TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sektor Perkebunan di Sumsel Bertahan di Masa Corona, Ini Alasannya

Risiko penyebaran wabah rendah

Ilustrasi situasi di perusahaan. (IDN Times/Arief Rahmat)

Palembang, IDN Times - Asosiasi Pengusaha Indonesia Sumatera Selatan (Apindo Sumsel) menilai perusahaan perkebunan memiliki potensi besar untuk bertahan di masa pandemi corona atau COVID-19. Hal ini berbandingkan terbaik dengan sektor lain yang perlahan mengalami penurunan pendapatan hingga tutup sementara.

Ketua Apindo Sumsel, Sumarjono Saragih mengatakan, hal itu terjadi karena sektor perkebunan berpeluang rendah dalam penyebaran wabah virus corona.

"Melihat potensi penyebaran virus hampir tidak ada karena posisi perusahaan yang jauh dari perkotaan. Sebab penyebaran terbesar terjadi di kota besar," katanya, Selasa (14/4).

1. Perketat pengawasan dan mobilisasi karyawan

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Sumarjono menjelaskan, meski penyebaran corona di perkebunan sangat rendah. Namun pihaknya tetap melakukan pengawasan terhadap karyawan. Khususnya pada kegiatan kerja di luar kebun, yang mengharuskan pegawai ke luar kota di zona merah.

"Supaya tidak ada penyebaran pasti tetap memperhatikan kontrol. Rendahnya pengawasan bisa memengaruhi ekonomi, hingga membuat omzet perusahaan menurun. Kalau banyak pegawai terdampakperusahaan ikut kena juga," jelas dia.

2. Sektor perkebunan jadi sumber logistik masyarakat

Ilustrasi perekonomian Indonesia (IDN Times/Arief Rahmat)

Apabila dibandingkan dengan perusahaan lain, industri di Kota Palembang didominasi perusahaan besar di sektor pelayanan jasa. Sedangkan jumlah sektor perkebunan lebih sedikit.

"Yang dibutuhkan masyarakat di situasi sekarang adalah perusahaan yang menghasilkan logistik, sepertu sektor perkebunan. Sebagai sumber pangan, makanya industri perkebunan jangan sampai ikut terdampak. Sebab imbasnya sangat besar. Contoh bagaimana kesediaan minyak sawit dan minyak goreng," tambah dia.

3. Gunakan dana cadangan mencegah PHK

Ilustrasi PHK (IDN Times/Arief Rahmat)

Sumarjono menerangkan, rawannya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan, terjadi akibat perusahaan tidak memiliki dana simpanan. Padahal pendapatan terus menurun dan tidak ada pergerakan. Masalah semacam itu diharapkan tidak terjadi di perusahaan perkebunan.

"Perusahaan sehat pasti memiliki dana cadangan dalam jangka waktu tiga bulan walau tanpa pemasukan. Penyimpanan dana ini bisa menahan PHK tidak terjadi. Masalahnya adalah, bagaimana setelah tiga bulan berakhir. Pilihan perusahaan tentu terpaksa melakukan pengurangan operasional," terangnya.

Alternatif lain yang bisa digunakan adalah mengurangi gaji pokok hingga memotong dana insentif pegawai, serta mulai memberlakukan perubahan jadwal kerja karyawan menjadi bergantian. Upaya tersebut bisa diterapkan agar jumlah PHK berkurang.

Berita Terkini Lainnya