6 Cara Motivasi Anak Suka Belajar Tanpa Paksaan Orangtua

Mendidik anak untuk suka belajar bukan proses yang instan

Sekolah Dasar (SD) adalah pendidikan formal pertama yang wajib diberikan kepada anak-anak. Pendidikan di tahun-tahun awal pendidikan formal anak adalah masa penting yang bisa menunjang perkembangan mereka secara keseluruhan. 

Nilai akademis menjadi ukuran utama keberhasilan pembelajaran anak, hal ini berlaku di semua tahapan pendidikan formal. Nilai akademis inilah yang menjadi kekhawatiran orangtua, khawatir anaknya tidak menguasai pelajaran dan mendapat nilai buruk. 

Akibatnya tak jarang orangtua memaksa anak untuk belajar dengan berbagai cara, mulai dari les pelajaran, memberi hukuman jika nilai ulangan jelek dan sebagainya. Padahal, memaksa anak untuk belajar justru membuatnya tertekan. Ada beberapa cara yang bisa diterapkan tanpa perlu marah-marah menyuruh anak belajar.

Baca Juga: 5 Tips Mengajarkan Anak tentang Nilai Moral dan Etika Kehidupan

1. Menerima anak apa adanya

6 Cara Motivasi Anak Suka Belajar Tanpa Paksaan Orangtuapexels.com

Sangat wajar jika orangtua memiliki harapan dan ekspektasi pada anak, ingin anak sehat, berprestasi, pandai bergaul, rajin beribadah dan sebagainya. Pola asuh yang kita terapkan pada anak adalah sebuah cara untuk mewujudkan harapan-harapan baik tersebut. 

Namun, jangan sampai ekspektasi dan harapan yang tinggi ini malah mengecilkan mereka dengan beban yang berlebihan. Terimalah anak apa adanya, jangan sampai anak berpikir dan merasa ayah-ibu hanya mencintai mereka jika nilai rapot di sekolah bagus.

Terima anak apa adanya, jika ia sulit memahami matematika, mungkin ia memang tidak berbakat di bidang matematika, jika ia mudah belajar bahasa asing, mungkin ia memiliki bakat di bidang bahasa. Jangan sampai orangtua menuntut anak untuk berbakat dan berprestasi di segala bidang. Justru dengan menerima diri mereka apa adanya, orangtua bisa mengenal kekurangan dan kelebihan anak. 

Mengetahui kelebihan dan kekurangan anak bisa dijadikan alat untuk memotivasi anak agar ia mau berusaha memperbaiki kekurangan dan mempertajam kelebihannya. Ajak anak untuk berdiskusi tentang visi mereka di masa depan, skill apa yang harus ditambah untuk mencapai cita-cita dan yang terpenting dengarkan keluhan mereka.

Tentu obrolan berkualitas dengan anak tidak bisa terjadi begitu saja, orangtua menjadi kunci utama untuk membangun obrolan, kebiasaan ini jika diterapkan sejak dini akan memudahkan komunikasi orangtua-anak, bahkan hingga mereka remaja. Saat anak merasa diterima apa adanya, mereka juga merasa bahagia, bukankah perasaan bahagia yang dirasakan anak juga menjadi salah satu harapan terbesar orangtua.

Baca Juga: 5 Trauma yang Disebabkan Orangtua dan Efek Jangka Panjang Pada Anak

2. Mengasah rasa ingin tahu anak

6 Cara Motivasi Anak Suka Belajar Tanpa Paksaan Orangtuapexels.com

Rasa ingin tahu sebenarnya sudah dimiliki oleh setiap anak. Ingatkah dulu saat mereka masih balita atau saat masih Taman Kanak-kanak (TK), anak selalu aktif bertanya tentang apa saja yang mereka sentuh, mereka dengar, atau mereka lihat. 

Rasa ingin tahu yang dimiliki anak akan membuat mereka berpikir kritis. Orangtua perlu mengasah rasa ingin tahu anak meskipun mereka sudah duduk di bangku SD. Mungkin pertanyaan anak juga semakin rumit karena mereka sudah mendapatkan lebih banyak informasi. Jangan hindari pertanyaan yang diajukan anak dan jangan malas menjawab semua pertanyaan mereka.

Rasa penasaran yang dimiliki anak justru bisa dijadikan alat untuk memotivasi mereka. Jangan lelah menjawab pertanyaan mereka dan menjadikannya sebuah diskusi. Mungkin orangtua tak selalu tahu jawabannya, maka manfaatkan internet untuk mencari jawaban bersama. Kebiasaan ini juga menjadi contoh baik bagi anak agar ia terbiasa memanfaatkan internet sebagai sumber pengetahuan. 

Ada juga cara lain untuk mengasah rasa ingin tahu anak. Dilansir dari laman Melbourne Child Psychology, anak-anak senang saat mereka bisa mengajari atau menjelaskan sesuatu kepada orangtuanya. Akan lebih baik lagi jika orangtua menyediakan waktu khusus agar anak bisa menjelaskan suatu hal secara mendalam.

Coba jadwalkan kegiatan rutin bagi anak untuk mempresentasikan sebuah materi saat seisi rumah sudah berkumpul, mungkin setelah makan malam atau di akhir pekan. Beri kebebasan anak untuk mempresentasikan materi yang sudah ia pelajari di sekolah, kemudian ajukan pertanyaan yang terkait dengan materi. Cara ini akan membuat anak lebih memahami tentang materi yang dipelajari, melatih ia berpikir kritis, sekaligus melatih rasa percaya dirinya. 

3. Buat suasana belajar menyenangkan, bukan menegangkan

6 Cara Motivasi Anak Suka Belajar Tanpa Paksaan Orangtuapexels.com

Jika orangtua menganggap belajar itu sulit dan tidak menyenangkan, maka anak juga akan menganggapnya demikian. Seringkali orangtua berbicara dengan nada tinggi saat mengingatkan anak untuk mengerjakan PR, atau saat anak terlihat tidak serius melakukan kegiatan belajar. Ketegangan yang diciptakan orangtua sebenarnya muncul dari kekhawatiran orangtua dan tidak percaya pada kemampuan anak. 

Sebaliknya jika orangtua mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, maka anak juga dapat merasakannya. Jangan menjadikan kegiatan belajar sebagai kegiatan yang menegangkan dan memaksa anak harus selalu serius. Kenalkan kegiatan belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan agar anak suka melakukannya.

Cara belajar yang kreatif juga dapat membantu anak menyukai kegiatan belajar di rumah, misalnya saja mengajak anak menggambar hewan mamalia menggunakan crayon atau pensil warna-warni sambil menyebutkan ciri-ciri hewan mamalia. Cara belajar kreatif ini akan memudahkan anak saat mereka sudah berada di kelas besar. Anak akan mudah menemukan gaya belajar atau teknik belajar yang efisien.

Belajar juga tidak harus selalu berhadapan dengan buku. Sesekali ajak anak pergi ke museum untuk belajar tentang sejarah atau ajak mereka ke kebun binatang untuk mengenal berbagai jenis hewan. Pengetahuan-pengetahuan baru dapat memancing anak agar menyukai proses belajar di sekolah. 

Dilansir dari laman PBS Kids for Parents, waktu yang dihabiskan anak di sekolah hanya sebagian kecil. Justru lingkungan rumah yang dapat memberi motivasi anak belajar dan menjadikan mereka sebagai pembelajar seumur hidup. Ini saatnya bagi orangtua dari generasi millenial untuk mengubah cara pandang soal belajar dan menciptakan suasana rumah agar anak senang belajar.

4. Meminimalisir gangguan saat belajar

6 Cara Motivasi Anak Suka Belajar Tanpa Paksaan Orangtuapexels.com

Teknologi memang memudahkan kehidupan manusia, termasuk juga memudahkan kegiatan belajar anak. Namun kenyataannya teknologi juga dapat menjadi penghambat anak untuk belajar. 

Gadget adalah gangguan utama yang dapat mendistraksikan anak dari dunia nyata. Kemudahan mendapatkan kesenangan bagi anak lewat beragam gadget terutama handphone, bisa mengalihkan perhatian anak selama berjam-jam jika tidak dibatasi. Namanya juga anak-anak, mereka masih belum bisa mengatur dirinya sendiri. 

Butuh peranan orangtua untuk menerapkan batasan yang konsisten, misalnya dengan menetapkan durasi anak untuk bermain game atau menonton televisi. Jelaskan kepada anak mengapa memberikan batasan menggunakan gadget, dan jelaskan juga kerugian yang bisa dialami anak.

Penjelasan sebab-akibat yang logis akan lebih mudah dipahami anak. Penting diingat, jangan menjadikan hukuman sebagai akibat jika anak melanggar batasan yang sudah disepakati. Oada akhirnya anak hanya tunduk pada aturan karena takut dihukum, bisa jadi ia tidak memahami tujuan aturan yang dibuat.

Selain gadget dan internet, ada juga gangguan yang secara tidak langsung dapat membuat anak enggan belajar. Dilansir dari laman Parenting for Brain, kedekatan orangtua yang hangat, nyaman, dan suportif, dapat memotivasi anak untuk belajar. Sedangkan jika hubungan antara orangtua dan anak selalu tegang, serta membuat anak stres dapat membuat anak kehilangan motivasi belajar

Bangun hubungan yang hangat dengan anak sejak dini, jadilah orangtua sekaligus sahabat bagi anak, selalu sempatkan waktu untuk ngobrol dengan anak, serta selipkan apresiasi dan motivasi di tengah obrolan. Memiliki hubungan yang hangat dengan anak menjadi salah satu pendorong mereka untuk giat belajar. 

5. Mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari

6 Cara Motivasi Anak Suka Belajar Tanpa Paksaan Orangtuapexels.com

Daripada fokus mengarahkan anak untuk menjadi juara kelas, lebih baik bantu anak agar menjadi pembelajar yang setia. Anak perlu merasa bahwa belajar adalah kebutuhan, salah satu caranya memberitahu anak manfaat ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia.

Anak-anak di masa kini mungkin semakin kritis bertanya, misalnya "Untuk apa belajar matematika, cita-citaku kan jadi pengusaha". Orangtua bisa menjelaskan bahwa matematika itu diperlukan di semua bidang, misalnya dengan mengatakan "Bagaimana caranya menghitung hasil usaha kalau tidak pakai matematika?". 

Cara lain yang bisa dicoba dengan mempraktikkan apa yang dipelajari di sekolah dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya saat mengajak anak membeli kue, orangtua bisa mengajak anak mempraktikkan perkalian. Contoh, "Nak coba bantu mama hitung berapa mama harus bayar. Harga kuenya dua ribu, mama beli 10...ayo coba kamu hitung.". 

Tak hanya pelajaran matematika, orangtua juga bisa mencari relevansi materi pelajaran sejarah dengan kondisi saat ini. Misalnya saja sejarah RA Kartini. Tanyakan kepada anak "Kakak tahu cerita tentang RA Kartini? Tahu gak jasa beliau itu bisa bikin mama jadi wanita karier.".

Memancing rasa ingin tahu anak dan mengajaknya merasakan dampak nyata di lingkungan dapat mengasah cara berpikir anak, sehingga mereka merasa puas ketika memahami sebuah materi pelajaran dan mampu menyelesaikan masalah. Perasaan tersebut akan menjadi candu yang baik dan menjadikan mereka menjadi pembelajar.

6. Fokus pada proses bukan hasil

6 Cara Motivasi Anak Suka Belajar Tanpa Paksaan Orangtuapexels.com

Sebagian generasi millennial mungkin ingat saat dulu terima rapor di Sekolah Dasar, guru selalu mengumumkan siapa saja yang nilainya berada di peringkat 5 besar hingga 10 besar. Nama siswa yang berada di 3 besar bahkan ditulis oleh wali kelas di papan tulis. 

Zaman sudah berubah dan peringkat di sekolah sudah tidak bisa dijadikan acuan akurat untuk menentukan masa depan anak karena sifatnya hanya sementara. Jika dulu kita dididik untuk menggapai juara kelas, maka di masa kini orangtua millennial harus berpikir lebih luas tentang konsep belajar.

Dilansir dari laman Parenting for Brain, anak yang mengejar nilai tidak menikmati proses belajarnya. Selain itu anak juga mudah stres sehingga lebih sulit memahami apa yang sedang ia pelajari. Orangtua yang terus menyuruh dan mengontrol anak soal belajar juga dapat menyurutkan semangat mereka. Hasilnya malah orangtua melihat anaknya malas belajar, padahal anak hanya kehilangan semangat. 

Daripada terus mengomentari nilai anak yang tidak memuaskan dan menyalahkan kebiasaan mereka yang malas belajar, lebih baik dekatkan hati kepada anak. Tanyakan kesulitannya, bangun komunikasi, dan ciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Saat anak sudah menyukai kegiatan belajar, hargai prosesnya dan berikan apresiasi akan usahanya. Jika anak sudah memahami apa yang ia pelajari, maka nilai yang baik akan menjadi bonusnya.

Anak-anak yang belajar tanpa paksaan dan tekanan akan lebih termotivasi. Maka ketika anak sudah memegang kendali pada kegiatan belajarnya, lama kelamaan anak akan terbiasa mengatur jam belajarnya dan mampu menetapkan targetnya sendiri. 

Baca Juga: 5 Cara dan Contoh Membangun Kebiasaan Sehat dalam Keluarga

Rina Widowati Photo Community Writer Rina Widowati

There is the whole world at your feet-Mary Poppins

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya