Kisah Pemuda Palembang Jatuh Bangun Bikin Bisnis Kedai Kopi

Bisnis kopi membuka peluang dalam berbisnis di Palembang

Intinya Sih...

  • Bisnis kopi masih diminati pemuda di Palembang, meski tak selalu menguntungkan
  • Adyos Satrio Triwicaksono memiliki dua cabang bisnis kopi di Palembang
  • Pandemi COVID-19 menurunkan omzet 30-40 persen, namun bisnisnya mulai ramai setelah itu

Palembang, IDN Times - Bisnis kopi masih jadi primadona pemuda di Palembang, Sumatra Selatan (Sumsel). Hanya saja bisnis kopi tak selalu menguntungkan. Seorang pemuda pemilik kedai kopi di Palembang bernama Adyos Satrio Triwicaksono, membeberkan lika-liku berbisnis kopi sejak 2019 silam.

"Sempat terpikir untuk menyerah tapi semua masalah bisa dilalui dan bisa bertahan sampai sejauh ini," ungkap Adyos kepada IDN Times, Sabtu (6/1/2024).

Baca Juga: Temui Generasi Muda Sumsel, Ketua TPN Gama Tak Percaya Hasil Survei

1. Bisnis kopi membuka peluang dan bertemu banyak orang

Kisah Pemuda Palembang Jatuh Bangun Bikin Bisnis Kedai KopiPengusaha kedai kopi di Palembang Adyos Satrio Tri Wicaksono (IDN Times/Rangga Erfizal)

Dari bisnis kopi, Adyos banyak bertemu pelanggan dan hal-hal baru. Dari bisnis ini juga, dirinya merasa banyak mendapat wawasan dalam bisnis dan melebarkan sayap dalam bisnisnya. Saat ini dirinya memiliki dua cabang bisnis kopi di kota Palembang, yakni Sangkar Coffee dan Shine Co Coffee.

"Menurut saya bisnis kopi adalah bisnis yang memerlukan inovasi terus menerus. Bisnis ini juga sudah menjadi bagian gaya hidup dari anak-anak, remaja, dan dewasa. Penyuka kafein pun sudah menjamur," jelas dia.

Salah satu strategi dirinya agar bisnis kedai kopi bertahan adalah dikenal banyak orang. Dirinya merangkul komunitas untuk berkegiatan di tempatnya.

"Dari bisnis ini juga kita akhirnya berkembang membuat WO, penyedian band, kopi hajatan. Ketemu teman-teman kontraktor dan join ke bisnis lain dari pertemanan di kedai kopi. Saya merasa banyak mendapat ilmu di bisnis ini," jelas dia.

Baca Juga: 6 Lokasi Rawan Banjir di Palembang Dijaga Tim Khusus Tiap Hari

2. COVID-19 sempat ganggu psikis pengusaha dan pelanggan

Kisah Pemuda Palembang Jatuh Bangun Bikin Bisnis Kedai KopiPengusaha kedai kopi di Palembang Adyos Satrio Tri Wicaksono (IDN Times/Rangga Erfizal)

Usaha kopi yang dilakoni Adyos berjalan hampir lima tahun. Pada tahu pertama dengan lika-liku bisnis yang tak tentu, dirinya berhasil melewati tahun pertama dengan baik. Pada tahun kedua, pandemik melanda Indonesia yang menyebabkan dirinya kembali menjalani bisnis dengan tergopoh-gopoh.

"COVID-19 memang sangat berdampak terhadap penurunan omzet 30-40 persen. Saat itu juga jam operasional dibatasi berjualan hanya sampai jam 5, lewat dari itu dibubarin. Saat itu sangat memengaruhi psikis pelanggan dan kita  pengusaha," jelas dia.

Namun di balik pandemik, bisnisnya pun mulai ramai. Dirinya pun mulai merasakan manisnya berbisnis kopi. Dari sini juga dirinya dapat melebarkan bisnis dengan membuka cabang baru.

"Memang ada dampak tetapi dengan cara kita mengubah strategi jadi lebih baik," jelas dia.

3. Berbagai usia jadi pelanggan setia

Kisah Pemuda Palembang Jatuh Bangun Bikin Bisnis Kedai KopiSHINE CO COFFEE Palembang (IDN Times/Rangga Erfizal)

Dirinya tak memiliki pangsa pasar khusus di kedai kopinya. Hanya mencatat semua kalangan bisa mampir ke kedainya, karena dirinya menilai tanpa membedakan pelanggan kedainya akan terus meraup keuntungan tanpa takut satu pelanggan pergi.

"Memang banyak anak muda yang senang ke kedai kita. Tetapi ada juga orang tua," jelas dia.

Dirinya meyakini, kedai kopi yang memberikan pelayanan dan kenyamanan yang baik akan mendapat pelanggan sendiri yang selalu datang tiap harinya.

"Jadi mulai dari dosen hingga mahasiswa kerap datang karena kita menyediakan tempat yang proper untuk bekerja ataupun rapat. Jadi mereka akan nyaman di sini," jelas dia.

4. Bisnis kopi bukan untuk ikut-ikutan

Kisah Pemuda Palembang Jatuh Bangun Bikin Bisnis Kedai KopiSHINE CO COFFEE Palembang (IDN Times/Rangga Erfizal)

Adyos membagikan tips kepada anak muda yang ingin membuka kedai kopi harus siap dengan segala kemungkinan. Tak selamanya bisnis kopi mendapat untung namun tak selamanya juga bisnis merugi.

Sedikitnya butuh dana sekitar Rp80-Rp100 juta untuk membangun bisnis kopi. Dana besar ini yang seharusnya dilihat anak muda agar tak ikut-ikutan dalam berbisnis.

"Kesalahan terbesar bisnis kopi adalah ikut-ikutan. Tren kopi memang sedang meningkat. Lihat teman gampang, jadi ikutan buka kedai kopi," jelas dia.

Adapun bagi anak muda yang sudah terjun dalam bisnis ini. Dirinya berharap tidak takut-takut dalam mengambil keputusan besar. Bisnis ini menuntut harus riset mengenai potensi dan peluang.

"Strategi kedai kopi berbeda-beda meski owner-nya sama. Jangan mudah berpuas di bisnis FNB," jelas dia.

Baca Juga: 4.105 Pemilih Disabilitas di Palembang Dijamin Kemudahan dari KPU

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya