Ibu-ibu di Palembang Soal Belajar Online, Susah Fokus di Depan TV

Bikin rindu momen di sekolah

Palembang, IDN Times - Sejak Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang mengeluarkan instruksi siswa sekolah belajar di rumah karena pandemik COVID-19 pertengahan Maret 2020, para orangtua mulai kelabakan membagi waktu di rumah. Selain harus melaksanakan urusan rumah, mereka harus menjaga agar anaknya konsisten mengikuti pelajaran yang dilakukan lewat online.

"Mereka merasa di rumah itu libur bukan belajar dari rumah. Dan kita yang juga ada di rumah karena WFH, dipikir si anak juga libur. Kerja jadi tiga kali lipat. Urus rumah, urus anak, juga urus pekerjaan," ungkap Defyarini, ibu dengan seorang anak yang bersekolah di SD swasta Palembang, Rabu (22/4).

Pola belajar yang semula bertemu fisik di sekolah menjadi virtual, ternyata belum dipahami sepenuhnya oleh siswa. Sang anak merasa kehadiran mereka di rumah sebagai kompensasi libur tanpa meninggalkan kewajiban belajar. 

"Kita minta mereka fokus belajar dari laptop, malah minta nonton YouTube. Lalu sekolah minta belajar di TVRI, mereka malah nonton acara di stasiun TV lain. Mereka bisa ketinggalan pelajaran," sebut RA Ernawati.

Baca Juga: Belajar di Rumah Siswa SD Hingga SMP di Palembang Lanjut Hingga 29 Mei

1. Anak-anak kurang tertib dan lebih ruwet

Ibu-ibu di Palembang Soal Belajar Online, Susah Fokus di Depan TVIlustrasi sekolah di Indonesia (T Amir Hamzah Indra Pura)

Menurut Sabita, seorang Wali Murid SD Kartika Palembang. Selama program belajar di rumah secara online, justru menimbulkan suasana lebih ruwet. Anak-anak menurutnya membutuhkan proses lebih lama untuk tertib belajar.

"Saya punya tiga anak dan semuanya masih sekolah. Sulung masih kelas 5 SD, nomor dua kelas 1 SD, dan terakhir masih TK. Seluruhnya di Kartika dan belajar online lewat Zoom. Bukan mudah malah bikin pusing," ujarnya.

Tugas menulis paling melelahkan bagi Sabita. Sebab di awal belajar, orangtua harus membujuk anak untuk stay di depan video conference. Dilanjutkan menulis tugas, dan setelah tulisan selesai harus difoto satu per satu lalu dikirim kembali ke guru.

"Anak di rumah lebih rewel, kadang mau makan dulu, mau nonton kartun dulu. Susah bujuk supaya diam untuk belajar. Kadang anak-anak ngeluh kebanyakan tugas, gak bisa main, dan ketemu teman-teman sekelasnya," lanjut dia.

2. Anak bisa mendapat pengawasan langsung dari orangtua

Ibu-ibu di Palembang Soal Belajar Online, Susah Fokus di Depan TVIlustrasi belajar dari laptop. IDN Times/ Dok. Istimewa

Berbeda halnya dengan Sabita. Bagi Soimah, orangtua dari siswa SD N 183 Palembangini mengatakan, belajar online di rumah memberikan dampak positif buat anak-anaknya lebih disiplin, dan serius untuk memahami pelajaran yang diberikan oleh guru.

"Saya bisa mengawasi langsung, apalagi dia bukan dari sekolah saja belajar online. Tempat les bahasa inggris juga menerapkan sistem itu. Kalau setiap mulai bimbel, saya selalu di samping dia untuk lihat cara belajar tanpa harus bermain. Kalau waktu les seminggu sekali dan buat tugas dari sekolah seminggu cuma sampai hari Jumat, " kata dia.

Sedangkan menurut sang anak, Alfarabi, selain belajar tatap muka dari video dan online, dirinya juga diwajibkan belajar lewat televisi. "Kadang gantian dari sekolah kalau hari ini video call, besok nonton TVRI terus buat tugas. Kadang semuanya ramai nonton saling pantau dengan video," tambahnya.

Baca Juga: Ini Tanggapan Gubernur Sumsel soal Usulan PSBB Palembang

3. Guru harus kerja dua kali

Ibu-ibu di Palembang Soal Belajar Online, Susah Fokus di Depan TVilustrasi belajar online (IDN Times/Mela Hapsari)

Kendala tidak hanya dihadapi oleh para siswa dan orangtua. Ternyata guru juga merasakan hal sama. Mursalina, seorang guru MTS swasta di Jalan Angkatan 66 Palembang, mengaku berusaha dua kali lipat ketimbang belajar di sekolah.

Saat siswa mengirimkan tugas dengan video, dirinya harus memeriksa satu per satu tugas tesebut karena kendala penunjang. Handphone yang ia miliki tidak cukup menampung seluruh video yang dikirim oleh siswa.

"Videonya besar karena panjang. Memori handphone tak cukup jadi satu per satu diperiksa. Tapi dampak positifnya anak lebih disiplin waktu. Saya buat grup What'sApp untuk umumkan tugas dengan tenggat waktu pengumpulan. Jika lewat dari deadline waktu kirim, mau tidak mau nilai dikurangi," sambung dia.

4. Belajar online di rumah menimbulkan rasa rindu mengajar di sekolah

Ibu-ibu di Palembang Soal Belajar Online, Susah Fokus di Depan TVilustrasi sekolah (IDN Times/Maulana)

Selain itu, belajar online via konferensi video membuat sebagian guru merindukan momen bertemu langsung dengan para murid. Mengajar secara langsung membuat guru justru menjadi lebih semangat, apalagi melihat antusias anak-anak.

"Kalau guru TK lihat anak-anak langsung bawaannya senang, walaupun kadang mereka bikin kesal. Rindu juga belajar langsung. Beda rasa dan suasana," ungkap seorang guru TK swasta di Palembang yang tak ingin disebutkan namanya.

Uniknya, lanjut guru perempuan tersebut, hal menarik saat mengajar online ketika dirinya harus berada di ruang kelas tanpa murid-murid yang hadir. Memberikan pelajaran seperti biasa, namun sendirian di dalam kelas yang kosong.

"Saya tetap di sekolah tapi anak-anak di rumah. Ini sudah program sekolahan kami, jadi saya menatap kamera. Semua murid saya ajarkan juga langsung tersambung dan diawasi oleh para orangtua, jadi ngomong sendiri sama kamera dan ditontonin," ungkap dia.

Baca Juga: Pemkot Palembang Pindahkan Siswa Filial ke Sekolah Terdekat Domisili 

5. Butuh persiapan matang agar bisa belajar efektif secara online

Ibu-ibu di Palembang Soal Belajar Online, Susah Fokus di Depan TVTayangan pembelajaran di TVRI untuk siswa belajar di rumah, Senin (13/4). (IDN Times/Wayan Antara)

Kisah lain dibagikan guru SD Negeri 23 Palembang, Muslim. Dirinya menceritakan, semenjak 17 Maret 2020 sekolah diganti dengan belajar di rumah melalui online, sistem belajar siswa jadi berantakan.

"Karena tidak semua siswa akhirnya mengerjakan tugas. Misal dari 33 siswa hanya 14 atau 17 orang yang kumpul tugasnya. Sisanya saya kurang tahu kemana, bisa jadi mereka sibuk bantu orangtuanya atau kuotanya habis," ungkap dia.

Dirinya pun berharap, di kondisi seperti sekarang sebaiknya ada sumbangsih dari orangtua murid agar lebih memperhatikan anak-anaknya, dan jangan diabaikan begitu saja. Anak-anak juga harus dipantau dan dibantu jika ada kesulitan.

"Dalam hal belajar secara online ini, yang harus disiapkan itu buku dan kuota internet. Menurut saya tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Sebab kalaupun hari ini tidak terpantau, tugasnya bisa dibuat besok," harapnya.

6. Fasilitas minim membuat sulitnya belajar secara online

Ibu-ibu di Palembang Soal Belajar Online, Susah Fokus di Depan TVIlustrasi belajar jarak jauh/IDN Times

Kepala Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Sekolah Filial Palembang, Herman Wijaya mengatakan, para pelajar di sekolah tersebut mengalami kesulitan dan tidak maksimal menerima ilmu melalui sistem dalam jaringan atau daring.

"Karena alatnya tidak mendukung, belajar online harus punya hp android dan laptop. Tidak semua siswa kita yang punya, karena mereka bukan dari kalangan atas. Jadi alternatifnya minta mereka mengejar pelajaran mandiri, kalau tidak mengerti tanya ke guru dan telepon untuk laporan kegiatan," terangnya.

Alternatif lain mendorong murid belajar dengan sistem kelompok. Maksudnya, mengerjakan tugas secara bergantian dengan meminjam handphone siswa yang punya. Atau meminta seorang siswa mengambil soal di sekolah, dan meminta mereka mengerjakannya di rumah.

"Ada lagi cara lain yang juga diterapkan seperti minta seorang siswa yang memiliki handphone untuk menyebarkan soal ke teman-teman mereka, dan belajar bersama-sama di rumah. Setelah soal selesai dikerjakan baru ada penilaian," tandas dia.

Baca Juga: [LINIMASA] Perkembangan COVID-19 di Sumsel yang Kian Meresahkan

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya