Omzet Gerabah di Palembang Turun 50 Persen Karena Pandemik

Bertahan dalam bisnis dari duit tabungan

Palembang, IDN Times - Sejak awal pandemik COVID-19, kondisi perekonomian penjual kerajinan gerabah di Kota Palembang terus turun secara signifikan. Jika dihitung pendapatan yang masuk turun hampir 50 persen lebih, dan membuat pengrajin terus merugi.

"Jika sebelum pandemik dalam satu bulan saya bisa menghasilkan Rp5 juta, kalau saat ini Rp2,5 juta sudah syukur," ungkap pengrajin gerabah Dede Sarimana di Palembang, Sabtu, (3/10/2020).

Baca Juga: UMKM Sumbang Pertumbuhan Ekonomi di Sumsel Hingga 60 Persen

1. Di awal pandemik, gerabah gak laku-laku

Omzet Gerabah di Palembang Turun 50 Persen Karena PandemikPembuatan gerabah kendi, celengan, hingga pot bunga (IDN Times/istimewa)

Dede mengaku, penghasilan yang menurun tersebut belum dipotong dengan modal untuk membuat berbagai macam gerabah. Dalam satu bulan, sedikitnya Dede memerlukan sekitar satu truk tanah liat yang dibelinya Rp1 juta dan kayu bakar Rp300.000.

"Jadi pendapatan sebulan saat ini paling Rp1,2 juta. Tapi alhamdulilah masih ada yang beli," ujar dia.

Penurunan pembeli dirasakan Dede sejak tiga bulan awal pandemik, puncaknya saat memasuki bulan Mei dan Juni. Saat itu, gerabah-gerabah yang dihasilkan tidak ada yang membeli, sehingga tertumpuk di rumah.

"Mei itu awal puasa sampai lebaran benar-benar kosong. Sudah bingung harus gimana, untungnya kami ada tabungan sedikit dan cukup untuk makan," jelas dia.

2. Sudah ajukan BLT usaha terdampak COVID-19 tapi tidak ada kelanjutan

Omzet Gerabah di Palembang Turun 50 Persen Karena PandemikProses pembuatan gerabah dari tanah liat (IDN Times/istimewa)

Jenis gerabah yang dibuat oleh Dede bermacam-macam, mulai dari celengan ayam, kendi, tembuni, hingga pot bunga. Di tengah pandemik, pot bunga gerabah boleh dibilang banyak diminati. Pasalnya, orang-orang kebanyakan beraktivitas di rumah dan menggeluti hobi  menanam tanaman hias.

"Untuk pot bunga baru-baru ini dibuat karena ada yang memesan. Meski tidak banyak dalam sebulan ada 30-an pot yang laku," ujar dia.

Di massa yang sulit seperti saat ini, dia telah mengajukan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk sektor usaha terdampak COVID-19. Hanya saja, hingga sejauh ini tidak ada sedikit bantuan yang dia terima.

"Kalau bantuan sih kami tidak ada, tidak pernah dapat. Usaha ini masih bisa bertahan karena tabungan kami saja," jelas dia.

3. Dalam satu bulan bisa hasilkan 1.400 gerabah

Omzet Gerabah di Palembang Turun 50 Persen Karena PandemikProses pembuatan gerabah di Palembang (IDN Times/istimewa)

Dalam proses pembuatan gerabah, memerlukan waktu yang panjang. Selain, di jemur gerabah yang sudah dibentuk harus melalui proses pembakaran agar dapat menghasilkan gerabah yang keras.

"Prosesnya pembakaran panjang, gerabah yang baik harus di jemur, kalau langsung dibakar hasilnya tidak bagus, dia jadi hitam dan mudah pecah," jelas dia.

Dalam proses pembakaran gerabah Dede bisa menghasilkan 1.400 gerabah dalam satu bulan. Gerabah ini biasanya dibentuk dahulu baru dibakar. Dalam proses pembakaran tidak bisa dilakukan sedikit-sedikit, dan haruslah dilakukan sekaligus.

"Biasanya minimal 600 potong pot temuni, 200 celengan dan 600 pot bunga. Kalau sedikit-sedikit tambah rugi, karena kayu bakarnya mahal," kata dia.

Baca Juga: Mencicip Pindang Ikan Gabus Khas Palembang, Lezat Disantap Saat Hangat

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya