Sumsel Diklaim Bisa Swasembada Ternak Jika Lakukan Cara Ini

Sumsel punya potensi Rp279,5 miliar dari ternak

Intinya Sih...

  • Lalu lintas ternak di Sumsel tinggi, 28.837 ekor masuk, terdiri dari 17.081 sapi dan

Palembang, IDN Times - Lalu lintas ternak di wilayah Sumatra Selatan (Sumsel) terbilang cukup tinggi. Dari data rekomendasi masuk yang dikeluarkan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel 2023, jumlah ternak yang masuk ke Bumi Sriwijaya mencapai 28.837 ekor, yang terdiri dari 17.081 sapi dan 11.756 kambing.

Tingginya angka lalu lintas ternak tersebut krena suplai kebutuhan konsumsi daging harian dan kurban serta akikah di Sumsel didatangkan dari luar wilayah. Padahal, kebutuhan akan ternak itu bisa menjadi peluang bagi Sumsel untuk meningkatkan perekonomian.

"Jumlah sapi dan kambing yang masuk itu jauh lebih sedikit dari jumlah sebenarnya. Hal ini karena masih banyak yang masuk tanpa surat rekomendasi," ungkap Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel, Jafrizal, Selasa (25/6/2024).

Baca Juga: PDHI Sumsel Imbau Juru Sembelih Kurban Ikut Sertifikasi Halal

1. Sumsel punya potensi Rp279,5 miliar dari ternak

Sumsel Diklaim Bisa Swasembada Ternak Jika Lakukan Cara Iniilustrasi pengusaha peternakan (freepik.com/freepik)

Jafrizal mencatat, jumlah hewan yang masuk mencatkan angka perputaran ekonomi yang tinggi. Untuk 17.081 ekor sapi perputaran uangnya mencapai Rp256 miliar sedangkan 11.756 ekor kambing mencapai Rp23,5 miliar.

"Bila ternak bisa disediakan oleh peternak lokal di wilayah Sumsel, maka dana sebesar Rp279,5 miliar akan sangat membantu untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan perkembangan peternakan lokal," ungkap dia.

Baca Juga: Heboh Tulisan Allah di Daging Kurban Ditemukan Warga Palembang

2. Pola peternakan kandang banyak habiskan biaya

Sumsel Diklaim Bisa Swasembada Ternak Jika Lakukan Cara Inipotret Atta Halilintar berkurban sapi dan kambing (instagram.com/attahalilintar)

Untuk mewujudkan Sumsel Mandiri Ternak, banyak tantangan yang harus dilakukan dalam ekosistem pertenakan yang ada. Salah satu alasan banyak ternak didatangkan dari luar Sumsel dikarenakan alasan perkembangan pembiakan ternak yang lamban sedangkan keuntungan yang diterima rendah.

Jafrizal melihat, jika pola peternakan intensif atau pengandangan yang selama ini dilakukan peternak di Sumsel memang memiliki biaya produksi yang tinggi utamanya pada pakan.

"Pemeliharaan dengan pola instensi membatasi kemampuan jumlah populasi ternak yang mampu dipelihara. Hal ini dikarenakan belum tersedianya fasilitas lahan pengembalaan umum yang dapat menampung dan menjamin keberlangsungan peternakan; belum ada kesatuan program pengembangan peternakan melibatkan lintas sektoral  dalam bentuk program terintegrasi," beber dia.

Untuk itu, Jafrizal menyebut perlu adanya perubahan pola sistem pengelolaan peternakan di Sumsel. Salah satunya adalah dengan sistem rotational grazing atau penggembalaan ternak yang intensif dimana ternak merumput pada padang  pengembalaan secara bergiliran.

"Sistem pengembalaan ini salah satu metode yang efektif. Metode pengembalaan ini dapat menurunkan biaya produksi termasuk pakan yang mencapai Rp3-4 juta dalam 1 tahun yang dapat menjadi keuntungan dari peternak," jelas dia.

3. Ada 4,5 juta Ha lahan bisa dimaksimalkan untuk peternakan pengembalaan

Sumsel Diklaim Bisa Swasembada Ternak Jika Lakukan Cara IniIlustrasi Sapi (Pixabay.com/Limousin Cattle)

Potensi sistem peternakan pengembalaan dinilai bisa dilakukan di Sumsel menggunakan lahan hutan di Sumsel sebesar 4,5 juta Hektare (Ha) yang ada. Menurutnya potensi ini jika dioptimal kan maka populasi ternak di Sumsel dapat meningkat mencapai 10 kali lipat dari saat ini.

"Bukan tidak mungkin Sumsel menjadi daerah swasembada dan pengekspor ternak," ungkap dia.

Baca Juga: PDHI Sumsel Sebut Hewan Kurban Mudah Alami Stres 

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya