Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pasangan avoidant (freepik)
Pasangan avoidant (freepik)

Apakah saat ini kamu lagi berada di hubungan asmara yang tidak baik-baik saja? Atau kamu lebih merasa kalau pasangan kamu memiliki kecenderungan yang pasif dalam relasi asmara kalian? Doi kayaknya lebih memilih untuk menghindar dari konflik, mulai membatasi kedekatan emosional dengan kamu, dan takut terlalu bergantung sama kamu?

Kalau beberapa ciri-ciri di atas sudah cukup menjawab persoalan yang lagi kamu rasakan, bisa jadi selama ini kamu gak sadar, kalau pasangan kamu merupakan pribadi yang memiliki pola attachment avoidant. 

Lantas apasih pola avoidant dalam diri seseorang yang perlu kamu tahu? Apakah sikap ini akan mengancam kelanggengan hubungan kamu?

Avoidant secara psikologis memiliki makna keterikatan yang bekaitan dengan bagaimana seseorang membentuk dan mengelola hubungan interpersonal. Secara khusus, attachment avoidant menggambarkan individu yang cenderung menghindari kedekatan emosional dalam hubungan. Biasanya, ini terjadi sebagai respons terhadap pengalaman masa kecil yang mungkin mencakup perasaan ditinggalkan atau tidak dipenuhi kebutuhan emosional mereka.

Guna menjawab rasa penasaran kamu ke pasangan, apakah doi benar-benar memiliki pola ini atau justru hal tersebut terjadi, hanya karena pasanganmu memang butuh jeda dalam hubungan kalian, kamu wajib simak ciri-ciri avoidant dan bagaimana cara menghadapi pasangan avoidant, berikut!

1. Ciri-ciri avoidant

ilustrasi pasangan avoidant (freepik)

Untuk lebih memahami bagaimana pola attachment avoidant bisa muncul dalam hubungan, berikut adalah beberapa ciri khas dari pasangan yang memiliki pola ini:

1. Menghindari Kedekatan Emosional
Pasangan dengan pola avoidant sering kali merasa tidak nyaman dengan kedekatan emosional yang terlalu intens. Mereka mungkin menghindari percakapan yang dalam atau menunjukkan kerentanannya.

2. Menghargai Kebebasan dan Kemandirian
Mereka cenderung sangat menghargai kebebasan pribadi dan sering kali lebih memilih untuk menghabiskan waktu sendiri daripada bersama pasangan mereka.

3. Sulit Mengungkapkan Perasaan
Pasangan dengan pola avoidant jarang mengungkapkan perasaan mereka secara terbuka. Mereka mungkin merasa kesulitan untuk berbicara tentang perasaan mereka atau lebih memilih untuk memendamnya.

4. Cenderung Menarik Diri dalam Konflik
Ketika menghadapi masalah atau konflik dalam hubungan, individu dengan pola avoidant cenderung menarik diri daripada menyelesaikan masalah tersebut secara terbuka.

5. Takut Terlalu Bergantung pada Orang Lain
Mereka merasa tidak nyaman atau takut bergantung pada pasangan mereka dan sering kali merasa lebih aman jika bisa mengandalkan diri mereka sendiri.

2. Penyebab pola avoidant

ilustasi ciri-ciri avoidant (freepik)

Pola attachment avoidant sering kali terbentuk pada masa kanak-kanak, biasanya sebagai respons terhadap pengalaman yang tidak mendukung dalam lingkungan keluarga. Beberapa faktor penyebabnya antara lain:

  • Pengabaian atau Penolakan Emosional : Anak yang tumbuh dengan orang tua atau pengasuh yang tidak peka terhadap kebutuhan emosional mereka bisa mengembangkan pola avoidant. Jika seorang anak merasa tidak ada yang mengerti atau merespons emosinya, dia akan belajar untuk tidak terlalu mengandalkan orang lain.
  • Pengalaman Mengalami Kecemasan : Jika seorang anak sering kali menghadapi ketidakpastian emosional atau hubungan yang tidak konsisten dengan orang tua, mereka mungkin mengembangkan pola untuk menjaga jarak dari kedekatan emosional.
  • Trauma atau Pengalaman Negatif : Beberapa individu mungkin mengembangkan pola ini sebagai respons terhadap pengalaman trauma atau penolakan yang berulang, baik dalam hubungan keluarga atau hubungan sebelumnya.

3. Tips menyikapi pasangan dengan pola attachment avoidant

ilustrasi menghadapi pasangan avoidant (freepik)

Menghadapi pasangan yang memiliki pola attachment avoidant bisa menjadi tantangan. Namun, ada beberapa cara yang bisa membantu memperbaiki komunikasi dan hubungan kamu dan pasangan, lho!

1. Pahami Pola Mereka, langkah pertama yang penting adalah memahami bahwa pola avoidant bukanlah sesuatu yang bisa diubah dalam semalam. Mereka mungkin memiliki ketakutan atau kecemasan terkait kedekatan emosional, yang bisa mempengaruhi bagaimana mereka berinteraksi dalam hubungan. Dengan memahami ini, Kamu bisa lebih sabar dan berempati terhadap perasaan mereka.

2. Ciptakan Lingkungan yang Aman dan Tidak Menghakimi, pasangan dengan pola avoidant sering merasa terancam atau dikendalikan jika mereka merasa ada tekanan untuk terbuka. Cobalah menciptakan ruang yang aman di mana pasangan merasa dihargai dan diterima tanpa merasa terpaksa untuk berbagi atau mendekatkan diri secara emosional lebih cepat dari yang mereka siap.

3. Komunikasi yang Lembut dan Tidak Memaksa, kalau Kamu ingin mendiskusikan perasaan atau masalah dalam hubungan, penting untuk menggunakan pendekatan yang lembut dan tidak memaksa. Hindari melakukan konfrontasi langsung yang dapat membuat pasangan merasa terpojok. Ajukan pertanyaan dengan cara yang tidak mengancam dan tunjukkan bahwa Kamu peduli.

4. Hormati Kebutuhan untuk Ruang Pribadi, pasangan dengan pola avoidant sering kali membutuhkan waktu untuk diri mereka sendiri. Ini bukan berarti mereka tidak peduli atau tidak mencintai Kamu. Memberikan ruang pribadi adalah tanda penghargaan terhadap kebutuhan mereka untuk keseimbangan emosional.

5. Jaga Batasan, meskipun Kamu ingin membantu doi untuk lebih terbuka, penting untuk tetap menjaga batasan. Jangan merasa tertekan untuk mengorbankan kebutuhan atau perasaan Kamu demi pasangan. Memiliki batasan yang jelas akan membantu menjaga keseimbangan dalam hubungan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team