Pondasi Belum Maksimal, Faktor Ekonomi Syariah di Sumsel Rendah

Perlu bentuk ekosistem melalui product development

Palembang, IDN Times - Perkembangan ekonomi syariah secara nasional masih lebih lamban ketimbang pertumbuhan perbankan konvensional. Bahkan aktivitas ekonomi syariah yang rendah ini, turut dirasakan pelaku ekonomi di Sumatra Selatan (Sumsel).

Menurut pengamat ekonomi syariah sekaligus Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN RF Palembang, Heri Junaidi, faktor utama ekonomi syariah lambat bertumbuh di Sumsel adalah pondasi yang belum maksimal.

"Dalam arti pondasinya kurang pelibatan pemerintah dan tahapan kerja sama yang belum optimal. Problem besar ekonomi syariah dipengaruhi minimnya mengambil potensi yang berkembang, sehingga memengaruhi aktivitas yang stagnan," ujarnya melalui Webinar Jurnalis Ekonomi Syariah (JES) Palembang bertema 'Menakar Kekuatan Ekonomi Syariah di Sumsel', Kamis (21/1/2021).

1. Kembangkan ekonomi syariah lewat gerakan sinergitas

Pondasi Belum Maksimal, Faktor Ekonomi Syariah di Sumsel RendahWebdinar JES Palembang, Menakar Kekuatan Ekonomi Syariah di Sumsel (IDN Times/Dokumen)

Langkah awal untuk mengembangkan ekonomi syariah di Sumsel yakni memanfaatkan teknologi dan digitalisasi, supaya tujuan menyejahterakan masyarakat lewat perbankan syariah dapat terpenuhi. Apalagi kehadiran instansi keuangan berbasis syariah bertujuan membentuk gerakan sinergitas.

"Mulai dari merancang masterplan dan program yang harus direalisasikan," katanya.

Seperti menciptakan ekosistem melalui product development, meliputi syariah market place, halal digital licensing, innovation hub, digital banking dan syariah fintech. Program kemandirian ekonomi syariah diharapkan berkembang dan bisa mengejar kesuksesan perbankan konvensional.

Baca Juga: Rencana Merger Bank Syariah BUMN, Nasib Nasabah Ditentukan Tahun Depan

2. Pilar pengembangan ekonomi syariah dapat dijadikan edukasi

Pondasi Belum Maksimal, Faktor Ekonomi Syariah di Sumsel RendahWebdinar JES Palembang, Menakar Kekuatan Ekonomi Syariah di Sumsel (IDN Times/Dokumen)

Kepala Bank Indonesia (BI) Sumsel, Hari Widodo menyampaikan, pertumbuhan syariah belum relatif tinggi karena pemahaman masyarakat masih sangat minim. Padahal pilar pengembangan ekonomi syariah mampu memberikan edukasi, seperti bekerja sama Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat.

"Misal pemberdayaan ekonomi syariah, pemahaman dasar bisa diberikan saat ceramah di masjid atau tentukan pasar keuangan syariah melalui riset asesmen dan edukasi," terang dia.

BI Sumsel dalam mengembangkan ekonomi syariah telah menerapkan program UMKM, serta membangun pondok pesantren dari pembiayaan syariah, serta melakukan sertifikasi halal berdasarkan ketentuan pasar bisnis.

"Kita buat UMKM bergandengan dengan syariah dan digitalisasi, membentuk keterkaitan ekonomi baru nasional dan regional. Serta hadirkan program pembiayaan non tunai seperti Indonesia sadar wakaf menggunakan cashless," jelasnya.

3. Penerapan ekonomi syariah sudah masuk UU sejak tahun 1992

Pondasi Belum Maksimal, Faktor Ekonomi Syariah di Sumsel RendahWebdinar JES Palembang, Menakar Kekuatan Ekonomi Syariah di Sumsel (IDN Times/Dokumen)

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 7 Sumbagsel, Untung nugroho melanjutkan, lembaga syariah menjadi elemen baru di sektor ekonomi secara global. Pemanfaatan program syariah bisa direalisasikan melalui segmen islamic finance, halal food, muslim friendly travel dan modest fashion.

"Karena mengenai ekonomi syariah sudah ada dalam undang-undang sejak 1992 lalu. Yakni tentang UU perbankan syariah," kata dia.

Indonesia mendapat posisi ekonomi syariah dalam pertumbuhan positif. Yakni perkembangannya bergerak per tahun atau year on year sebesar 9,12 persen. Artinya, penyaluran pembiayaan perbankan syariah terbilang masih tinggi peminat.

"Data kami mencatat per Oktober 2020, total aset keuangan syariah indonesia (tidak termasuk saham syariah) mencapai Rp1.741,87 miliar," jelasnya.

Sejauh ini untuk mendorong pengembangan syariah di Sumsel adalah melewati sejumlah tantangan seperti meningkatkan market share, fokus pemahaman literasi keuangan, diferensiasi model bisnis, adopsi teknologi, dan pemenuhan SDM lebih optimal.

"Caranya dorong jasa layanan syariah terhadap masyarakat dengan membangun kepercayaan lewat bank syariah," timpal dia.

4. Pertumbuhan ekonomi syariah tidak saja soal keuangan

Pondasi Belum Maksimal, Faktor Ekonomi Syariah di Sumsel RendahIlustrasi Peserta CPNS di Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah Sumsel sekaligus Direktur Utama Bank Sumsel Babel, Achmad Syamsudin menambahkan, pembahasan soal ekonomi syariah dan menakar perkembangannya di Sumsel tidak melulu terkait keuangan.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi syariah harus dilihat secara menyeluruh. Mulai dari pelakunya, bagaimana mereka melakukan aktivitas ekonomi syariah, dan apa tujuan utama memilih ekonomi syariah dalam kehidupan sehari-hari.

"Kalau bicara syariah dengan pembiayaan zakat, kita tentu harus melakukan pemberdayaan zakat berbasis non tunai di setiap wilayah. Kita harus mengambil potensi kekuatan wakaf untuk mengedepankan ekonomi syariah," tambahnya.

Berdasarkan pencatatan keuangan nasional syariah, dari pembiayaan dan pembayaran wakaf non tunai lewat perbankan syariah, tercatat transaksi mencapai Rp201 triliun. Angka itu bisa dijadikan kesuksesan

"Karena kepercayaan digitalisasi makin tinggi, kemudian faster payments-nya juga naik," tandas dia.

Baca Juga: 3 Jurus Bank Indonesia Dorong Akselerasi Ekonomi Syariah

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya