Ternyata, Ini Faktor Penyebab Jatuhnya Harga Ayam di Sumsel   

Dampak produksi ayam sedang tinggi

Palembang, IDN Times - Harga jual ayam di kalangan petani di Sumatera Selatan (Sumsel) terus mengalami penurunan harga. Apalagi, harga jual dan harga perawatan yang dikeluarkan petani dianggap tidak sepadan, sehingga petani merasa merugi dengan persoalan tersebut.

Untuk perawatan, petani harus mengeluarkan biaya sebesar Rp19.500. Sedangkan harga per kilogram ayam hanya Rp15.000. Hal inilah yang menjadi sorotan asosiasi peternak dan Dinas Perdagangan dan Dinas Pertanian Sumsel dalam mensiasati jatuhnya harga.

Baca Juga: Kisruh Harga Ayam, Dispertan Endus Ulah Oknum Pengepul

1. Ayam dari provonsi lain penuhi Pasar Sumsel

Ternyata, Ini Faktor Penyebab Jatuhnya Harga Ayam di Sumsel   IDN Times/Rangga Erfizal

Menurut Ketua Asosiasi Peternak Ayam Sumsel, Ismaidi Chaniago, dari sisi suplai saat ini sangat berlebih. Karena banyak masuk ayam dari provinsi lain ke Sumsel, maka harga ayam cenderung terjun bebas.

"Dari produksi peternak Sumsel, memang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal. Tapi, Sumsel mendapat pasokan dari provinsi lainnya juga yang membuat stok ayam berlimpah," ujarnya, Jumat (28/6).

Ismaidi melanjutkan, sebenarnya kebutuhan ayam di Palembang dan Sumsel saat ini dapat dipenuhi oleh para Petani lokal. Sayangnya, masih banyak kiriman ayam dari luar kota yang membuat harga jual ayam di tingkat petani jatuh. Sementara, jumlah pemintaan tidak mengalami peningkatan. "Karena suplai yang berlebihan itulah harga ayam mengalami penurunan," sambungnya.

2. Asosiasi Peternak Ayam Sumsel sarankan tiga hal ke Pemerintah

Ternyata, Ini Faktor Penyebab Jatuhnya Harga Ayam di Sumsel   IDN Times/Rangga Erfizal

Asosiasi Peternak Ayam Sumsel sangat berharap, ada langkah kongkrit dari pemerintah untuk mencari solusi bersama guna mengatasi masalah jatuhnya harga ayam. Pihaknya menilai, setidaknya perlu adanya tiga upaya, pertama penurunan harga pakan. Sebab, harga pakan ini bergantung sekali dengan harga Dolar. Nah, pada kondisi ini pemerintah diharapkan bisa menurunkan harga pakan.

Kemudian, harga Day of Chicken (DOC) dapat diturunkan. Harga DOC tersebut dianggap terlampau tinggi atau mencapai Rp6.500 per ekor. Seharusnya, harga DOC bisa dikisaran Rp5.000. Dengan begitu, ongkos produksi juga bisa berkurang. 

Berikutnya, ada pengendalian harga dari Satgas Pangan. Karena, Satgas Pangan hanya bertindak pada saat harga komoditas sedang melonjak saja. Ketika harganya di bawah ambang batas produksi, Satgas tidak mengambil tindakan.

"Harga untuk ayam saat ini mencapai Rp21.000 dan peternak tidak boleh menjual lebih dari harga itu. Padahal, ongkos produksi kami terus meningkat dan tidak ada penyesuaian harga tertinggi. Dengan harga rendah saat ini, kami juga minta Satgas bertindak," jelasnya.

Ismaidi juga meminta kepada pemerintah, untuk mengawasi ayam yang masuk ke Palembang. Sebab, banyak ayam yang dijual bukan berasal dari peternak di Sumsel, sedangkan produksi lokal sanggup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Harusnya ada pembatasan yang jelas untuk melindungi peternak lokal. Ayam yang masuk diperiksa secara ketat kesehatannya. Jangan masuk-masuk saja," ungkap dia. 

3. Perusahaan besar ayam ikut bermain di Pasar Tradisional

Ternyata, Ini Faktor Penyebab Jatuhnya Harga Ayam di Sumsel   IDN Times/Rangga Erfizal

Tak hanya itu saja, beberapa perusahaan besar peternakan ayam juga sudah menjadi pemain besar. Mereka perusahaan peternak ayam saat ini merambah hingga ke pasar basah tradisional.

Para petani berharap, pemerintah harusnya membuat zonasi yang jelas terkait perdagangan ayam yang ada.

"Perusahaan itu cukup bermain di supermarket. Sementara untuk pasar tradisional diisi oleh peternak lokal. Harusnya ada batasan zona yang jelas. Jangan dicampur. Kalau perusahaan terus mengisi pasar tradisional bisa terjadi monopoli harga," keluhnya.

Baca Juga: Harga Ayam Hidup Anjlok, Disnak Jateng Temukan Banyak Peternak Ilegal

4. Akui produksi ayam tinggi

Ternyata, Ini Faktor Penyebab Jatuhnya Harga Ayam di Sumsel   IDN Times/Tunggul Kumoro

Menanggapi keluhan dari Asosiasi Peternak Ayam Sumsel tersebut, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumsel, Taufik mengakui kalau semua produksi ayam yang ada saat ini sedang tinggi, serta pasokan dari sekitar yang masuk juga sedang banyak.

"Sekarang harga ayam hampir sedang turun. Lantaran seluruh produksi lagi tinggi. Ditambah dari daerah sekitar kita banyak Yang masuk. Ayam ini pasar terbuka, banyak yang melihat dan menjual di Sumsel. Kondisi kelebihan produksi ini juga merata di seluruh daerah," ungkapnya. 

5. Tak boleh ada larangan, tapi bisa dibuat kebijakan zonasi

Ternyata, Ini Faktor Penyebab Jatuhnya Harga Ayam di Sumsel   IDN Times/Rangga Erfizal

Sementara, menyikapi masalah peternak ayam, Kepala Dinas Perdagangan Sumsel, Yustianus, menjelaskan, zonasi perdagangan ayam saat ini memang tidak diberlakukan karena perdagangan ayam tidak diatur zona niaganya.

"Mungkin untuk zonasi akan ada kebijakannya, tapi kalau pelarangan tidak boleh. Kalau perusahaan besar modern dan petani tradisional sedari harga ayam turun menjerit. Sedangkan kalau harga di pasaran melambung tinggi masyarakat yang menjerit. Untuk harga kisaran ayam di pasaran saat ini mencapai Rp25.000-Rp29.000," tandasnya.

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya