Kisah Perempuan Garda Terdepan Lestarikan Ekosistem Hutan Sumsel

Martha tak cuma dampingi warga tapi urus izin kelola hutan

Palembang, IDN Times - Berawal dari ketertarikan pada bidang lingkungan hidup, Martha Fitriyani terlibat lebih serius dalam kerja-kerja sosial pendampingan masyarakat. Martha menjadi sosok perempuan di Sumatra Selatan (Sumsel) yang berada pada garda terdepan dalam mewujudkan kelestarian ekosistem hutan.

Selepas kuliah, Martha bergabung dengan Non Government Organization (NGO) Hutan Kita Institute (HAKI) yang membina masyarakat dalam mengelola perhutanan sosial.

Tujuannya tak lain membantu masyarakat memanfaatkan kawasan hutan, menjaga ekosistem, dan meningkatkan perekonomian masyarakat.

"Tidak langsung mendampingi masyarakat. Saya mulai langkah dari menjadi relawan dalam menyelesaikan masalah konflik agraria di Sumsel. Dari sana, terbiasa dan menjadi jalan hidup untuk bergabung di lembaga yang bergerak di bidang lingkungan hidup," ungkap Martha kepada IDN Times, Sabtu (20/4/2024).

Baca Juga: Mengenal Tweve Apparel Sport, Merek Lokal di Jersey Sriwijaya FC

1. Kerja-kerja melindungi hak masyarakat

Kisah Perempuan Garda Terdepan Lestarikan Ekosistem Hutan SumselPendampingan perhutanan sosial yang dilakukan Hutan Kita Institute di wilayah Sumatra Selatan (Dok: HAKI)

Semasa kuliah, Martha aktif di kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala). Dari sini mulai banyak belajar dan bergaul dengan orang-orang yang memiliki fokus pada permasalahan ekosistem lingkungan hidup.

Martha menemukan banyak permasalahan di tengah masyarakat utamanya soal pengelolaan hutan. Masyarakat kerap dirugikan ketika terjadi konflik agraria. Kondisi ini membuat dirinya merasa terpanggil untuk ikut lebih jauh dalam pendampingan masyarakat.

"Saya sempat mendampingi masyarakat menghadapi konflik agraria di Muba selama lima tahun. Ketika itu masyarakat harus menghadapi perusahaan perkebunan, lantaran tanahnya diklaim perusahaan," jelas dia.

Nyatanya tanah yang diklaim perusahaan merupakan tanah masyarakat. Kerja pendampingan yang dilakukan Martha membuat dirinya belajar banyak hal dengan merunut sejarah dan merajut fakta untuk membantu masyarakat.

"Kami di HAKI menjadi mediator antara masyarakat dan perusahaan. Tujuannya agar konflik agraria dapat menemukan jalan keluar, jalan terbaik. Untuk proses pendampingan ini bahkan membutuhkan prosesnya cukup lama," jelas dia.

Baca Juga: Likuran, Tradisi Warga Palembang di 10 Hari Terakhir Ramadan

2. Membantu izin kelola hutan bagi masyarakat

Kisah Perempuan Garda Terdepan Lestarikan Ekosistem Hutan SumselPendampingan perhutanan sosial yang dilakukan Hutan Kita Institute di wilayah Sumatra Selatan (Dok: HAKI)

Lima tahun berkutat di konflik agraria, Martha pun mendapat misi lain dalam mendampingi masyarakat di Pagar Alam. Dirinya ditugaskan untuk mendampingi masyarakat dalam mengelola izin perhutanan sosial. Tujuannya, membantu masyarakat agar hutan-hutan yang mendapat izin kelola dapat bermanfaat.

"Pendampingan yang dilakukan HAKI mulai dari proses pengajuan izin sampai keluar. Lalu pembentukan kelompoknya, terus penyusunan berkas-berkas pendukung, sampai ke pendampingan pengelolaan lahan," jelas dia.

Jika sebelumnya berkutat pada konflik agraria, kini Marta sibuk membantu masyarakat pasca mereka mendapat izin pengelolan hutan.

"Jadi memang saya belajar dari awal lagi karena pendampingan yang dilakukan terbilang berbeda. Jadi memang baru menyesuaikan dengan segala peraturan-peraturan perhutanan sosial," jelas dia.

3. Dampingi ratusan petani mengelola hutan sosial

Kisah Perempuan Garda Terdepan Lestarikan Ekosistem Hutan SumselPendampingan perhutanan sosial yang dilakukan Hutan Kita Institute di wilayah Sumatra Selatan (Dok: HAKI)

Pendampingan perhutanan sosial dilakukan dengan membentuk kelompok tani atau kelompok usaha yang di dalamnya mencakup 90-100 orang. Mereka dibimbing untuk mengelola kawasan hutan agar dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi.

"Saya membantu mereka mengelola produk perhutanan sosial untuk dikembangkan sehingga produk yang dihasilkan memiliki value (nilai). Dari kelompok usaha ini, nanti kan kita tahu tuh, misal fokusnya mereka mau ke mana. Nah untuk di Kibuk (Pagar Alam), dia ada KUPS Wisata Agroforestry 94. Jadi fokusnya mengembangkan potensi alamnya yaitu untuk wisata agroforestry," jelas dia.

Setiap kelompok usaha memiliki fokus yang berbeda. Martha bersama HAKI membantu masyarakat dalam mendistribusikan produk hasil perhutanan sosial yang ada mulai dari kopi hingga madu.

"Saya mendampingi dari pengolahan produknya sampai ke packaging dan pemasarannya," jelas dia.

Baca Juga: Perjuangan Etnis Tionghoa dan Akulturasi Budaya di Indonesia

4. Ajarkan tata kelola berkelanjutan

Tugas pendampingan perhutanan sosial tersebut menurut Martha bertujuan memberi masukan bagi para petani dalam mengelola hutan sosial secara berkelanjutan. Hal ini dilakukan untuk memberikan ilmu pertanian modern agar dapat dikelola oleh petani.

"Jika selama ini mungkin mereka seenaknya buka lahan, dengan adanya perhutanan sosial ini salah satunya adalah mereka akhirnya bisa turut menjaga alam," jelas dia.

Satu petani biasanya diberikan izin mengelola hutan sosial sebanyak satu hektare (Ha) per orang. Di tanah tersebutlah para petani dapat mengelola luasa lahan yang ada guna menjadi pertanian yang bernilai ekonomis.

"Jadi para petani tidak bisa asal membuka hutan untuk menambah luasan lahan. Jadi hutan itu tetap lestari, sehingga hutan di wilayah konservasi memang betul-betul terjaga," jelas dia.

5. Tujuan akhir menciptakan hutan lestari dan masyarakat sejahtera

Kisah Perempuan Garda Terdepan Lestarikan Ekosistem Hutan SumselPendampingan perhutanan sosial yang dilakukan Hutan Kita Institute di wilayah Sumatra Selatan (Dok: HAKI)

Martha menerangkan, tujuan akhir dari usaha pendampingan sosial yang dilakukannya bersama HAKI bukan sebatas meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mereka berusaha untuk menjaga lingkungan serta menghijaukan kembali wilayah hutan yang rusak.

"Sesuai tagline kita, hutan lestari dan masyarakat sejahtera," jelas dia.

Selama melakukan pendampingan, Martha merasakan banyak perubahan tata cara kelola hutan yang berhasil dilakukan dirinya bersama HAKI. Masyarakat di kawasan hutan mulai sadar pentingnya pelestarian hutan.

"Masyarakat pun sadar akan hak dan kewajiban mereka mengelola hutan," tutup dia.

Baca Juga: Mahasiswa Gunakan Pinjol Bukan untuk UKT, Tetapi Gaya Hedonisme

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya