Perahu Telok Abang: Kemeriahan HUT RI yang Menyusut Seiring Waktu
Intinya Sih...
- Perahu telok abang adalah mainan tradisional yang menjadi bagian dari perayaan kemerdekaan di Palembang.
- Minat anak-anak terhadap perahu telok abang mulai menurun seiring dengan modernisasi dan pandemi corona.
- Tradisi perahu telok abang sudah ada sejak masa penjajahan Belanda dan beradaptasi dengan zaman, meskipun popularitasnya menurun.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Palembang, IDN Times – Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi unik untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia, dan Palembang dikenal dengan kemeriahan perahu telok abang yang menghiasi jalan-jalan protokol. Perahu telok abang, mainan tradisional yang menjadi bagian dari perayaan kemerdekaan, merupakan simbol ceromoni yang khas di kota ini.
Perahu telok abang, yang dijual khusus selama bulan Agustus, merupakan mainan kapal kecil yang terbuat dari bahan styrofoam atau gabus sintetis dengan sebutir telur merah yang ditancapkan di atasnya. Tradisi ini menandakan kedekatan momentum kemerdekaan. "Jika sudah banyak penjual perahu telok abang, itu menandakan Hari Kemerdekaan semakin dekat," ujar Riska, salah seorang pedagang perahu telok abang di Jalan 26 Ilir, pada Kamis (15/8/2024).
1. Antusias pembeli perahu telok abang menurun sejak tahun 90 an
Tradisi ini mulai terlihat di sepanjang Jalan Radial menuju Jalan Merdeka di depan Kantor Wali Kota (Wako) dan meluas hingga ke Jalan 26 Ilir. Namun, seiring dengan modernisasi, minat anak-anak terhadap perahu telok abang mulai menurun. "Dibandingkan tahun 90-an, antusiasme membeli perahu telok abang kini menurun dalam lima tahun terakhir, apalagi saat pandemi corona," kata Riska.
Perahu telok abang, yang dalam bahasa Palembang berarti "telur merah," telah menjadi bagian dari tradisi lokal sejak lama. "Mainan ini sudah jadi tradisi turun-temurun dan hanya ada di Palembang menjelang 17 Agustus," tambah Riska. Selain kapal dan pesawat, perahu telok abang juga dapat dibuat menjadi replika Jembatan Ampera.
2. Perahu telok abang bisa juga dijadikan sebagai hiasan di rumah
Perahu telok abang diartikan dengan perahu telor merah. Telok abang berarti telur merah. Dalam bahasa Palembang, telok merupakan telur dan abang artinya warna merah. "Sudah puluhan tahun berjualan kapal telok abang. Mainan ini sudah jadi tradisi turun menurun sejak lama dan hanya ada di Palembang menjelang 17 Agustus," timpalnya.
Perahu telok abang berbentuk seperti mainan tradisional anak-anak, namun telok abang juga bisa menjadi hiasan menarik untuk dipajang di rumah. Selain berbentuk pesawat dan kapal, telok abang juga bisa dibuat jadi replika Jembatan Ampera.
Meskipun perahu telok abang masih dapat ditemukan menjelang perayaan HUT RI, jumlah pedagangnya semakin berkurang. Modernisasi dan perubahan zaman menjadi faktor utama dalam penurunan popularitas tradisi ini.
3. Tradisi permainan perahu telok abang sudah ada sebelum Indonesia merdeka
Menurut Sejarawan Sumatra Selatan, Kemas Kms. A.R. Panji, permainan perahu telok abang sebenarnya sudah ada sejak masa penjajahan Belanda, pada masa kepemimpinan Ratu Wilhemina II.
"Saat ini, inovasi membuat perahu telok abang tidak hanya berupa kapal, tetapi juga pesawat udara. Namun, permainan tradisional ini sudah ada sejak sebelum kemerdekaan, sedangkan perahu telok abang baru dikenal setelah tahun 60-an," jelas Panji.
4. Dahulu perahu telok abang dari telur bebek sekarang diganti telur ayam
Perahu telok abang menjadi contoh bagaimana tradisi bermain dapat beradaptasi dengan perubahan zaman. Awalnya, telok abang adalah telur yang direbus dan diberi pewarna merah. Namun, dengan perubahan harga dan ketersediaan bahan, kini telur ayam menggantikan telur bebek dalam mainan ini. "Jadi, selain mainan, anak-anak juga mendapatkan telur yang bisa dimakan," kata Panji.
Tradisi perahu telok abang di Palembang adalah salah satu cara masyarakat merayakan kemerdekaan dengan cara yang khas dan penuh warna, meskipun semakin jarang terlihat di tengah modernisasi.