Hady menggambarkan, sektor animasi di Indonesia sulit meledak dan terkesan mengalami proses panjang menghasilkan sebuah karya, karena dukungan pemangku kepentingan yang tak bergerak cepat. Dalam hal ini, pemerintah daerah yang susah untuk diajak kerjasama dan berkolaborasi.
Bukti animasi Indonesia masih jauh untuk mengejar eksitensi negara lain, karena berdasarkan penelitian AINAKI pada 2018, menyatakan animasi lokal yang disiarkan di televisi nasional hanya sebesar 19,6 persen (dari 9 judul). Salah satunya serial berjudul Petualangan Si Unyil.
Selebihnya serial animasi di angka 80,4 persen (37 judul) yang tayang di televisi nasional merupakan karya impor kiriman luar negeri. Meski dalam situasi pelik, Hady optimistis perjuangan pelaku seni industri ini tak lelah, hingga akhirnya film Jumbo meledak.
Membahas karya animasi yang dikenal global, ia mencontohkan IP animasi yang sudah booming. Yakni Pokemon, Hello Kity, Winnie The Pooh, Mickey Mouse, dan Star Wars. Harapannya, Indonesia bisa menghasilkan dan mewujudkan produk serupa yang benar-benar memanfaatkan SDM lokal tersertifikasi.
"Ada beberapa animator maupun tenaga ahli kita yang terlibat dalam proyek (animasi dikenal global). Termasuk saya pernah ada terlibat di MV Yellow Claw - Amsterdamned," katanya.