca novel 500 halaman. Mulai dari artikel panjang, esai, atau buku nonfiksi ringan juga udah cukup buat melatih fokus dan memperluas wawasan.

Kamu juga bisa mulai melatih otak dengan membaca buku, sebab membaca tidak hanya memberikan informasi penting. Bagi kamu yang memiliki ketertarikan membaca novel, itu akan membantu meningkatkan daya imajinasi kamu, lho!

3. Latih otak dengan aktivitas mikro kreatif dan aktif

ilustrasi sulit berkonsentrasi (pexels.com/cottonbro studio)

Tulis jurnal, coret-coret ide random, gambar, bikin cerita pendek, atau bahkan mind-mapping hal yang kamu pikirin. Aktivitas ini kayak cardio buat pikiran, apalagi kalau dilakukan konsisten setiap hari.

Kamu juga bisa memulai aktivitas aktif lainnya baik itu bahasa baru, alat musik, skill desain, atau ngoding, belajar hal baru bisa kasih tantangan yang menyegarkan buat otak. Kuncinya: active learning, bukan cuma nonton tutorial tanpa praktik.

4. Tidur yang cukup dan berkualitas

Ilustrasi jam (IDN Times/Arief Rahmat)

Sounds basic, tapi otak nggak bakal bisa mikir jernih kalau kamu ngorbanin tidur demi binge-watching. Tidur adalah proses reset alami paling penting biar otak tetap optimal. Begadang menjadi salah satu pemicu utama brain rot, karena otak dipaksa tetap aktif pada malam hari kemudian kembali melakukan aktivitas lagi pada siang harinya.

Otak yang bekerja ekstra tanpa istirahat justru akan membuat kamu cepat lelah dan tidak produktif dalam aktivitas lainnya.

5. Kurangi aktivitas digital, keluar rumah dan nikmati dunia nyata

Mendaki gunung (freepik)

Unfollow akun yang toxic, mute yang nggak perlu, dan follow akun yang kasih value atau bikin kamu berkembang. Algoritma media sosial bisa jadi sahabat atau musuh, tergantung kamu ngarahinnya ke mana.

Jalan kaki sore sambil ninggalin HP di rumah bisa kasih stimulasi alami buat otak—ngeliat orang lain, dengar suara burung, ngamatin arsitektur bangunan, atau cuma duduk ngopi sambil mikir random.

Brain rot itu bukan akhir dunia, tapi tanda dari tubuh dan pikiran kita yang lagi minta istirahat, arah baru, atau tantangan intelektual. Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh distraksi, menjaga otak tetap alive & kicking itu bentuk self-care yang sering kita lupa.

Jadi, yuk mulai pelan-pelan. Bukan buat jadi “produktif terus”, tapi biar kita tetap connect sama diri sendiri—dengan pikiran yang sadar, jernih, dan (yang paling penting) sehat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team