BKSDA Lahat Sebut SP5 HTI Muara Lakitan Jalur Jelajah Gajah Liar

Konflik manusia dan satwa liar terus memakan korban

Intinya Sih...

  • Konflik manusia dan satwa liar di Musi Rawas, Sumatera Selatan, menelan korban jiwa seorang wanita hamil 5 bulan.
  • Pihak BKSDA Lahat akan mengerahkan tim untuk mengecek lokasi kejadian dan mencari solusi agar konflik tidak berlanjut.
  • Wilayah SP5 HTI yang merupakan habitat gajah liar telah lama dihuni oleh kawanan gajah liar jumlahnya mencapai 40-50 ekor.

Musi Rawas, IDN Times -Konflik manusia dan satwa liar kian mengkhawatirkan. Baru saja seorang warga Betung Banyuasin tewas usai diinjak belasan gajah liar saat menyadap karet di SP 5 HTI Desa Trianggun Jaya, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas pada Minggu (8/9/2024) sekitar pukul 06.00 WIB.

Tragisnya, korban bernama Karsini (34), tersebut sedang mengandung 5 bulan. Korban pun meninggal dunia setelah mengalami luka di bagian perut dan pinggang.

Jenazah korban telah diserahkan kepada keluarga dan dikebumikan di Desa Pilip 5, Kecamatan Betung, Kabupaten Banyuasin. Pihak Polsek Muara Lakitan sendiri langsung berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lahat untuk menangani konflik gajah liar yang terjadi di wilayah tersebut.

Baca Juga: Ibu Hamil Tewas Diinjak Gajah Liar Saat Menyadap Karet di Musi Rawas

1. BKSDA langsung kerahkan tim mengecek lokasi

BKSDA Lahat Sebut SP5 HTI Muara Lakitan Jalur Jelajah Gajah Liar(Ibu Hamil Tewas Diinjak Gajah Liar Saat Menyadap Karet di Musi Rawas) IDN Times/istimewa

Yusmono, pejabat BKSDA Lahat membawahi Kabupaten Musi Rawas, mengatakan, pihaknya turut mengucapkan bela sungkawa atas musibah tersebut. 

"Kejadian ini sudah diluar kehendak manusia, ajal hanya Allah yang tahu. Kita tidak bisa saling menyalahkan," ujarnya saat dikonfirmasi Senin (9/9/2024).

Yusmono mengatakan, pihaknya akan mengerahkan tim untuk mengecek ke lokasi kejadian di SP5 HTI Muara Lakitan.

"Untuk lokasi kebun, kami belum bisa memastikannya apakah berada di jalur konservasi. Namun yang jelas memang daerah tersebut sudah dikenal merupakan jalur jelajah gajah liar," ungkapnya.

2. Habitat asli gajah diubah menjadi perkebunan

BKSDA Lahat Sebut SP5 HTI Muara Lakitan Jalur Jelajah Gajah Liarilustrasi gajah (wikimedia.org/Amara Bharathy)

Diketahui, wilayah SP5 HTI merupakan habitat gajah liar telah lama dihuni. Bahkan Yusmono mengatakan, kawanan gajah liar jumlahnya mencapai 40-50 ekor.

Menurutnya gajah ini terpaksa memasuki area pemukiman warga karena gangguan pada habitat asli mereka diubah menjadi perkebunan akasia. 

"Diduga karena konversi hutan menjadi perkebunan akasia di Kabupaten Mura itulah menyebabkan gangguan pada habitat alami gajah. Sehingga mengakibatkan kawanan gajah liar memasuki area yang lebih dekat dengan pemukiman warga," ungkapnya.

Tak ingin terjadi gesekan konflik antara manusia dan satwa liar ini, pihaknya akan mencari solusi agar tidak muncul korban lain dan gajar liar pun tidak terusik.

"Langkah selanjutnya kita akan mengundang pihak-pihak terkait terutama PT MHP untuk mendiskusikan penanganan gajah liar di landscape tersebut," ucap Yusmono. 

3. Warga kini resah dan ketakutan

BKSDA Lahat Sebut SP5 HTI Muara Lakitan Jalur Jelajah Gajah Liarilustrasi gajah. (pixabay.com/seth0s)

Tercatat sampai 2023, selama konflik gajah dengan manusia sudah dua orang meninggal dunia karena menjadi korban diinjak gajah.

Hal ini disampaikan Kepala Desa (Kades) Desa Tri Anggun Jaya Imran. Menurutnya, kondisi ini membuat warga resah dan ketakutan, dengan keberadaan gajah liar yang kerap masuk pemukiman warga.

“Ada sekitar dua ekor gajah liar, yang sering terlihat masuk ke pemukiman dan ladang milik warga. Sekarang warga takut, karena sebelumnya sudah ada dua orang yang meninggal akibat diserang gajah tersebut," jelasnya.

4. Setiap malam kawanan gajah liar masuk ke permukiman

BKSDA Lahat Sebut SP5 HTI Muara Lakitan Jalur Jelajah Gajah Liargajah (pexels.com/Venkat Ragavan)

Imran mengatakan, tak sekadar masuk ke ladang, gajah liar tersebut pun kerap merusak tanaman di ladang milik warga, seperti karet maupun kelapa sawit. “Hampir setiap malam kawanan gajah liar masuk ke permukiman dan areal ladang warga,” terangnya.

Hanya saja imbuhnya, saat musiman yang biasa terjadi satu kali dalam setahun, ada puluhan ekor gajah liar yang berkeliaran.

“Mungkin jumlahnya lebih dari 63 ekor kalau musiman. Tapi kalau yang sering ini dua ekor. Hanya saja hingga saat ini belum ada upaya pencegahan maupun penanganan. Kami harap ada solusinya, meskipun SP5 HTI ini adalah jalur konservasi dan perlintasan gajah,” ujarnya.

Baca Juga: Bunga, Gajah Betina Mati di Taman Nasional Way Kambas

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya