Strategi Pemkab Tanah Datar Minimalisir Risiko Letusan Gunung Marapi

Bupati Tanah Datar mengeluarkan maklumat mitigasi bencana

Intinya Sih...

  • Bupati Tanah Datar, Sumatra Barat mengeluarkan poin maklumat pasca perubahan status Gunung Marapi dari Level II menjadi Level III.
  • Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan, tidak memasuki radius 4,5 km dari puncak Gunung Marapi, dan mewaspadai potensi bahaya lahar.
  • PVMBG mencatat peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Marapi dengan jumlah erupsi harian yang cenderung menurun namun aktivitas gempa meningkat.

Padang, IDN Times - Bupati Tanah Datar, Sumatra Barat (Sumbar), Eka Putra, mengeluarkan beberapa poin maklumat menyusul perubahan status Gunung Marapi yang dirilis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dari semula Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga).

Eka Putra menyebut, beberapa poin yang disampaikan bertujuan untuk mengantisipasi dan meminimalisir kemungkinan risiko terburuk yang bisa saja terjadi. Ia mengajak seluruh masyarakat di wilayahnya meningkatkan kewaspadaan, termasuk memperhatikan dan mengikuti rekomendasi yang ada.

"Seluruh masyarakat diminta tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan dengan radius 4,5 kilometer dari puncak Gunung Marapi. Kepada Wali Nagari dan Camat yang ada permukiman warga berada dalam radius 4,5 kilometer, segera mempersiapkan rencana kontinjensi," kata Eka Putra, Rabu (10/1/2024).

Baca Juga: Gunung Marapi Sumbar Berubah Status Menjadi Level III

1. Waspadai ancaman bahaya lahar

Strategi Pemkab Tanah Datar Minimalisir Risiko Letusan Gunung MarapiErupsi Marapi Sabtu (31/12/2023)

Eka meminta kepada seluruh masyarakat yang tinggal di bantaran sungai berhulu dari Gunung Marapi agar mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar, terutama saat musim hujan.

Lalu seluruh pihak diimbau menjaga suasana kondusif, tidak menyebarkan berita hoaks, dan tidak terpancing isu tidak jelas sumbernya. Warga diminta selalu mendengarkan arahan dari pihak terkait.

Selain itu kata Eka, pihaknya juga meminta kepada seluruh imam masjid, da'i dan ulama, agar selalu memandu doa terhindarkan dari bahaya ancaman letusan Gunung Marapi.

Baca Juga: Titik Erupsi Gunung Marapi Tak Selalu Terjadi di Kawah yang Sama

2. Gunung Marapi berubah status

Strategi Pemkab Tanah Datar Minimalisir Risiko Letusan Gunung MarapiErupsi Marapi. IDN Times/Andri NH

Sebelumnya, PVMBG menaikkan status Gunung Marapi dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) terhitung mulai Selasa, (9/1/2024) pukul 18.00 WIB.

Kepala Badan Geologi Kepala PVMBG Sumbar, Hendra Gunawan dalam keterangan resminya, menjelaskan bahwa Gunung Marapi menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik.

Dari 1 hingga 8 Januari 2024 kata Hendra, secara visual Gunung Marapi terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal setinggi sekitar 150-700 meter di atas puncak.

"Data kegempaan dalam interval waktu itu didominasi oleh gempa hembusan. Kegempaan selengkapnya terekam 8 kali gempa Erupsi atau Letusan, 65 kali gempa Hembusan, 2 kali gempa Low Frequency, 1 kali gempa Vulkanik Dangkal, 11 kali gempa Vulkanik Dalam, 8 kali gempa Tektonik Lokal, 18 kali gempa Tektonik Jauh, dan Tremor menerus dengan amplitudo 0.5-2 mm," tutup Hendra.

3. Karakteristik erupsi Gunung Marapi

Strategi Pemkab Tanah Datar Minimalisir Risiko Letusan Gunung MarapiErupsi Marapi, Selasa (26/12/2023). IDN Times/Andri NH

Menurut Hendra, pasca erupsi 3 Desember 2023, erupsi lanjutan masih berlangsung hingga saat ini. Jumlah erupsi harian tercatat cenderung menurun. Namun sebaliknya, jumlah gempa Low Frequency dan Vulkanik Dalam (VA) cenderung meningkat, sehingga mengindikasikan pasokan magma dari kedalaman masih terjadi dan cenderung meningkat.

Kondisi itu juga terlihat dari grafik baseline RSAM yang masih di atas normal dan data tiltmeter yang cenderung mendatar. Aktivitas erupsi yang teramati secara visual dan masih terekamnya gempa erupsi serta gempa hembusan disertai dengan tremor menerus, menunjukkan aktivitas Gunung Marapi di Sumbar masih tergolong tinggi.

Data dari satelit Sentinel juga menunjukkan bahwa laju emisi (fluks) gas SO2 yang dihasilkan dari aktivitas Gunung Marapi saat ini tergolong tinggi. Kehadiran magma di dalam dasar kawah yang terindikasi sejak teramatinya pancaran sinar api di puncak pada 6 Desember 2023 malam hari, dan teramatinya lontaran material pijar pada erupsi-erupsi berikutnya, menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan tipe erupsi atau letusan dari tipe freatik menjadi tipe magmatik.

Kondisi itu kata Hendra dapat berpotensi menyebabkan terjadinya akumulasi tekanan di dalam tubuh gunung yang dapat menyebabkan erupsi, dengan energi yang meningkat dan jangkauan lontaran material pijar yang lebih jauh dari pusat erupsi. Oleh karena itu, potensi ancaman bahaya Gunung Marapi juga dapat menjadi lebih luas.

Baca Juga: Mengenal Karakteristik Gejala dan Letusan Gunung Marapi di Sumbar

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya