Pada saat seorang anak perempuan masih kecil, sosok ibu merupakan segalanya dan sangat diidolakannya. Dia juga sering kali bercita-cita ingin seperti ibunya. Namun, menjelang masuk sekolah penilaian mulai bergeser.
Ibu dianggap sebagai pribadi yang galak. Dengan segala peraturan, disiplin, yang diterapkan sehingga tak jarang ada yang menganggap ibunya adalah tiger mother. Menjelang remaja, masa ini dapat dikatakan saat yang memanas antara ibu dan anak perempuannya.
Sering terjadi beda pendapat, bertengkar, dan berontak. Ibu dianggap terlalu cerewet, pengatur, dan selalu ingin tahu urusan ‘pribadi.’ Pokoknya anak perempuan menganggap ibunya sebagai sosok yang menyebalkan. Sehingga hari-hari selalu diwarnai dengan konflik hingga tak jarang terjadi percekcokan.
Jika diamati, seharusnya antara ibu dan anak perempuannya tidak terjadi konflik karena mereka mempunyai ikatan batin dan emosional yang erat. Dilansir The Journal of Neurosciene, dalam otak terdapat sistem kortikolimbik.
Sistem ini mengatur bagaimana berperilaku, bertindak, dan mengatur emosi. Ternyata sistem kortikolimbik pada ibu berhubungan dengan yang ada pada anak perempuannya. Sehingga ada pola yang berkaitan dengan emosional, diturunkan dari ibu pada anak perempuannya.
Maka tercipta hubungan emosional yang kuat antara ibu dan anak perempuan. Misalnya saat anak perempuan sedang mengalami kesulitan atau masalah, ibu adalah orang pertama yang peka atau merasakannya. Nah, jika demikian mengapa ibu dan anak perempuan sering konflik? Berikut lima penyebabnya: