Sulitnya Kelas Menengah Menggapai Pendidikan Tinggi

Mereka dianggap "kaya" tapi kesulitan membiayai pendidikan

Palembang, IDN Times - Millennial Indonesia berkembang sejak di bawah program wajib belajar 9 tahun, dan mengartikan sebagian besar millennial setidaknya tamat dari Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Namun menyelesaikan pendidikan sederajat dan memiliki pendidikan yang lebih tinggi lagi, ternyata punya masalah yang sama sekali berbeda karena dipengaruhi oleh kelas sosial, ekonomi, dan gender. Lebih kaya seorang millennial, semakin tinggi kemungkinan pendidikan yang mereka miliki. Laki-laki juga memiliki peluang yang sedikit lebih tinggi untuk mengenyam pendidikan.

Baca Juga: Mas Nadiem, Mending Dana POP untuk Menunjang Belajar Online!

1. Kesenjangan pemuda kota dan perdesaan

Sulitnya Kelas Menengah Menggapai Pendidikan TinggiIlustrasi Pendidikan (IDN Times/Sukma Shakti)

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Laporan Pemuda 2020 mencatat bahwa pendidikan rata-rata pemuda Indonesia (usia 16-30 tahun) mencapai 10,78 tahun, atau setara dengan seseorang mengenyam pendidikan hingga tahun pertama di Sekolah Menengah Pertama (SMA).

Namun ada kesenjangan antara perkotaan dan pemuda di pedesaan, dengan penduduk perkotaan memiliki pendidikan yang lebih tinggi (11,37 tahun) dibandingkan rekan-rekan mereka di pedesaan (9,97 tahun).

Antara pemuda berbadan sehat dan cacat juga memiliki kesenjangan lebih besar. Pemuda berbadan sehat memiliki kesempatan belajar 10,81 tahun di sekolah, sedangkan pemuda penyandang disabilitas hanya bisa bersekolah selama 7,11 tahun.

Baca Juga: Wacana Belajar SMK Menjadi 4 Tahun, Disdik Sumsel: Minat Makin Turun

2. Sebanyak 57 persen angkatan kerja memiliki pendidikan rendah

Sulitnya Kelas Menengah Menggapai Pendidikan TinggiIlustrasi pendidikan. IDN Times/Sukma Shakti

Menurut data Bank Dunia pada 2021, 57 persen dari angkatan kerja di Indonesia memiliki pendidikan menengah pertama (setara SMP) atau lebih rendah. Bank Dunia juga mencatat pembelajaran yang buruk di Indonesia, mengakibatkan siswa kurang memperoleh pendidikan yang seharusnya mereka miliki dari periode tertentu.

Ketika seseorang mendapat pendidikan tinggi, baik gelar Diploma hingga Master, justru mereka yang berasal dari kelas sosial ekonomi bawah karena memiliki peluang yang lebih baik daripada kelas sosial ekonomi menengah.

3. Kelas menengah punya kesempatan sedikit

Sulitnya Kelas Menengah Menggapai Pendidikan Tinggi(Ilustrasi pendidikan) IDN Times/Sukma Shakti

Beasiswa dan program bantuan pendidikan yang menyasar masyarakat miskin, telah memberikan dampak. Meskipun hal ini menjadi temuan yang menggembirakan, namun menunjukkan ada sebagian besar populasi yang ditinggalkan.

Kelas menengah yang merupakan 85 persen dari sampel pendataan IDN Times, kurang memiliki kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan lebih tinggi. Mereka yang terjebak di kelas menengah berarti tidak memiliki sumber daya cukup untuk membiayai pendidikan sendiri, dan dianggap terlalu kaya untuk mendapatkan akses ke beasiswa atau bantuan keuangan lainnya.

Pada gilirannya, mereka menghasilkan lebih sedikit kesempatan kerja yang memungkinkan untuk mencapai kelas sosial ekonomi atas atau memiliki penghasilan yang lebih tinggi dari orangtuanya.

Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2022 digelar IDN Media mengusung tema Indonesia Fast Forward. Acara ini berlangsung 2 hari, 29-30 September 2022, di Tribrata Jakarta, dengan menghadirkan 3 stage, yakni Visionary Leaders by IDN Times, Future is Female by Popbela, dan Talent Trifecta by ICE.

IMGS 2022 menghadirkan 115 pembicara kompeten di berbagai bidang, dari politik, ekonomi, bisnis, olahraga, budaya, lintas agama, sosial, lingkungan sampai kepemimpinan millennial.  Ajang millennial dan Gen-Z terbesar di Tanah Air ini dihadiri lebih dari 4.000 future leader Indonesia. Dalam IMGS 2022, IDN Times juga meluncurkan Indonesia Gen Z and Millennial Report 2022. Survei ini dikerjakan IDN Research Institute bekerja sama dengan Populix.

Survei ini digelar pada periode 27 Januari-7 Maret 2022, dengan margin of error kurang dari 5 persen. Melalui survei yang melibatkan 1.000 responden di 12 kota dan daerah aglomerasi ini, IDN Times ingin menyajikan potret yang jelas dan lengkap mengenai Gen Z Indonesia, sehingga bisa memahami dan membentuk mereka lebih baik sebagai calon pemimpin bangsa. Simak hasilnya di IMGS 2022, dan ikuti perkembangannya di situs kami, IDN Times.

Baca Juga: 3 Cara Ini Dianggap Sukses Terapkan Kurikulum Merdeka Belajar

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi
  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya