Sumsel Lirik Rempah Sebagai Komoditas Ekspor Perkebunan

Rempah belum jadi komoditas utama petani Sumsel

Palembang, IDN Times - Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan melirik rempah sebagai bagian dari komoditas ekspor Sumatra Selatan. Keseriusan tersebut akan dimulai dari hilirisasi tanaman rempah di 17 kabupaten dan kota.

Para petani akan dilibatkan dalam peningkatan serta memanfaatkan hasil perkebunan yang ada. "Bila rempah ini dikembangkan secara masif, bukan hal yang mustahil jika ke depannya kita bisa menjadi daerah pengekspor rempah di Indonesia," ungkap Kepala Dinas Perkebunan Sumsel, Fachrurrozi, dalam kegiatan Festival rempah Sumsel, Sabtu (24/10/2020).

Baca Juga: Harga Karet Sumsel Menguat, Pemilu Amerika Jadi Penentu

1. Perlu hilirisasi produk rempah untuk naikkan permintaan

Sumsel Lirik Rempah Sebagai Komoditas Ekspor PerkebunanUnsplash/Andrea Leon

Fachrurrozi menjelaskan, pengembangan industri hilir rempah harus dibangun bersama, di mana produk rempah dapat diolah dan dikemas sebaik mungkin untuk menaikkan nilai tambahnya.

Untuk masuk ke sana perlu waktu karena rempah belum dilirik sebagai hasil perkebunan utama. "Perlu ada hilirisasi produk. Sehingga ada permintaan yang meningkat. Dengan begitu, petani dengan sendirinya akan mengembangkan tanaman ini," jelas dia. 

2. Rempah harus ditingkatkan sebagai komoditas utama

Sumsel Lirik Rempah Sebagai Komoditas Ekspor PerkebunanGubernur Sumsel meninjau berbagai tanaman rempah (IDN Times/istimewa)

Petani Sumsel masih melihat rempah sebagai bagian tanaman tumpang sari dengan komoditas utama lain. Untuk menjadikannya sumber daya ekspor petani harus serius menggarap rempah sebagai bagian dari produksi utamanya.

"Seperti di OKU Selatan, petaninya menanam rempah berbarengan dengan tanaman kopi (komoditas utama) Begitu juga di daerah penghasil kopi lainnya seperti Kota Pagaralam, Lahat dan daerah lainnya," jelas dia.

3. Hampir seluruh wilayah Sumsel penghasil rempah

Sumsel Lirik Rempah Sebagai Komoditas Ekspor PerkebunanIlustrasi rempah (pexels.com/martabranco)

Lanjut Fachrurrozi, dari hasil statistik tahun 2019 lalu, Sumsel memiliki hasil panen rempah cukup banyak. Terhitung kebun lada yang ada seluas 11.460 hektare (ha) dengan total produksi lada kering sebanyak 6.330 ton. Lalu, kemiri dengan luas lahan 2.884 ha mampu menghasilkan sebanyak 2.554 ton.

Lalu kebun cengkeh 291 ha kebun cengkeh dengan produksi sebanyak 52 ton bunga kering. Kemudian ada juga komoditas kayu manis dengan luas lahan 690 ha bisa memproduksi 503 ton kulit kering.

"Kebun vanili mencapai 25 ha kebun dengan produksi 12 ton polong kering. Lalu, 1.164 ha kebun aren dengan produksi sebanyak 286 ton gula aren. Belum lagi tanaman lainnya seperti jahe, lengkuas dan tanaman rempah lainnya. Hampir seluruhnya ada di kabupaten/kota," jelas dia.

4. Gubernur nilai berjualan rempah sudah sangat mudah

Sumsel Lirik Rempah Sebagai Komoditas Ekspor PerkebunanGubernur Sumsel, Herman Deru (IDN Times/istimewa)

Sementara itu, Gubernur Sumsel Herman Deru yang membuka festival rempah mengatakan, rempah memiliki nilai komersil yang tinggi. Hanya saja dirinya melihat perlu pengemasan rempah dengan berbagai bentuk yang dapat menaikkan nilai jualnya.

"Di zaman IT ini juga, kita lebih mudah mencari manfaat dari berbagai tanaman rempah serta memasarkannya. Sehingga bisa menumbuhkan permintaan dari produk rempah," kata dia.

Baca Juga: Sumsel Perpanjang Siaga Darurat Karhutla Sampai 30 November 2020

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya