Musim Hujan dan Bakteri Pemicu Belasan Kerbau Mati di OKI

Vaksinasi perlu dilakukan dalam pengawasan dokter hewan

Intinya Sih...

  • Kasus kematian kerbau massal di Desa Riding, Pangkalan Lampam, Ogan Komering Ilir (OKI) disebabkan oleh penyakit ngorok yang mudah menular antar hewan ternak.
  • Penyakit ngorok disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida Serotype 6B yang mengganggu keseimbangan fisiologis hewan ternak dan lingkungan.
  • Pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit ngorok dilakukan melalui vaksinasi dalam pengawasan dokter hewan, namun masih mengalami kendala di sejumlah daerah.

Palembang, IDN Times - Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Sumatra Selatan (PHDI Sumsel) menanggapi kasus kematin kerbau massal secara mendadak di Desa Riding, Pangkalan Lampam Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). 

Menurut Ketua PHDI Sumsel, Jafrizal, kondisi tersebut rentan terjadi saat musim penghujan. Selain faktor cuaca, penyebaran bakteri memicu hewan terjangkit penyakit yang menyebabkan kematian mendadak.

"Penyebabnya dari penyakit bernama ngorok, dan penyakit ini memang endemik di Indonesia termasuk di Sumsel. Ngorok banyak terjadi pada waktu musim hujan," ujarnya, Minggu (7/4/2024).

Baca Juga: Diserang Penyakit Ngorok, Belasan Kerbau di OKI Mati Mendadak

1. Penyakit ngorok rentan menyerang hewan ternak

Musim Hujan dan Bakteri Pemicu Belasan Kerbau Mati di OKIFoto oleh Roger Brown dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/bidang-lahan-padang-lapangan-5127241/

Penyakit ngorok atau secara ilmiah disebut Septicaemia Epizootica mudah menular antar hewan ternak akibat bakteri Pasturella Multocida Serotype 6B. Tak hanya kerbau, penyakit ini rentan menyerang sapi, babi, kambing, rusa, dan kuda.

"Bukan virus, tapi bakteri, akan tetapi sangat menular," kata dia.

2. Gejala penyakit ngorok seperti demam tinggi dan timbul suara mendengkur

Musim Hujan dan Bakteri Pemicu Belasan Kerbau Mati di OKI(Kerbau yang mati akibat penyakit ngorok di OKI) IDN Times/istimewa

Bakteri Pasteurella Multocida merupakan penghuni saluran pernafasan bagian atas, dan penyakit ngorok timbul karena gangguan keseimbangan fisiologis hewan ternak dan lingkungan.

"Bakteri akan jadi ganas dan menimbulkan penyakit Septicaemia Epizootica. Gejala klinis hewan terinfeksi seperti demam tinggi, lesu, hipersalivasi, batuk, dan suara mendengkur yang kadang sering sulit dibedakan dengan penyakit lain," jelansya.

3. Pencegahan dan pengendalian penyakit ngorok harus berdasarkan biosekurity

Musim Hujan dan Bakteri Pemicu Belasan Kerbau Mati di OKIilustrasi anak kerbau (unsplash.com/Christie Greene)

Langkah pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit ngorok, harus diproses berdasarkan tindakan pengawasan lalu lintas, biosekurity atau immunisatorik dengan vaksinasi.

"Vaksinasi menjadi langkah yang antisipatif yang paling efektif dan harus dalam pengawasan dokter hewan," timpal dia.

4. SDM dan obat penyakit ngorok masih minim di Sumsel

Musim Hujan dan Bakteri Pemicu Belasan Kerbau Mati di OKIWarga menggiling tebu di kilang tradisional menggunakan kerbau, di Batang Silasiah, Nagari Bukik Batabuah, Agam, Sumatera Barat, Jumat (19/1/2024). ( ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Namun pelaksanaan vaksinasi penyakit ini di sejumlah daerah masih mengalami berbagai kendala, karena kekurangan obat serta minim sumber daya manusia (SDM) yang memahami ilmu pencegahan dan penanganan penyakit tersebut.

"Pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntikan streptomisin sebanyak 10 mg secara IM atau kioromisitin, terramisin, dan aureumisin sebanyak 4 mg tiap kg berat badan secara IM," jelasnya.

Baca Juga: Aturan Wajib Vaksin di Palembang Picu Harga Hewan Kurban Naik

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya