TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Lockdown atau Tidak, Pengamat Ekonomi Sumsel: UMKM Tetap Butuh Subsidi

Uang jadi masalah utama pelemahan ekonomi Sumsel

ilustrasi uang (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Palembang, IDN Times - Kebijakan social distancing dan lockdown yang diterapkan pemerintah untuk memutus penyebaran virus corona (Covid-19), selain belum berjalan maksimal juga berdampak terhadap melemahnya ekonomi di Indonesia, termasuk Sumatera Selatan (Sumsel) khususnya di Palembang.

Menurut Pengamat Ekonomi Sumsel, Yan Sulistyo, terhadap wabah covid-19 dan dengan adanya keputusan lockdown atau tidak di suatu daerah, tetap mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

"Mau tidak mau ekonomi pasti merosot. Kita bukan satu-satunya negara yang terkena wabah. Keputusan lockdown, membuat ekonomi pasti mandek, terutama para UMKM," kata dia kepada IDN Times, Senin (23/3).

1. Minimal memberikan subsidi Rp300 triliun se Indonesia saat lockdown

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Yan mengungkapkan, dalam kasus sekarang, pemerintah harus tepat melakukan strategi, jika ingin menstabilkan perkembangan ekonomi global. Artinya, negara harus siap untuk memberikan subsidi, bila lockdown jadi solusi terbaik menangani Covid-19.

"Prediksi saya, Juni (kasus corona) nanti baru selesai. Kalau cepat ditangani, mungkin Mei nanti bisa aman. Selama kembali normal, paling tidak pemerintah bisa menggelontorkan uang Rp300 triliun se Indonesia," ungkap dia.

2. Uang jadi masalah utama pemerintah belum maksimal lakukan lockdown

IDN Times/Ita Malau

Yan menerangkan, alasan pemerintah belum bisa memaksimalkan kebijakan lockdown, karena masih saling lempar keputusan antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

"Semua masalah karena uang, dan Indonesia tidak ada. Indonesia belum siap sama sekali menerapkan lockdown. Sekarang yang terbaik adalah menyelamatkan diri masing-masing agar tidak terpapar, jangan berharap dari pemerintah. Apalagi banyak pembangunan semua ngutang, sementara pencegahan corona kita butuh dana cash," terang dia.

Yan melanjutkan, sejauh ini Indonesia pun selalu gagal melakukan bisnis manajemen bencana. Contoh di luar Covid-19 adalah bencana gempa d Palu. Masyarakat khawatir kasus corona juga akan gagal.

"Ini terlihat dari penyediaan masker dan APD (alat pelindung diri), pemerintah dari kementerian BUMN malah minta ke swasta. WHO sudah betul menganjurkan social distancing dan lockdown, kesalahan hanya tidak ada duit," sambung dia.

Baca Juga: Stok Sembako Aman, Gubernur Sumsel Imbau Masyarakat untuk Tidak Panik 

3. Sarana transportasi dan pengusaha kuliner paling merasakan pelemahan ekonomi

Ilustrasi situasi transportasi di Bandara SMB II Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Sementara, Pengamat Ekonomi Sumsel lainnya, Sri Rahayu, Dosen Ekonomi Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Palembang menuturkan, tidak saja UMKM yang sangat merasakan dampak kebijakan social distancing dan lockdown. Namun, perusahaan transportasi juga turut merasakan lemahnya pertumbuhan ekonomi.

"Dampaknya terasa sekali terhadap penerbangan, karena banyak dibatalkan. Apalagi penerbangan jadi sarana transportasi, yang ikut membantu sarana penjualan usaha, ini mempengaruhi penurunan bisnis kuliner, contoh di Palembang pempek. Saya tanya sama pihak Aspek (Asosiasi pengusaha pempek) penjualan turun 70-80 persen ke luar Palembang," tutur dia.

Jadi, sambung dia, untuk saat ini hanya bergantungan pada penjualan lokal secara online. "Bukan cuma pempek, beberapa UMKM seperti pedagang bakso dan yang lainnya juga. Tetapi hari ini dari data yang saya terima bakso masih aman. Kemudian penurunan penjualan UMKM kantin di kantor. Kehidupan ekonomi ke bawah jadi lebih sengsara," sambung dia.

Berita Terkini Lainnya