Tak Hanya Virus Corona, 3 Wabah Mematikan Ini Pernah Melanda Indonesia

Wabah demam menyerang Batavia pada 1809

Jakarta, IDN Times - Berbagai belahan dunia saat ini sedang dirundung duka, akibat terhantam wabah virus corona tipe baru yaitu COVID-19, termasuk Indonesia.

Sejak Presiden Joko "Jokowi" Widodo mengumumkan dua kasus COVID-19 pertama pada 2 Maret hingga 4 Mei 2020, angka orang terinfeksi virus corona di Indonesia menembus angka 11.587 kasus.

Bahkan, angka kematian pun kian bertambah setiap harinya, yang kini mencapai 831 orang. Kendati, pasien yang berhasil sembuh dari virus corona hingga kini mencapai 1.954 kasus.

Tahu kah kamu COVID-19 bukan satu-satunya wabah yang pernah melanda Indonesia? Indonesia pernah mengalami beberapa fase wabah mematikan sejak era kolonial Belanda.

Berikut tiga wabah mematikan yang pernah menimpa tanah air sejak pada zaman penjajahan Belanda.

1. Wabah demam di Batavia pada 1809

Tak Hanya Virus Corona, 3 Wabah Mematikan Ini Pernah Melanda IndonesiaTropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures

Seperti dikutip dari buku Jakarta a History oleh Susan Abeyasekere (1989), diceritakan bahwa pada masa Hindia-Belanda sebuah wabah demam melanda Batavia pada 1809. Bukan hanya memakan korban jiwa dari penduduk lokal, wabah itu juga menyerang pegawai kolonial.

Diduga, wabah demam tersebut berasal dari tanah-tanah rawa di sepanjang pantai utara pulau Jawa. Tanah rawa tersebut mengeluarkan uap ketika terkena sinar matahari, dan menyebabkan demam apabila terhirup manusia. Ternyata, hal itu sejalan dengan teori miasma yang berkembang di Eropa pasca-Black Death atau Maut Hitam.

Wabah tersebut mendorong Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels memindahkan pusat administrasi Hindia-Belanda, dari Batavia (Jakarta Utara) ke Weltevreden (Sawah Besar, Jakarta Pusat) pada Mei 1809.

Bukan hanya terjadi pada 1809, wabah demam juga terulang di Palembang 10 tahun kemudian, atau persisnya pada 1819, pantai barat Sumatera pada 1841. Wabah ini juga kemudian menyerang  Karesidenan Pekalongan dan Banyumas pada 1846-1847.

Tak Hanya Virus Corona, 3 Wabah Mematikan Ini Pernah Melanda Indonesia(IDN Times/Arief Rahmat)

Baca Juga: Perang Vietnam: Awal Mula, Intervensi Amerika dan Kekalahan Paman Sam

2. Wabah kolera menyerang Jawa dan Sumatera pada 1909-1915

Tak Hanya Virus Corona, 3 Wabah Mematikan Ini Pernah Melanda IndonesiaDigital Collection Universiteit Leiden

Saat pemerintah kolonial menyiapkan kampanye penaklukan Aceh pertama pada 1874, wabah kolera juga melanda wilayah tersebut. Korban jiwa berjatuhan akibat terserang penyakit ini.

Karena itu, perang pun sempat terhenti sementara waktu. Kolera sejatinya terjadi secara sporadis di sejumlah wilayah Jawa dan Sumatera pada abad ke-19.

Tiga dekade kemudian, kolera menjadi penyakit mematikan yang melanda nyaris seluruh pulau dalam wilayah administrasi pemerintahan Hindia-Belanda. Dalam laporan milik pemerintah Inggris disebutkan, kolera menjangkiti penduduk Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Lombok pada 1909.

Semarang menjadi kota yang paling menderita, sebab kematian di wilayah itu mencapai 2.595 orang. Secara keseluruhan, di Semarang terdapat 3.028 kasus kolera. Kemudian, Surabaya 1.726 kasus dengan jumlah korban meninggal dunia mencapai 630 jiwa.

Sedangkan di Batavia, dikonfirmasi ada 989 kasus dengan korban jiwa 623 orang. Lalu, Sidoarjo 727 kasus dengan 553 kasus meninggal, dan Pasuruan 200 kasus dengan 195 meninggal.

Pada 1911-1912, terjadi gelombang kedua wabah kolera di tanah air. Kala itu, wabah ini meluas ke Sulawesi dan Maluku. Jawa kembali jadi pusat penyebaran wabah ini, dengan jumlah kematian mencapai lebih dari 5.000 jiwa.

Sementara, dalam laporan milik Departemen Kesehatan Amerika Serikat selama Juli-Desember 1915, kolera terjadi di Batavia dengan kasus pertama dikonfirmasi pada 3 September 1915.

3. Pandemik Flu Spanyol pada 1918-1919

Tak Hanya Virus Corona, 3 Wabah Mematikan Ini Pernah Melanda IndonesiaTropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures

Hanya berselang dua tahun setelah wabah kolera, pemerintah Hindia-Belanda kembali dipusingkan dengan pandemik influenza atau Flu Spanyol. Ini menjadi bagian dari pandemik yang turut melanda Amerika Serikat, Eropa, Afrika, Asia, dan Australia.

Dalam buku Yang Terlupakan: Sejarah Pandemik Influenza 1918 di Hindia Belanda (2009), sejumlah rumah sakit mulai melaporkan pasien wabah tersebut pada Juli 1918, atau tepat enam bulan setelah kasus pertama dilaporkan beberapa media Eropa pada Januari tahun yang sama.

Kurang dari enam bulan, sejumlah wilayah lain mengirim telegram yang menyatakan status darurat sekaligus permintaan bantuan ke Batavia. Ada Banjarmasin (awal November 1918), Buleleng (30 November 1918) dan Banyuwangi (2 Desember 1918).

Laporan menunjukkan Jawa Tengah dan Jawa Timur terdampak paling parah pada akhir 1918, dengan korban jiwa mayoritas anak-anak. Penyebaran Flu Spanyol di Hindia-Belanda cukup cepat, terutama di sepanjang pantai utara Pulau Jawa yang menjadi pusat perekonomian.

Sementara, sejumlah keterangan tertulis dan dari saksi hidup turut menyebutkan bahwa Flu Spanyol mewabah di sejumlah daerah di pulau Sualwesi, tepatnya di Tana Toraja dan Buton.

Hanya sedikit arsip tertulis yang merinci jumlah korban akibat pandemik influenza tersebut. Pemerintah Hindia-Belanda di bawah Gubernur Jenderal Johan Paul van Limburg Stirum pun kesulitan memperoleh data di luar pulau Jawa. Namun diperkirakan, ada 1,5 juta jiwa yang meninggal akibat wabah Flu Spanyol.

https://www.youtube.com/embed/cAOQYflb05U

Baca Juga: [LINIMASA-2] Perkembangan Terkini Wabah Virus Corona di Indonesia

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya