Telok Ukan Khas Palembang, Hanya Muncul Saat Agustusan

Intinya sih...
- Telok ukan, camilan khas Palembang yang terbuat dari telur bebek dicampur air pandan dan kapur sirih.
- Muncul saat perayaan HUT Indonesia, telok ukan memiliki cita rasa manis dan gurih.
- Tradisi penjualan telok ukan tetap dilestarikan setiap bulan Agustus sebagai simbol kebersamaan dan perayaan di Palembang.
Palembang, IDN Times – Telok ukan, sebuah sajian khas dari Kota Palembang, kerap menimbulkan tanda tanya bagi yang baru pertama kali melihatnya. "Telok (telur) ukan (bukan)?" adalah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh masyarakat. Meski terbuat dari telur bebek, sajian ini berbeda dari telur biasa karena isinya telah dicampur dengan bahan lain, menjadikannya unik dan menarik perhatian.
Telok ukan adalah makanan khas Palembang yang hanya muncul saat perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Indonesia, khususnya di bulan Agustus. Menjadi ikon kemeriahan 17 Agustus, telok ukan selalu diburu oleh warga Palembang. Namun, saat hari-hari biasa, menemukan penjual telok ukan sangatlah sulit.
1. Proses Pembuatan Telok Ukan yang Unik
Pembuatan telok ukan dimulai dengan mengeluarkan isi telur bebek dari cangkangnya melalui lubang kecil di bagian atas. Isi telur tersebut kemudian dicampur dengan air pandan dan kapur sirih, lalu dikocok hingga merata. Setelah tercampur sempurna, adonan tersebut dimasukkan kembali ke dalam cangkang telur dan ditutup dengan kayu gabus. Telur yang telah diisi kembali ini kemudian direbus selama 30 menit atau lebih hingga matang.
"Telok ukan paling banyak dijual saat Agustusan. Ini makanan musiman yang muncul jelang perayaan kemerdekaan saja. Nama 'Telok (Telur) Bukan' ini muncul karena tampilannya seperti telur bebek, tapi isinya berbeda. Dulu, karena telur bebek mahal, maka diolah menjadi telok ukan sehingga dari satu telur bisa jadi 3-4 telok ukan," jelas Sejarawan Sumsel, Kemas Ari Panji.
2. Telok ukan dijual dengan harga mulai dari Rp5 ribu
Telok ukan memiliki cita rasa manis dan gurih, hasil perpaduan antara pandan dan kapur sirih. Setiap butir telok ukan dijual dengan harga mulai dari Rp5 ribu. Tekstur telok ukan bisa berbeda-beda tergantung pada proses masaknya. Semakin lama direbus atau dikukus dengan api kecil, semakin merata kematangan isi telok ukan dan semakin gurih rasanya.
"Kalau sudah matang, telok ukan bisa dimakan dengan nasi dan lauk lainnya, atau langsung disantap begitu saja," tambah Kemas.
3. Pedagang telok ukan di Palembang ramai berjualan di depan Kantor Wako Jalan Merdeka
Telok ukan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan kemerdekaan di Palembang. Dulu, penjual telok ukan sering ditemui di sekitar arena lomba panjat pinang. Hingga kini, tradisi ini tetap dilestarikan, dengan pedagang telok ukan berjejer di depan Kantor Wali Kota Palembang di Jalan Merdeka setiap bulan Agustus.
Rasyid, seorang pedagang telok ukan, mengaku bahwa dirinya selalu menjual telok ukan setiap tahun. Selain untuk mencari penghasilan tambahan, ia juga ingin melestarikan tradisi Palembang.
"Keseharian saya kuli bangunan, tapi tiap 17-an selalu di sini karena sudah rutinitas," ungkapnya.
Telok ukan bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol kebersamaan dan perayaan di Palembang setiap Hari Kemerdekaan. Dengan rasa yang unik dan proses pembuatan yang khas, telok ukan tetap menjadi salah satu sajian yang paling dinantikan setiap tahunnya.