Sumsel Optimalkan Modifikasi Cuaca Selama 10 Hari Pancing Awan Hujan

Titik panas diprakirakan bertambah banyak bulan ini

Palembang, IDN Times - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali melakukan operasi Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) di wilayah Sumatera Selatan (Sumsel). TMC itu dioptimalkan untuk menekan memancing potensi awan hujan dan meredam kemungkinan terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Pelaksaan TMC dilakukan selama 10 hari, yakni 8 Agustus-18 Agustus 2023.

"Kita sudah mulai melakukan teknik modifikasi cuaca untuk hujan buatan di Sumsel. Selanjutnya akan bergeser ke Jambi," ungkap Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel, Ansori, Kamis (10/8/2023).

Baca Juga: Masuk Puncak Kemarau, 5 Daerah di Sumsel Waspada Potensi Karhutla

1. Semai satu ton garam per hari

Sumsel Optimalkan Modifikasi Cuaca Selama 10 Hari Pancing Awan HujanIlustrasi Karhutla (Doc. BNPB)

Ansori menerangkan, TMC tahap kedua kali ini melibatkan smary aviation menggunakan jenis Caravan. Menurutnya, penerbangan kali ini dilakukan dalam dua kali sorti setiap hari atau meningkat dari biasanya.

"Sehari kita menabur garam dengan dua kali sorti. Satu kali sorti ditebar satu ton garam di atas awan potensial," jelas dia.

Baca Juga: PPIKHL Wilayah Sumatra Ingatkan Ancaman Kekeringan Gambut

2. Awan potensi hujan masih terpantau di Sumsel

Sumsel Optimalkan Modifikasi Cuaca Selama 10 Hari Pancing Awan HujanKarhutla di wilayah Ogan Ilir (IDN Times/BPBD Sumsel)

Ansori menerangkan, masih terdapat awan potensi hujan di langit Sumsel meski di tengah kondisi kemarau. Hal ini harus cepat dilakukan agar potensi hujan dapat dibentuk saat kemarau.

"TMC harus dapat dimaksimalkan selagi awan penghujan masih ada. Kami memaksimalkan TMC dengan harapan bisa turun hujan di area Sumsel," beber dia.

3. Titik hotspot mengalami peningkatan

Sumsel Optimalkan Modifikasi Cuaca Selama 10 Hari Pancing Awan HujanTwitter/@KSPgoid

Berdasarkan data dari tim monitoring hotspot (titik panas) sejak Januari hingga Juli 2023 ada 1.168 titik. Peningkatan hotspot tercatat sejak April ada 262 titik, Mei 226 titik, Juni 235 titik, dan Juli 211 titik. Pada Agustus 2023 diprakirakan terjadi kenaikan jumlah titik panas yang berpotensi menimbulkan kebakaran.

"Dari hasil laporan di lapangan sudah banyak terjadi kasus karhutla. Bahkan tiap harinya kami mengintensifkan pemadaman karhutla di sejumlah wilayah Sumsel, paling dominan saat ini ada di Ogan Komering Ilir," tutup dia.

Baca Juga: 2 Orang Warga Mura Ditangkap karena Bakar Lahan untuk Perkebunan

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya