Pandemik COVID-19 Meluas, Pengusaha dan Petani Kopi Sumsel Menjerit

Harga biji kopi ditingkat petani ikut terdampak

Palembang, IDN Times - Minuman berbahan kopi jadi primadona dengan ragam olahan seperti kapucino, Es Kopi Latte, Es Kopi Susu, V60 hingga Espresso, paling banyak diminati pembeli. 

Bermacam gerai kopi tumbuh subur sejak tahun 2018. Merek dagang mulai bermunculan, dari franchise produk ternama hingga merek dagang lokal dalam balutan usaha mikro kecil menengah (UMKM), tumbuh subur di setiap titik kota Palembang.

Tetapi bagaimana kondisi penjualan kopi selama masa pandemik? Banyak pengusaha mengeluh, dan akhirnya memutar otak untuk berjualan kopi lewat online. Hal yang belum terpikirkan sebelumnya oleh pedagang kopi konvensional.

IDN Times mencoba menelusuri cerita mengenai dampak COVID-19 bagi para pengusaha dan asosiasi pengusaha dan petani yang berada di Palembang dan Semendo. 

1. Setop berjualan sejak grafik COVID-19 di Palembang meningkat

Pandemik COVID-19 Meluas, Pengusaha dan Petani Kopi Sumsel MenjeritKedai kopi milik Adyos (IDN Times/Istimewa)

Sejak masa pandemik berlangsung, deretan kendaraan sudah tidak ada lagi yang parkir di depan gerai kopi "Sangkar Bob Coffe" milik Adyos Tri Wicaksono, salah satu pengusaha kopi di kawasan Musi Raya, Perumnas. Lalu lalang kendaraan pun tak sepadat sebelumnya. Sebab banyak orang-orang memilih beraktivitas di rumah.

Olahan minuman kopi dengan aneka rasa pun tidak lagi keluar dari mesin di tokonya.

"Saya sudah hampir dua bulan tidak berjualan, apa lagi sejak ada imbauan di rumah saja dan curva perkembangan COVID-19 menanjak. Otomatis tidak ada lagi pemasukkan semenjak COVID-19 ini," ujar Adyos Tri Wicaksono kepada IDN Times, Kamis (14/5).

Baca Juga: Menuju PSBB Palembang, Pemerintah Bakal Wajibkan Belanja Online

2. Mulai lakukan efisiensi pegawai

Pandemik COVID-19 Meluas, Pengusaha dan Petani Kopi Sumsel MenjeritKini kedai kopinya sudah tak seramai dulu (IDN Times/Istimewa)

Adyos menjelaskan, sejak menutup gerai kopi miliknya, otomatis penjualan yang dilakukan secara konvensional mulai ditinggalkan. Dirinya menatap cara baru penjualan kopi yang lebih efisien di tengah rencana Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Ya, dirinya mulai berpikir untuk berjualan secara online.

"Sudah terpikirkan untuk jualan online. Sekarang sedang proses membeli botol-botol dan stikernya. Nanti setelah ini baru kita mulai, meski harga untuk botol-botol ini sedikit lebih mahal," ujar dia.

Tadinya, Adyos memiliki dua orang pegawai yang membantu mengurus kedai kopi miliknya. Hanya saja semenjak COVID-19, terpaksa mereka dirumahkan sampai pandemik berlalu.

"Mereka yang kerap bantu saya di sini adalah calon pengusaha juga yang sedang belajar. Tapi karena kondisi begini, terpaksa kita setop dulu," tegas dia.

3. Penjualan kopi secara online jadi sarana hadapi pandemik

Pandemik COVID-19 Meluas, Pengusaha dan Petani Kopi Sumsel MenjeritBiji kopi (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Hal serupa diungkapkan pemilik kedai kopi Anestic. Pria bernama Rangga ini mengaku, turut menjual dagangannya melalui online. Ia memberi promo demi menarik masyarakat untuk membeli kopi. Dari pengakuan dia, hampir semua pengusaha kopi mulai berubah haluan tak lagi mengandalkan penjualan di tempat.

"Kita bertahan mengandalkan jualan online ini saja. Beberapa pelanggan datang untuk take away," jelas dia.

4. Beri promo demi menarik minat pelanggan

Pandemik COVID-19 Meluas, Pengusaha dan Petani Kopi Sumsel MenjeritOlahan kopi (IDN Times/Rangga Erfizal)

Penjualan online atau take away saat ini mengandalkan botol plastik. Dirinya mengakui banyak pembeli yang tertarik dengan menu es kopi susu aren selama pandemik. Menu yang ditawarkan pun variatif, mulai dari ukuran normal hingga literan.

"Kita tetap harus bayar operasional. Misal listrik, karyawan, hingga tempat sewa usaha. Maka beberapa pengusaha kopi memberi promo seperti buy one get one. Ada juga yang memberikan promo buy two get one free," jelas dia. 

5. Cerita kelompok petani kopi selama masa pandemik

Pandemik COVID-19 Meluas, Pengusaha dan Petani Kopi Sumsel Menjeritansaigonfoodtours.com

Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geogragis (MPIG) Kopi Semendo, Mulustan, mengakui penurunan pendapatan petani dalam dua bulan terakhir akibat pandemik. Dirinya menjelaskan, para pengepul banyak yang tidak berani mengambil kopi dari petani. Sedangkan kedai-kedai kopi di Medan, Lampung dan Palembang, sudah berangsur tutup akibat kondisi tersebut.

"Kita juga bingung kopi sekarang mau lari ke mana. Lampung sudah tutup, Medan juga, Palembang berangsur tutup. Semua pengiriman lewat mobil juga tutup," jelas Mulustan.

Semendo menjadi wilayah penghasil kopi di Sumsel, wilayahnya yang berada di dataran tinggi kabupaten Muara Enim membuat biji kopi dari Semendo diminati masyarakat. Menurut Mulustan, jenis Kopi Semendo yang paling terkenal adalah Robusta yang sudah ditanam petani sejak puluhan tahun silam. Sedangkan jenis Arabica baru digeluti sekitar tiga tahun terakhir, namun tetap diminati banyak pencinta kopi.

"Saat ini kita masih tetap menanam dan panen. Robusta baru akan panen pada Agustus mendatang, sedangkan Arabica sudah mulai panen. Saat ini belum ada langkah dari pemerintah, sebab musim panen Robusta masih lama. Sedangkan Arabica kita belum banyak sehingga pemerintah juga bingung mau membantu apa," ujar dia.

6. Dua jenis Kopi Semendo turun harga

Pandemik COVID-19 Meluas, Pengusaha dan Petani Kopi Sumsel MenjeritHasil olahan Kopi (IDN Times/Rangga Erfizal)

Harga penjualan kopi pun jatuh. Biji kopi jenis Robusta yang siap dikirim hanya dihargai sekitar Rp15.000 per kilogram. Padahal sebelum pandemik, biji kopi tersebut bisa dihargai Rp18.000-Rp20.000. Apalagi kopi berjenis Arabica yang terjun bebas. Harganya, dari yang semula Rp50.000 per kilogram menjadi Rp20.000 di tingkat pengepul.

"Sejauh ini kita bingung mau melempar kopi ini ke mana kalau pengusaha kopi tutup. Tidak ada yang menampung. Kita harap masalah COVID-19 ini berlalu di tahun ini juga," ujar pendamping petani kopi di desa Plakat dan Gunung Agung tersebut.

7. Dinas Perkebunan minta petani simpan hasil perkebunan sampai kondisi harga membaik

Pandemik COVID-19 Meluas, Pengusaha dan Petani Kopi Sumsel Menjeritbackstreetacademy.com

Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) dari Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian, mengakui jika COVID-19 sangat berdampak bagi petani kopi terutama di wilayah penghasil seperti Muara Enim, Lahat, Pagaralam, hingga OKU Selatan.

Kondisi ini terjadi akibat stok yang melimpah, namun permintaan pasar berkurang. Apa lagi menjelang panen kopi yang diprediksi terjadi dalam waktu dekat. Semakin menyulitkan petani lantaran minat terhadap kopi berkurang.

"Memasuki musim panen akhir Mei dan Juni ini, kita menganjurkan petani tidak terburu-buru memetik kopi dengan cara petik pelangi. Tapi tunggu sampai kopi benar-benar matang atau petik merah, dan jangan dijual basah atau dalam bentuk glondongan. Upayakan diproses dan dijemur kering sehingga dapat disimpan. Saat COVID-19 berakhir serta harga sudah membaik dapat dijual kembali," jelas Rudi.

Menurutnya, menyimpan kopi menjadi langkah tepat sembari menunggu permintaan pasar kembali normal. Pihak Dinas Perkebunan Sumsel juga sedang mengupayakan resi gudang kopi dapat menampung kopi petani.

"Baiknya petani jual sesuai kebutuhan. Kita sedang mengupayakan dan memperjuangkan Resi Gudang Kopi bersama Direktur PPHP, mudah-mudahan ada jalan keluar untuk dana talangan bagi petani kopi," jelas dia.

8. Harga kopi di tingkat petani ke lima wilayah

Pandemik COVID-19 Meluas, Pengusaha dan Petani Kopi Sumsel MenjeritBiji Kopi Liberica di Desa Air Gading Banyuasin Sumsel (IDN Times/Sumsel)

Berikut harga komoditas hasil kopi di wilayah penghasil di Sumsel pekan ini.

  • Kabupaten Muara Enim
    Kopi Robusta Berasan petani Rp15.000 - Rp16.500
    Kopi Arabika Berasan Petani Rp70.000
    Kopi Arabika Bubuk Rp160.000
  • Kabupaten Empat Lawang
    Kopi Robusta asalan kisaran Rp16.500 - Rp 17.500
  • Kabupaten Lahat
    Kopi asalan: Rp18.000 - Rp 20.000
    Kopi Robusta petik merah Rp35.000 - Rp40.000
    Kopi organik Rp70.000
  • Kabupaten Pagaralam
    Robusta asalan Rp15.000 - Rp16.000
    Petik merah Rp37.000
  • Kabupaten OKU Selatan
    Robusta asalan Rp15.000
    Robusta semi bagus Rp17.000 - Rp18.000

 

Baca Juga: Siap-siap, Pelanggar PSBB Palembang Bersihkan Selokan

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya