Tingkat SJK di Sumsel dengan Inovasi Pinjam Meminjam Capai Rp49,8 T

Deklarasi Wirausaha Muda Sumsel

Palembang, IDN Times - Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sumatera Selatan (Sumsel) merupakan daerah yang memiliki tingkat Sektor Jasa Keuangan (SJK) cukup tinggi, yakni dengan inovasi pinjam meminjam (Fintech P2P Lending) total keseluruhan sebesar Rp49,8 triliun.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso mengatakan, total Fintech P2P Lending tersebut berasal dari akumulasi pinjaman atau untuk seluruh Indonesia mencapai Rp49,8 triliun.

"Sumsel hingga caturwulan pertama tahun ini terakumulasi jumlah pinjaman daring sebesar Rp33,2 triliun dengan jumlah outstanding sebesar Rp7,79 triliun. Sementara untuk jumlah debitur seluruh yakni Rp 11,4 triliun," katanya, pada Deklarasi Wirausaha Muda di Golden Sriwijaya Ballroom, Jumat (27/9).

1. Faktor pertumbuhan SJK ekonomi secara global dipengaruhi melalui kontributor terhadap ekonomi baru

Tingkat SJK di Sumsel dengan Inovasi Pinjam Meminjam Capai Rp49,8 TIDN Times/Feny Maulia Agustin

Wimboh mengungkapkan, faktor pertumbuhan SJK ekonomi secara global dipengaruhi melalui kontributor terhadap ekonomi baru dalam mendorong proyek menjadi prioritas. Kemudian, mewujudkan SJK yang inklusif dalam menciptakan ekosistem dan pembiayaan termasuk mendorong UMKM agar terprovokasi dari enterpreneur muda.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki target Inklusi 59,7% pada 2013, tahun 2016 (66,8%) dan tahun 2019 (75,0%). Sementara angka literasi yakni 21,8% pada 2013, 29,7% di tahun 2016 dan sebesar 35,0% untuk tahun 2019," ungkapnya.

Dalam dua tahun terakhir, OJK terus mendorong usaha jasa sektor keuangan, baik perbankan, asuransi dan pasar modal agar bisa memenuhi pembiayaan yang diperlukan pengusaha sehingga bisa menyerap tenaga kerja.

"Harapannya, pertumbuhan ekonomi tumbuh, pendapatan pajak naik dan pengangguran berkurang. Kita mengarahkan program kerja ke arah sana. Kami yakin pembiayaan bisa tumbuh bahkan hingga dua digit," sambung dia.

2. Pertumbuhan kredit tumbuh sebesar 12 persen, walau pertumbuhan SJK ekonomi meluas

Tingkat SJK di Sumsel dengan Inovasi Pinjam Meminjam Capai Rp49,8 TIDN Times/Feny Maulia Agustin

Wimboh menuturkan, meski pertumbuhan SJK ekonomi meluas secara global, namun untuk pertumbuhan kredit saat ini masih sebesar 12 persen, hingga membuat pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,17 persen. Padahal, di 2017 lalu, pertumbuhan ekonomi bisa menyentuh angka 8 persen. Analisanya, pemberian kredit yang dilakukan ternyata tidak menyasar wirausaha baru.

"Kredit disalurkan kepada pengusaha lama yang usahanya tumbuh stagnan. Dana kredit tidak digunakan untuk meningkatkan produktifitas. Tapi, dibelikan aset seperti tanah. Artinya, dana kredit yang disalurkan tidak menyasar ke tujuan lainnya, yakni penambahan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan pajak," tutur dia.

Baca Juga: Antisipasi Harga Naik, Pemprov Sumsel Budidayakan Bawang Putih Lokal 

3. Pertumbuhan ekonomi di Sumsel tetap bertahan dari krisis

Tingkat SJK di Sumsel dengan Inovasi Pinjam Meminjam Capai Rp49,8 TIDN Times/Feny Maulia Agustin

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Hafisz Tohir menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di Sumsel patut disyukuri. Karena, di tengah krisis ekonomi yang melanda dunia, Sumsel dan Indonesia mampu menunjukkan ketahanan dari terpaan krisis. Kondisi tersebut disebabkan adanya pertumbuhan wirausaha baru dan dDi Sumsel pertumbuhan wirausahanya sudah lebih baik dari nasional.

"Saya gembira, karena kita sudah di atas rata-rata nasional dan semangat untuk menjadi wirausaha cukup besar. Namun, secara struktural, penyebaran entrepreneur belum merata, ada penumpukan di beberapa daerah. Sehingga ada daerah lain yang kosong dan juga ada yang padat. Ini yang harus ditumbuhkembangkan, sehingga penyebarannya bisa masuk ke basis yang memang diperlukan," jelas dia.

4. Pemerataan wirausaha mampu memaksimalkan potensi daerah

Tingkat SJK di Sumsel dengan Inovasi Pinjam Meminjam Capai Rp49,8 TIDN Times/Feny Maulia Agustin

Hafisz melanjutkan, pemerataan wirausaha di berbagai daerah nantinya mampu memaksimalkan potensi daerah yang ada. Contoh, ada suatu daerah yang kaya akan sumber daya alam, tapi tidak ada yang menggerakkan untuk menjadikannya sebagai peluang usaha.

"Inilah yang kami maksud agar mulai dipicu anak muda sebagai pemain ekonominya. Kita tidak perlu takut. Negara kita bisa sebesar seperti ini, karena kemampuan pedagangnya yang berlayar sampai ke negeri Cina untuk berdagang," ujar dia.

"Kita harus menggunakan baju produksi luar negeri. Karena cost produksi kita sangat kalah dari luar. Sebab, Cina melakukan dumping yang membuat barang dari kita tidak bisa bersaing karena harganya jauh lebih murah," tandas dia.

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya