Semakin Bertambah, Sudah 431 Ekor Kerbau di OKI Mati Mendadak

Disbunnak langsung ambil langkah mitigasi dengan vaksinasi

Intinya Sih...

  • 431 ekor kerbau mati mendadak di beberapa kecamatan OKI
  • Dinas Perkebunan dan Peternakan OKI mengambil langkah mitigasi, hasil uji sampel menunjukkan gejala penyakit Septiceimia epizootica (SE)
  • Peternak diminta tetap memvaksinasi peliharaan dan melakukan tindakan mitigasi agar penyakit tidak menulari hewan ternak lainnya

Ogan Komering Ilir, IDN Times - Kematian mendadak pada hewan ternak kerbau di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), kembali terulang dalam beberapa hari terakhir. Hingga Sabtu (13/4/2024) tercatat ada 431 ekor kerbau yang mati mendadak di beberapa kecamatan di OKI.

Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) OKI langsung mengambil langkah-langkah mitigasi atas kematian mendadak hewan kerbau ini. Sebab kejadian sama terjadi di Desa Riding, Kecamatan Pangkalan Lampam, Desa Tanjung Batu, dan Kecamatan Air Sugihan. Puluhan ekor kerbau ditemukan mati mendadak.

Baca Juga: Musim Hujan dan Bakteri Pemicu Belasan Kerbau Mati di OKI

1. Hasil pemeriksaan menunjukkan gejala penyakit Septiceimia Epizootica

Semakin Bertambah, Sudah 431 Ekor Kerbau di OKI Mati Mendadak(Disbunnak OKI saat melakukan langkah mitigasi terhadap kematian ratusan hewan ternak kerbau) IDN Times/istimewa

Kepala Disbunnak OKI, Dedi Kurniawan, mengatakan pihaknya telah melakukan uji sampel untuk memastikan penyebab kematian kerbau secara mendadak tersebut.

"Setelah dilakukan uji laboratorium terhadap dugaan keracunan di Balai Veteriner Lampung hasilnya negatif. Berdasarkan uji Anamnesa, pemeriksaan fisik dan klinis, menunjukkan gejala penyakit Septiceimia Epizootica (SE)," ujar Dedi, Minggu (14/4/2024).

Baca Juga: Diserang Penyakit Ngorok, Belasan Kerbau di OKI Mati Mendadak

2. Bangkai kerbau langsung dikubur dan disinfeksi massal

Semakin Bertambah, Sudah 431 Ekor Kerbau di OKI Mati Mendadak(Kerbau yang mati akibat penyakit ngorok di OKI) IDN Times/istimewa

Pihaknya telah melakukan langkah kongkret sejak menerima laporan dari masyarakat khususnya peternak hewan kerbau. Termasuk untuk kerbau-kerbau yang mati, bangkainya langsung dikubur dan diberikan disinfeksi massal pada kandang kerbau, pengobatan serentak, vaksinasi, dan upaya surveilan.

Ia menambahkan, kematian kerbau pasca vaksinasi bisa dipengaruhi oleh ternak kerbau yang sudah terjangkit kuman SE, namun tampak sehat dan tidak menunjukkan gejala sakit.

"Jadi faktor pembentukan kekebalan tubuh yang belum sempurna karena baru vaksin pertama, dan faktor pemindahan dan lalu lintas dari zona tertular ke zona steril cukup intens, serta faktor adanya investasi parasit darah," jelasnya.

3. Peternak diminta melakukan vaksinasi kerbau peliharaan

Lanjutnya, petugas di lapangan masih melakukan pengobatan dan hanya libur pada Rabu lebaran kemarin. Ini dilakukan jangan sampai kerbau-kerbau yang masih ada ikut tertular dan sebagainya.

"Meluasnya penularan ini terjadi karena bangkai ternak kerbau yang terlambat diketahui saat digiring ke kandang per seminggu atau lebih, pemotongan ternak yang sakit di sekitar lokasi kandang, pemindahan ternak dari daerah tertular ke daerah steril. Juga lintas penjualan kerbau yang intens," bebernya.

Pihaknya tetap mengimbau agar para peternak tetap memvaksinasi peliharaannya karena tidak ada efek samping pasca vaksinasi. Juga meminta peternak untuk melakukan tindakan mitigasi supaya penyakit itu tidak menulari hewan ternak lainnya.

"Upaya mitigasi tersebut di antaranya seperti memaksimalkan kebersihan kandang, menjaga pakan, pemberian multivitamin dan semacamnya untuk meningkatkan daya tahan tubuh ternak," tutupnya.

Baca Juga: Krisis Makanan, Warga Gaza Bertahan Hidup dari Pakan Ternak dan Beras

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya