Dinkes Sumsel Catat Kasus DBD Meningkat Sepanjang Januari 2024

Palembang terbanyak kasus DBD mencapai 131 orang terjangkit

Intinya Sih...

  • Palembang mencatat 131 kasus DBD tertinggi di Sumsel, diikuti Muba (105), OI (99), Prabumulih (74), dan Mura Enim (43).
  • Ada tujuh orang meninggal dunia akibat DBD, tiga diantaranya di Palembang. Lonjakan kasus dipicu perubahan iklim dari kemarau ke hujan.
  • Dinkes Sumsel memberikan bantuan obat-obatan dan mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.

Palembang, IDN Times - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai melonjak sepanjang Januari 2024, dengan catatan kasus 761 orang dirawat di rumah sakit. Sedangkan tujuh orang dikabarkan meninggal dunia. Lonjakan jumlah pasien DBD diketahui lebih tinggi sejak Desember 2023 yang mencapai 499 kasus.

"Pada awal tahun ini kasus DBD di Sumsel ada 761 kasus Kasus, terbanyak berada di Palembang dengan jumlah terbanyak 131 kasus," ungkap Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dari Dinas Kesehatan (P2PM Dinkes) Sumsel, Muyono, Rabu (31/1/2024).

Baca Juga: Kasus DBD di Palembang Naik, 3 Orang Meninggal Dunia

1. Kasus DBD merata di Sumsel

Dinkes Sumsel Catat Kasus DBD Meningkat Sepanjang Januari 2024pixels?/@Pixabay

Mulyono menerangkan, kasus kedua terbanyak DBD terjadi di Musi Banyuasin (Muba) dengan 105 kasus, Ogan Ilir (OI) 99 kasus, Prabumulih sebanyak 74 kasus, Mura Enim sebanyak 43 kasus, dan OKU Selatan sebanyak 37 kasus.

Selanjutnya di Lahat, OKU, dan OKU Timur sebanyak 31 kasus, Banyuasin 25 kasus, PALI 17 kasus, Pagar Alam 16 kasus, Muratara 15 kasus, dan Musi Rawas sebanyak 13 kasus. Sedangkan Lubuk Linggau dan OKI ada 11 kasus, diikuti Empat Lawang sebanyak 9 kasus.

"Untuk yang meninggal dunia akibat DBD ada di daerah Banyuasin dan OKU Selatan sebanyak dua orang, dan Palembang ada tiga orang meninggal dunia," beber dia.

Baca Juga: Awal Tahun, Kasus DBD di Muba Melonjak Hingga 122 Kasus

2. Masyarakat diminta jaga kebersihan lingkungan

Dinkes Sumsel Catat Kasus DBD Meningkat Sepanjang Januari 2024ilustrasi nyamuk (rawpixel.com/Centers for Disease Control and Prevention)

Mulyono menambahkan, lonjakan kasus DBD di Sumsel erat kaitannya dengan perubahan iklim dari kemarau ke hujan. Dia menilai perkembangan nyamuk Aedes Aegypti terjadi karena banyaknya genangan di musim hujan.

"Nyamuk Aedes Aegtypti berkembang di air yang tidak tersentuh dengan tanah, artinya ada di tempat penampungan air, juga di dedaunan," beber dia.

Dirinya mengingatkan masyarakat menguras bak mandi, lalu menutup rapat penampungan air yang menjadi tempat berkembang biak jentik nyamuk.

"Kita mengimbau masyarakat untuk bergotong royong menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal," ungkap Mulyono.

3. Fogging dinilai tak efektif

Dinkes Sumsel Catat Kasus DBD Meningkat Sepanjang Januari 2024Ilustrasi fogging untuk mengantisipasi wabah DBD. (IDN Times/Dwi Agustiar)

Upaya penanganan terus dilakukan oleh Dinkes Sumsel dengan memberikan bantuan obat-obatan ke kabupaten dan kota, seperti Zeta Sipermethrin sebanyak 1.800 liter, Temegard sebanyak 49.500 saset, dan Abate 5.400 kilogram juga RDT DBD Combo sebanyak 500 kotak.

"Bukan hanya itu saja, kita juga sudah memberikan bantuan fogging. Namun fogging ini tidak terlalu efektif dalam membasmi DBD, karena sifat fogging hanya membunuh nyamuk besar," jelas dia.

Baca Juga: Kasus DBD di OKU Meningkat, Ada 69 Kasus dan 1 Orang Meninggal 

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya