Cap Go Meh Palembang: Tradisi Kambing Hitam di Pulau Kemaro

Palembang, IDN Times - Perayaan Cap Go Meh Palembang tak hanya dirasakan umat Tionghoa. Masyarakat sekitar pun turut menyemarakkan event tahunan di Pulau Kemaro ini.
Cap Go Meh Palembang berlangsung sejak 6 Februari dan acara puncak digelar pada 11 Februari 2025. Cap Go Meh merupakan acara rutin yang terselenggara setiap 15 hari setelah Imlek.
1. Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkian yang bermakna puncak atau akhir dari perayaan Imlek

Pulau Kemaro yang menjadi lokasi khas perayaan Cap Go Meh Palembang kerap menyajikan berbagai pertunjukan Barongsai dan menerbangkan lampion. Namun tradisi istimewa Cap Go Meh Palembang adalah momen penyembelihan kambing hitam jantan saat malam puncak perayaan.
Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkian yang bermakna puncak atau akhir dari perayaan Imlek. Cap Go Meh di Palembang lebih terkenal dengan sebutan Festival Lentera Pulau Kemaro.
"Tiap daerah itu punya ciri khas masing-masing. Nah, Palembang ini menyembelih kambing jantan hitam," kata Budayawan Tionghoa Palembang, Cik Harun dalam pesan singkat yang diterima, Minggu (9/2/2025).
2. Penyembelihan kambing jantan hitam tepat tengah malam di depan altar leluhur Siti Fatimah

Proses penyembelihan kambing jantan hitam dilakukan tepat tengah malam dan di depan altar leluhur Siti Fatimah. Tradisi ini sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan kepada leluhur. Pemilihan kambing jantan berwarna hitam adalah tradisi leluhur dan sudah dijalankan secara turun temurun.
Alasan kambing jantan hitam yang dipilih, karena Siti Fatimah adalah seorang muslim dan kambing halal bagi umat muslim. Berdasarkan cerita rakyat, kisah cinta Siti Fatimah dan Tan Bun An menjadi bukti kehadiran Pulau Kemaro di Sungai Musi Palembang. Siti Fatimah adalah seorang Putri Palembang dan Tan Bun An, merupakan seorang saudagar asal Cina.
3. Lokasi tenggelam Siti Fatimah dan Tan Bun An jadi pulau kecil yang dikenal Pulau Kemaro

Kisah singkat mereka bermula dari Tan Bun An dan Siti Fatimah yang memutuskan menikah setelah memperoleh restu dari orang tua Tan Bun An di Tiongkok.
Mereka kembali ke Palembang membawa hadiah berupa tujuh guci besar. Namun, saat Tan Bun An membuka guci-guci tersebut di Sungai Musi, dia mendapati isinya hanya sawi asin. Karena malu dan tidak tahu, dia lalu membuang guci itu.
Tetapi saat di guci terakhir Tan Bun An baru mengetahui isinya adalah emas. Tan Bun An meminta pengawalnya terjun ke Sungai Musi, lalu dia pun menyusul. Namun mereka berdua tak muncul lagi ke permukaan.
Karena Tan Bun An dan pengawalnya hilang, akhirnya Siti Fatimah juga ikut terjun ke Sungai Musi. Tapi ketiganya tak pernah kembali ke daratan dan akhirnya tempat mereka tenggelam itu jadi pulau kecil yang dikenal Pulau Kemaro.
4. Pulau Kemaro berada di delta kecil Sungai Musi Palembang, 6 kilometer dari Jembatan Ampera

Pulau Kemaro berada di delta kecil Sungai Musi Palembang yang terletak sekitar 6 kilometer dari Jembatan Ampera. Lokasi ini memang menjadi destinasi wisata unik tiap Cap Go Meh. Keistimewaan Pulau Kemaro adalah tidak pernah tenggelam walau Sungai Musi Palembang pasang.
Pada zaman Kolonial, Pulau Kemaro dijadikan benteng pertahanan Kesultanan Palembang. Lalu beralih fungsi menjadi camp tahanan dan lahan pertanian. Hingga akhirnya kini menjadi tempat ibadah serta destinasi wisata religi.