Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Duren imbe atau durian hutan khas Muba. (IDN Times/Yuliani)

Intinya sih...

  • Musim durian di Muba menjadi momen ditunggu untuk menikmati duren imbe atau durian hutan.
  • Duren imbe langka dan harus dicari di hutan, memiliki rasa manis legit, ukuran kecil, dan harga relatif lebih mahal.
  • Pedagang meraup keuntungan besar dari penjualan duren imbe dengan harga Rp50 ribu untuk satu durian besar.

Musi Banyuasin, IDN Times - Musim durian menjadi momen yang paling ditunggu oleh masyarakat di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumsel untuk menikmati duren imbe atau durian hutan.

Dari segi ukuran, durian khas Muba ini sangat berbeda dengan durian umumnya. Duren imbe memiliki ukuran bulat dan sangat kecil dengan ciri duri yang runcing dan panjang. Karena ukurannya yang kecil, isinya pun sedikit namun punya cita rasa manis legit dan berwarna kuning keemasan.

1. Duren imbe tumbuh di tengah hutan

Duren imbe atau durian hutan khas Muba. (IDN Times/Yuliani)

Duren imbe, atau yang juga sering disebut warga lokal dengan duren daun ini, cukup langka. Karena untuk mendapatkannya, masyarakat harus masuk ke dalam hutan dan biasanya pohon duren imbe ini tumbuh liar di hutan. Tak heran jika harganya pun sangat mahal.

Namun di balik kelangkaan dan harganya yang mahal, pembeli duren imbe tak akan kecewa jika sudah mencicipi daging durian hutan ini. Rasanya tak berbeda dengan durian pada umumnya, namun duren imbe cukup legit dan ukuran bijinya relatif kecil. Sehingga makan 1-2 biji sudah cukup puas. Selain itu, jika ingin membuka duren imbe maka harus dibelah menjadi dua karena durian ini jarang memiliki ruas. 

2. Terkenal dengan rasanya yang manis legit dan berwarna kuning tembaga

Duren imbe atau durian hutan khas Muba. (IDN Times/Yuliani)

Salah satu pedagang duren imbe di Kecamatan Lais, Endang mengaku, ia harus masuk ke dalam hutan untuk mencari duren imbe ini, karena tidak tumbuh di sembarang tempat.

"Kalau yang saya jual ini dapat dari hutan di Desa Talang Kembang Umur, Kecamatan Lais Muba. Jarang ketemu duren imbe, makanya harganya mahal," ujarnya.

Dirinya mengaku selalu meraup keuntungan yang cukup banyak dibandingkan menjual durian jenis biasa. Karena duren imbe benar-benar lebih unggul dan sangat manis meskipun berukuran kecil.

"Kalau pecinta durian pasti paham, duren imbe ini terkenal dengan rasanya yang manis legit dan berwarna kuning tembaga. Banyak yang mengincar durian ini apalagi kandungan gasnya sangat sedikit dibandingkan durian biasa," terangnya.

3. Dulu duren imbe jarang dikonsumsi

Duren imbe atau durian hutan khas Muba. (IDN Times/Yuliani)

Endang mengaku, dirinya menjual duren imbe di kisaran Rp50 ribu untuk sebuah durian berukuran cukup besar. Sementara yang kecil di harga 3 buah Rp100 ribu.

"Dulu jarang ada yang minat sekarang banyak diburu pembeli setelah tahu rasanya sangat enak. Banyak juga yang bilang ini makanan monyet di hutan, dan barulah duren ini terkenal sehingga sering dicari orang," terangnya.

4. Banyak warga dari luar Muba datang untuk mencicipi duren imbe

Duren imbe atau durian hutan khas Muba. (IDN Times/Yuliani)

Sementara itu, Kabag Humas Pemkab Muba Herryandi Sinulingga AP mengatakan, musim durian membawa berkah tersendiri bagi warga Muba. Pasalnya banyak warga dari daerah lain berbondong-bondong mengunjungi Muba untuk membeli dan menjual kembali duren imbe ini di kota besar lainnya.

"Banyak warga luar Kabupaten Muba membeli durian hutan untuk dijual kembali, apalagi durian hutan yang memliki bentuk unik dan rasanya manis menjadi incaran," kata Lingga. 

Pihaknya berharap kepada warga kiranya buah-buahan asli Kabupaten Muba bisa dijaga dan dilestarikan dengan menanam pohonnya. 

"Tentunya ini juga mendongkrak perekonomian masyarakat khususnya warga yang memiliki kebun durian," ungkapnya

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team