5 Alasan Kenapa Berhenti Jadi People Pleaser Itu Lebih Sehat

People pleaser adalah istilah untuk orang-orang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain. Kedengerannya memang bagus, tetapi istilah ini sebenarnya digunakan untuk menggambarkan kondisi yang kurang sehat. Sebab, mereka sering kali berlebihan hingga mengorbankan diri sendiri.
Lebih dari itu, people pleaser bahkan berada di tahap kepura-puraan. Menyenangkan orang lain pada akhirnya menjadi beban dan keterpaksaan. Penyebab paling umum biasanya karena keinginan untuk memenuhi ekspektasi orang lain agar dapat diterima, atau kadang hanya ingin menghindari konflik.
Jika kamu merasa people pleaser ada dalam dirimu, maka ini saatnya untuk berhenti. Kamu tidak harus terus-menerus mengorbankan diri sendiri demi kepentingan orang lain. Coba renungan lima alasan berikut kenapa berhenti jadi people pleaser itu baik.
1. Demi keseimbangan hidup yang lebih sehat
Berhenti menjadi people pleaser itu baik, karena kamu layak memprioritaskan diri sendiri. Alih-alih selalu berusaha memenuhi harapan orang lain, lebih baik fokus pada diri sendiri terlebih dahulu. Ini bukan suatu keegoisan, melainkan demi keseimbangan hidup yang lebih sehat.
Memberi dan menerima pada dasarnya harus seimbang dalam hubungan, baik dengan keluarga maupun teman. Tetapkan batasan yang jelas antara kebutuhan diri dan kebutuhan orang lain. Tidak ada salahnya sesekali mendahulukan orang lain, tetapi jangan sampai ada tekanan batin.
2. Meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain
Menjadi people pleaser sering kali membuat hubungan terasa tidak seimbang. Kamu cenderung memberi terlalu banyak tanpa menerima hal yang setimpal. Hubungan seperti itu tentunya kurang sehat dan harus dihindari, karena berisiko membuat salah satu pihak hanya dimanfaatkan.
Hubungan seharusnya dibangun dengan ketulusan dan kepedulian. Kamu dan orang-orang di sekitarmu harus saling menghargai, sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. Misalnya, kamu berani menolak permintaan teman saat tidak mampu melakukannya.
3. Memberi ruang untuk tumbuh dan berkembang
Jangan terus-menerus memenuhi keinginan orang lain. Saatnya memberi ruang kepada diri sendiri untuk tumbuh dan berkembang. Bebaskan dirimu dari beban dan mulailah fokus pada tujuan pribadi, seperti mengejar impian tanpa rasa takut akan penolakan dan kritik dari orang lain.
Keputusan untuk berhenti jadi people pleaser akan membuka banyak kesempatan bagi diri sendiri. Kamu bisa mengeksplorasi potensi diri lebih dalam. Sebab, kepentinganmu juga pantas diprioritaskan, baik dalam hal karir maupun kehidupan pribadi.
4. Meningkatkan kepercayaan diri dan harga diri
Memprioritaskan kebutuhan dan keinginan pribadi adalah bentuk dari menghargai diri sendiri. Secara tidak langsung kamu menunjukkan sisi dirimu yang lebih percaya diri. Dengan begitu, orang lain pun akan segan dan menghargaimu dengan layak.
Berhenti jadi people pleaser untuk membangun harga diri adalah suatu hal yang baik. Ini memberi kamu rasa kontrol atas hidupmu sendiri. Kepercayaan diri pun semakin meningkat, karena tidak lagi bergantung pada persetujuan orang lain untuk merasa berharga.
5. Mengurangi stres, sehingga lebih sehat secara mental
People pleaser sebenarnya merasa tertekan jika harus selalu memenuhi harapan orang lain. Namun, pada saat yang bersamaan, mereka juga merasa hal itu seperti sebuah kewajiban. Lambat laun muncul rasa cemas, stres, bahkan frustasi.
Untuk membebaskan diri dari beban itu, kamu harus berhenti jadi people pleaser. Buang segala macam kecemasan yang tidak perlu. Tidak lagi merasa terikat pada kewajiban untuk menyenangkan semua orang akan membuatmu jauh lebih tenang, bukan?
Berhenti jadi people pleaser bukan berarti berhenti menjadi orang baik. Lagipula, melakukan sesuatu dengan keterpaksaan bukan suatu hal yang baik. Kamu hanya perlu lebih bijak dalam bersikap dan bertindak.