Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi seseorang mencari arah hidup (pexels.com/George Pak)

Fase dewasa awal merupakan periode transisi yang penuh tantangan. Pada masa itu, kita mulai dihadapkan pada berbagai tanggung jawab hidup, seperti pekerjaan, relasi, dan pengambilan keputusan penting. Meskipun kita telah melewati masa remaja, banyak hal dalam kehidupan dewasa masih terasa baru dan membingungkan.

Tidak jarang kita merasa seolah tidak mengetahui apa-apa dan kerap melakukan kesalahan. Perasaan tidak siap atau salah langkah kerap muncul dalam proses tersebut. Justru melalui pengalaman-pengalaman itulah kita mulai belajar dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa lantaran beberapa alasan berikut.

1. Minimnya pengalaman hidup

ilustrasi seseorang dengan pengalaman hidup minim (pexels.com/cottonbro studio)

Pada awal masa dewasa, pengalaman hidup kita masih terbatas. Banyak situasi baru yang belum pernah dihadapi, sehingga keputusan yang diambil pun seringnya kurang tepat. Kesalahan menjadi hal yang umum terjadi karena kurangnya referensi dari pengalaman sebelumnya.

Melalui berbagai pengalaman, kita perlahan-lahan akan belajar untuk bersikap lebih bijak. Proses demikian membutuhkan waktu dan tidak bisa dipaksakan terjadi dalam sekejap. Setiap kesalahan justru menjadi sarana pembelajaran untuk memperbaiki diri di masa depan.

2. Adanya tekanan sosial dan harapan dari lingkungan

ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/Liza Summer)

Lingkungan sosial sering memberikan tekanan dalam bentuk harapan yang tinggi terhadap individu di usia dewasa awal. Kita dianggap harus sudah berhasil secara finansial, mapan secara emosional, dan memiliki arah hidup yang jelas. Hal demikian dapat menimbulkan beban mental yang cukup berat.

Tekanan dari sekitar dapat membuat kita merasa tidak cukup baik ketika belum mampu memenuhi ekspektasi tersebut. Akibatnya, keputusan yang diambil seringnya didorong oleh rasa takut atau sekadar ingin menyenangkan orang lain, bukan berdasarkan pertimbangan yang matang. Hal itu dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kesalahan.

3. Pencarian jati diri yang masih berlangsung

ilustrasi proses penemuan jati diri (pexels.com/RDNE Stock project)

Masa dewasa awal merupakan periode pencarian jati diri yang lebih dalam. Kita sedang mencoba memahami nilai-nilai pribadi, tujuan hidup, dan identitas diri secara utuh. Proses tersebut tentu tidak selalu berjalan mulus dan bahkan bisa menimbulkan kebingungan.

Karena belum sepenuhnya mengenal diri sendiri, kita menjadi lebih mudah terpengaruh oleh pendapat atau pilihan orang lain. Akibatnya, kita bisa melakukan hal-hal yang ternyata tidak sesuai dengan prinsip atau kebutuhan pribadi. Kesalahan yang terjadi sering berasal dari upaya untuk menemukan siapa diri kita sebenarnya.

4. Ketidaksiapan menghadapi realitas kehidupan

ilustrasi merasa frustrasi (pexels.com/Liza Summer)

Di fase dewasa awal, kita akan memahami bahwa dunia nyata berbeda dari apa yang kita bayangkan sebelumnya. Tanggung jawab seperti mengelola keuangan, mengatur waktu, menjaga kesehatan mental, dan membangun hubungan yang sehat menjadi tantangan baru. Banyak dari kita merasa tidak siap ketika semua itu harus dihadapi secara bersamaan.

Ketidaksiapan itu dapat menyebabkan kecemasan dan kebingungan dalam mengambil keputusan. Ketika realitas tidak sesuai dengan ekspektasi, kita bisa merasa gagal atau tidak mampu. Namun, sesungguhnya hal itu merupakan bagian wajar dari proses adaptasi menuju kedewasaan.

5. Proses tumbuh yang tidak selalu lurus

ilustrasi berusaha dengan keras (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Perjalanan menuju kedewasaan bukanlah proses yang lurus atau tanpa hambatan. Setiap individu tentu akan menghadapi tantangan dan kesalahan yang berbeda-beda. Hal tersebut merupakan bagian alami dari proses tumbuh dan berkembang.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, kita belajar untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijaksana. Setiap kegagalan memberikan pelajaran baru yang memperkaya pemahaman kita tentang hidup. Seiring waktu, kita akan menyadari bahwa kesalahan bukanlah akhir, melainkan awal dari pembelajaran yang lebih mendalam.

Fase dewasa awal sering terasa membingungkan dan penuh kesalahan, tetapi hal itu bukanlah kegagalan, melainkan bagian dari proses menjadi dewasa. Melalui pengalaman itu, kita belajar mengenal dunia, memahami diri sendiri, dan membentuk ketangguhan. Menjadi dewasa bukan soal tahu segalanya, melainkan soal terus belajar dari setiap langkah, termasuk yang keliru.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team