RS Palembang Terbanyak Rujukan DBD, 90 Pasien Tak Bergejala

Penderita DBD tak bergejala hanya terdeteksi antigen NS1

Intinya Sih...

  • Kasus DBD di Sumsel mencapai 1.945 kasus sejak Januari 2024, dengan Palembang sebagai lokasi rumah sakit rujukan tertinggi.
  • 90% penderita DBD tidak bergejala dan dapat dideteksi melalui rapid tes antigen NS1 untuk mencegah risiko kematian.
  • Penularan DBD di Sumsel dominan terhadap perempuan dan balita, dengan penularan tertinggi di Kawasan Sabokingking, Kecamatan Ilir Timur II.

Palembang, IDN Times - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sumatra Selatan (Sumsel) mengalami tren tertinggi sejak lima tahun terakhir. Hingga 8 Maret 2024, tercatat sudah 1.945 kasus sejak Januari 2024.

"Pasien terbanyak dari Palembang, karena jadi lokasi rumah sakit rujukan tertinggi DBD dari seluruh kabupaten dan kota di Sumsel," ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dakr Dinas Kesehatan (P2PM Dinkes) Sumsel, Mulyono, Kamis (14/3/2024).

Baca Juga: Penderita DBD di Muba Meningkat, 217 Kasus Hingga Februari 2024

1. Total 219 kasus DBD menular di Palembang

RS Palembang Terbanyak Rujukan DBD, 90 Pasien Tak BergejalaIlustrasi nyamuk demam berdarah (freepik.com/jcomp)

Berdasarkan data distribusi kasus DBD di Sumsel, penderita demam berdarah di Palembang sebanyak 219 pasien dengan kasus meninggal ada 5 orang. Kemudian tertinggi kedua dari Musi Banyuasin (Muba) mencapai 193 kasus.

"Dari semua kasus DBD ini, 90 persen penderita dinyatakan tak bergejala berdasarkan diagnosa klinis. Kondisi ini bisa terjadi karena imunitas tubuh dalam kondisi baik," kata dia.

Baca Juga: Kasus DBD di OKU Berstatus Waspada, Terbaru 2 Korban Jiwa

2. DBD tak bergejala diketahui lewat pemeriksaan rapid tes NS1

RS Palembang Terbanyak Rujukan DBD, 90 Pasien Tak Bergejalapixabay

Rata-rata kasus DBD yang asimtomatik atau kondisi penyakit tak bergejala dapat diketahui lewat pemeriksaan rapid tes antigen NS1, yakni pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan protein non-struktural 1 (NS1) yang dimiliki virus Dengue.

"Dari 90 persen penderita asimtomatik, virus DBD baru diketahui dari pengecekan darah dan rapid tes NS1. Sebab apabila DBD ditangani terlambat, risikonya adalah kematian," jelas Mulyono.

3. Kasus DBD terbanyak menular perempuan dan balita

RS Palembang Terbanyak Rujukan DBD, 90 Pasien Tak BergejalaPetugas melakukan pengamatan perkembangbiakan pupa nyamuk Aedes aegypti (IDN Times/Dhana Kencana)

Kasus pasien DBD di Sumsel dominan lebih cepat menular terhadap perempuan. Dari 1.945 kasus pasien perempuan yang terkena DBD, sebanyak 990 orang dan 939 kasus tertular terhadap laki-laki dengan penularan tertinggi di bawah usia 18 tahun.

"Kebanyakan pasien balita dan perempuan. Perempuan ini mudah tertular karena mobilitas mereka dibandingkan laki-laki tidak terlalu banyak, karena kebanyakan perempuan beraktivitas di rumah saja," timpalnya.

Sedangkan untuk kasus tertinggi di Palembang, penularan DBD paling banyak tersebar di Kawasan Sabokingking, Kecamatan Ilir Timur II. Kondisi penularan meluas dipengaruhi, lingkungan kotor dan keberadaan jentik serta sarang nyamuk tinggi.

4. Fogging tak efektif kendalikan penyebaran DBD

RS Palembang Terbanyak Rujukan DBD, 90 Pasien Tak BergejalaPixabay

Langkah paling ampuh dalam menekan kasus DBD selain kesadaran diri masyarakat setempat, yakni menjaga kebersihan lingkungan dengan mengendalikan produksi jentik nyamuk Aedes Aegypti, lakukan pemantauan berkala dan pemberantasan sarang nyamuk.

"Sebenarnya fogging tidak mengurangi jentik nyamuk, karena kurang dari 70 persen pengaruhnya. Pengendalian tepat dengan pemberian larvasidasi (pemberantasan) jentik dengan menaburkan bubuk larvasida. Fogging lebih efektif untuk membunuh nyamuk dewasa. Penyebaran (DBD) akan berhenti apabila tidak ada lagi jentik berkembang," jelasnya.

Baca Juga: DBD pada Ibu Hamil: Gejala, Bahaya, Pengobatan

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya