Lebih ke Moda Wisata, LRT Belum Menjadi Pilihan Utama Wong Palembang

Bukan pilihan utama angkutan publik

Palembang,IDN Times - Moda angkutan umum modern di Kota Palembang, Light Rapid Transit (LRT), sepertinya belum menyatu dengan masyarakat. Karena, sebagian besar Wong Kito lebih memilih menggunakan moda lainnya, seperti ojek online (ojol). 

Selain karena keterbatasan lokasi yang tidak menyentuh kawasan tertentu, LRT justru hanya menjadi pilihan warga kota maupun luar, sebagai moda wisata perjalanan menyusuri sisi-sisi Kota Palembang.

Walau diresmikan pada April 2018 lalu, ternyata masih ada penumpang LRT yang baru bisa menikmati kenyamanan transportasi modern ini. Seperti yang dituturkan Tanzella, karyawan pada salah satu rumah sakit di Kota Palembang.

"Baru sempat naik, karena penasaran ingin mencoba. Kemarin-kemarin belum tergerak, karena kayaknya peminat masih tinggi, apalagi pasca dan sebelum Asian Games 2018 kemarin. Selama ini lebih memilih ojol untuk kemana-mana," ujarnya, Jumat (30/8).

"Iya kalau diperhatikan sepertinya memang untuk berjalan-jalan. Tujuan utama sebagai alat transportasi umum ibarat dilupakan masyarakat. Tahunya naik LRT hanya karena mau mencoba. Tapi bagaimanapun pemerintah sudah mengupayakan kemudahan untuk warga," sambungnya.

1. LRT masih kalah dengan ojek online

Lebih ke Moda Wisata, LRT Belum Menjadi Pilihan Utama Wong PalembangIDN Times/Feny Maulia Agustin

Ketua Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia (IALI) Sumsel, Sri Novi Adriyanti menilai, meski sudah menjadi moda transportasi yang mempermudah aksesibilitas di kota, tetap saja LRT masih belum efektif. 

"Palembang khususnya dan Sumsel pada umumnya bangga dengan adanya LRT. Apalagi dapat mengurai kemacetan dari semakin padatnya lalin di kota. Tapi, memang belum efektif dan bukan jadi pilihan angkutan umum dibandingkan ojol (ojek online) yang lebih gerak cepat," katanya kepada IDN Times, Jumat (30/8).

2. Kebijakan sebulan sekali ASN naik LRT disebut hanya sebagai hiburan

Lebih ke Moda Wisata, LRT Belum Menjadi Pilihan Utama Wong PalembangIDN Times/Feny Maulia Agustin

Wanita yang akrab disapa Yanti ini melanjutkan, adanya kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel yang menetapkan Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk menggunakan LRT satu bulan sekali, bukanlah solusi dari pemanfaatan LRT sebagai alat transportasi.

"Pemerintah mewajibkan ASN naik LRT itu memang edukasi untuk supaya bisa memanfaatkan angkutan umum. Tapi, kalau kebijakan hanya itu sebulan sekali itu namanya cuma hiburan dan belum membuat transportasi angkutan umum untuk aktivfitas rutin," jelasnya.

Permasalah utama LRT yang hingga hari ini belum efektif, jelas Yanti, karena keterbatasan aksesibilitas. Kalau hanya untuk satu tujuan naik LRT, memang yang tersentuh cepat tidak butuh waktu lama.

"Tapi aksesibilitas dari stasiun untuk mencapai tujuan, seperti rumah atau kantor juga harus ditunjang dengan transportasi lanjutan dan ini yang cukup membuat panjang perjalanan. Angkutan tambahan juga memerlukan waktu lagi," jelasnya.

3. LRT sebagusnya ditambah fasilitas umum

Lebih ke Moda Wisata, LRT Belum Menjadi Pilihan Utama Wong PalembangIDN Times/Feny Maulia Agustin

Yanti menilai, walau keberadaan LRT ditunjang sebagai bagian dari edukasi untuk masyarakat dalam hal pembiasaan mempergunakan angkutan umum, menerapkan budaya antre dan juga bersih.

Namun, sebaiknya LRT menambah fasilitas umum (fasum) lain, agar tidak dipakai untuk wisata saja, melainkan menjadi transportasi favorit. Karena kebanyakan penumpang memilih LRT sebagai destinasi wisata dibandingkan pilihan utama angkutan publik.

"Permasalan juga muncul dari masyarakat yang tidak bisa memelihara fasilitas. Bahkan terkadang belum terbangun lama kawasan sudah rusak. Mungkin dengan adanya penambahan fasum di setiap stasiun, bisa membuat penumpang lebih nyaman," katanya.

"Yang standar (fasum) aja, seperti adanya kios rapi untuk penjual minuman dan makanan ringan atau bisa ada kios cendera mata. Supaya bukan hanya masyarakat Palembang saja, tapi jadi peluang untuk wisatawan luar," terangnya.

Baca Juga: ASN Pemkot Palembang Diwajibkan Naik LRT, tapi Terkendala Faktor Ini

4. Sudah 2.478.041 penumpang LRT sejak awal operasi

Lebih ke Moda Wisata, LRT Belum Menjadi Pilihan Utama Wong PalembangIDN Times/Feny Maulia Agustin

Sementara, Manager Humas PT KAI Divre III Palembang, Aida Suryanti menerangkan, sejak resmi beroperasi pada 1 Agustus tahun 2018, total penumpang yang menggunakan LRT sampai hari ini (30/8), sudah mencapai 2.478.041 penumpang.

"Penumpang saat ini rata-rata 6.000 di weekday dan 8-10.000 di weekend. Untuk rekor penumpang tertinggi terjadia pada tanggal 8 Juni 2019 sebanyak 24.622 penumpang," jelasnya.

Pantauan IDN Times dari stasiun Bandar Sultan Mahmud Badaruddin II hingga ke Stadion OPI Jakabaring, dari 13 stasiun yang dimiliki LRT keramaian penumpang hanya terjadi di beberapa lokasi saja. Bahkan ada satu lokasi stasiun LRT tampak sepi dan kosong.

menanggapi hal itu, Aida mengungkapkan, bahwa ada 6 stasiun yang banyak penumpang naik turun.

"Stasiun bandara, Bumi Sriwijaya, Ampera, DJK, Cinde dan Asrama Haji. Kalau ramai mulai dari jam 10 pagi sampai sore jam 5. Perihal masyarakat LRT dianggap hanya sebagai wisata, LRT ini memberikan pilihan masyarakat dalam bertransportasi publik," tandasnya.

Topik:

  • Sidratul Muntaha

Berita Terkini Lainnya