Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ini Pertimbangan Nasabah Memilih Bank Konvensional Dibanding Syariah

IDN Times/Feny Maulia Agustin

Palembang, IDN Times - Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keungan OJK Regional 7 Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), Sabil mengatakan, sampai sekarang perbankan syariah masih tertinggal jauh dalam pangsa pertumbuhan market share, dibandingkan perbankan konvensional.

Padahal, sambungnya, Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim lebih memilih konvensional dibandingkan syariah. Permasalahannya, karena nasabah masih belum memahami betul tentang mengelola dana di perbankan syariah.

"Walaupun, sebenarnya adalah hak mereka sendiri untuk memilih menyimpan dana di konvensional atau perbankan," katanya dalam bincang-bincang BNI Syariah bersama Jurnalis Ekonomi Syariah (JES) Palembang di The Zuri Hotel, Kamis (19/9).

1. Potensi pertumbuhan Sumsel bisa 5,8 persen yoy

IDN Times/Feny Maulia Agustin

Sabil mengungkapkan, secara universal perbankan syariah Indonesia berada di urutan10 dengan potensi di Sumatera Selatan (Sumsel) sendiri tumbuh sebesar 5,8 persen year on year (yoy).

Dengan 90 persen nasabah mayoritas muslim, ujar dia, seharusnya paham apabila dalam ajaran sebaiknya tidak melakukan riba. Tapi nasabah perbankan syariah masih jauh tertinggal.

"Pertama, karena konvensional per tahun sanggup mengumpulkan dana Rp8 triliun, sementara syariah hanya Rp600 miliar. Dengan angka ini, dalam 10 tahun ke depan pun masih akan sulit mengejar," ungkap dia.

Padahal, jelas Sabil, secara global perkembangan ekonomi syariah pada negara mayoritas non muslim bisa memuncaki market player.  Seperti Tiongkok, yang per tahun dari bisnis syariah mampu meraup Rp28 miliar sebagai pengekspor tertinggi baju muslim.

"Kemudian disusul Korea sebagai lokasi destinasi makanan halal dan Jepang berkontribusi kunci untuk 2020. Belum lagi di Inggris, London sebagai pusat keuangan syariah," jelasnya.

2. Indonesia masih menjadi konsumen market bukan market player

IDN Times/Feny Maulia Agustin

Meski mayoritas muslim di Indonesia tinggi, namun permasalahan nasabah tidak ingin beralih dari perbankan konvensional ke syariah, tak lain karena Indonesia masih berpredikat konsumen market bukan market player.

"Indonesia masuk top 10 expenditure dengan kategori Islamic finance. Permasalahan lebih sedikit konsumen syariah, karena perbankan syariah untuk terekspos mengeluarkan dana mahal dan masih kekurangan SDM yang memahami," kata sabil.

3. Perbankan Syariah disarankan terapkan konsep pengembangan ekonomi dan keuangan syariah

IDN Times/Feny Maulia Agustin

Sementara, Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumsel, Wahyu Yuwana Hidayat menyarankann, agar pertumbuhan syariah di Indonesia meningkat, salah satunya harus membuat konsep pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.

"Seperti program penguatan ekonomi syariah, yakni halal value chain. Membuat inovasi kebijakan moneter dan makroprudensial, serta integrasi keuangan komersial dan sosial syariah untuk pembiyaan ekonomi. Kemudian jalankan program edukasi dan sosialisasi yang berinisiasi leadership global," saran dia.

Setelah konsep pengembangan berjalan, jelas Wahyu, maka hasilnya bisa diupayakan untuk memperkuat sinergi otoritas pemerintah dan stakeholder (memihak), memperkuat skala usaha struktur permodalan dan memperkuat dana pembiayaan.

"Selanjutnya harus memperbaiki kualitas layanan, seiring dengan memperbaiki kualitas SDM. Agar peningkatan literasi tumbuh dan referensi masyarakat menjadi penguatan harmonisasi," jelas dia.

4. BNI Syariah berpotensi menyalurkan dana pembiayaan dan penghimpunan DPK

IDN Times/Feny Maulia Agustin

SEVP Bisnis Ritel dan Jaringan BNI Syariah, Iwan Abdi mengatakan, pihaknya sudah membuktikan bila perbankan syariah perlahan tumbuh, dan berpotensi menyalurkan dana pembiayaan dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK).

"Kinerja BNI syariah triwulan 2 tahun 2019 mengalami pertumbuhan yang semakin positif. Laba mencapai Rp315 miliar lebih atau naik 55,32 persen dari bulan Juni 2018 sekitar Rp202 miliar. Cerminan penumbuhan terlihat dari aset BNI Syariah pada triwulan 2 tahun 2019, yang mencapai Rp 42,49 triliun atau naik sebesar 12,5 persen yoy dari triwulan 2 tahun 2018," katanya.

Angka tersebut, papar Iwan, lebih tinggi dari pertumbuhan industri sebesar 12,39 persen (data SPS per Juni 2019 BUS-UUS). Per Juni 2019, BNI Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp31,66 triliun, tumbuh 26,03 persen atau sebesar Rp6,54 triliun (yoy), dengan komposisi pembiayaan yang seimbang dimana pada triwulan II tahun 2019, segmen konsumer dengan kontribusi sebesar Rp14,53 triliun menyumbang 45,90%, diikuti segmen komersial sebesar Rp,14 triliun, segmen kecil dan menengah Rp5.94 triliun, segmen mikro Rp1,69 triliun dan hasanah card Rp352,61 miliar.

Selain pembiayaan, penghimpunan DPK mencapai Rp 36,32 triliun, dengan jumlah nasabah sebesar 3,2 juta. Sejalan dengan penumbuhan kinerja BNI Syariah yang positif, kinerja Kantor Cabang Palembang juga terus meningkat.

"Alhamdulillah, hal ini membuktikan kehadiran BNI Syariah diterima baik oleh warga Sumatera Selatan. Dengan data per Juni 2019, aset BNl Syariah Palembang mencapai Rp671 miliar, dengan total DPK yang dihimpun sebesar Rp 654,7 miliar dan penyaluran pembiayaan sebesar Rp 550,5 milyar," tandasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sidratul Muntaha
EditorSidratul Muntaha
Follow Us