Anggaran Sumsel Tak Cukup Kendalikan Penyakit Gugur Daun Pohon Karet

Padahal Sumsel memiliki 1,1 juta hektar kebun karet

Intinya Sih...

  • Anggaran terbatas tak mampu mengatasi penyakit gugur daun pada kebun karet di Sumsel.
  • Penurunan eksportir karet menyebabkan harga komoditi kian rendah, sehingga kurang menarik bagi pengusaha dan investor.
  • Hambatan hilirisasi tidak terpusat dipengaruhi oleh proyek Pelabuhan Tanjung Carat yang hingga kini belum terealisasi.

Palembang, IDN Times - Anggaran yang terbatas tak mampu mengatasi serta mengendalikan penyakit gugur daun pada pohon karet yang menjadi komoditi unggulan Sumatra Selatan (Sumsel). Selain karena harga yang terus merosot, eksistensi karet anjlok berdasarkan dana yang tidak memadai.

"Soal karet penyakit daun memang pendanaan dari APBD memang ada tetapi terbatas. Apalagi lahan kebun karet di Sumsel mencapai 1,1 juta hektar," ujar Kepala Bidang Perekonomian dan Pendanaan Pembangunan daek Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumatra Selatan (Bappeda Sumsel), Hari Wibawa, Kamis (11/7/2024).

Baca Juga: Ekspor Karet dan Kayu Sumsel Melemah Hingga Turun 13 Persen

1. Hilirisasi yang belum terpusat membuat karet kurang menjanjikan

Anggaran Sumsel Tak Cukup Kendalikan Penyakit Gugur Daun Pohon KaretPepohonan yang dikonservasi di Kebun Raya Purwodadi. kebunraya.id

Bukan sekedar anggaran yang tidak cukup, persoalan eksportir karet yang makin menurun juga menjadi alasan harga komoditi asli Sumsel ini kian rendah.

Bahkan karet sekarang masuk kategori komoditas yang kurang menjanjikan, karena pengusaha karet maupun investor lebih melirik komoditi lain seperti kelapa sawit.

"Karet ini unggulan untuk Sumsel, tetapi karena hilirisasi yang belum terpusat maka bisnisnya kurang dilirik," kata dia.

Baca Juga: Panjar Getah Karet Rp100 Juta, Warga Palembang Merasa Ditipu

2. Investor karet menunggu kawasan khusus

Anggaran Sumsel Tak Cukup Kendalikan Penyakit Gugur Daun Pohon KaretAktivitas peremajaan bibit di perkebunan kelapa sawit. (Dok. Istimewa)

Hambatan hilirisasi tidak terpusat turut dipengaruhi proyek Pelabuhan Tanjung Carat di Sumsel yang hingga sekarang belum terealisasi, karena terkendala penyelesaian izin lahan sehingga progres groundbreaking belum berjalan.

"Karet bisa eksis kalau ada investor. Sementara investor harus ada kawasan khusus, dan kembali ke rencana jangka panjang Tanjung Carat," jelas dia.

3. Produksi karet Sumsel belum skala besar

Anggaran Sumsel Tak Cukup Kendalikan Penyakit Gugur Daun Pohon KaretIlustrasi perkebunan (IDN Times/Silviana)

Faktor harga karet yang menurun drastis sejak 2017 sangat berpengaruh terhadap aktivitas ekspor komoditi. Permasalahan saat ini adalah pembelian produk karet lebih dominan dari pemilik pabrik bukan dari investor. Padahal bisnis dapat berkembang jika ada perusahaan luar yang membeli produk jadi.

"Kita bahkan ada pilot project untuk menekan harga karet bersama Dinas Perkebunan untuk pangsa ekspor. Namun saat ini produksi karet kita belum skala besar dan memang butuh bantuan perusahaan untuk sektor bisnis," timpalnya.

Baca Juga: Kredit Peremajaan Sawit Sumsel Naik 23 Persen dan Sukses Picu Ekonomi

Topik:

Berita Terkini Lainnya