TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peringati Hari Kartini, Ini Kata Perempuan Inspiratif di Sumsel

Bukan hanya tentang emansipasi wanita

Poster Kartini bermasker. Instagram Museum Kartini Jepara

Palembang, IDN Times - Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April merupakan momen untuk mengenang Raden Adjeng Kartini. Wanita kelahiran 21 April 1879, di Jepara menjadi sosok perempuan Indonesia yang menggalakkan tentang emansipasi.

Menjadi pelopor kebangkitan wanita pribumi pada jamannya, Raden Adjeng Kartini pun mendapatkan apresiasi dari pemerintah lewat Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan hari lahir Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Sudah 56 tahun berlalu sejak Hari Kartini ditetapkan sebagai hari pahlawan nasional. Lalu bagaimana sebenarnya definisi dan cara para perempuan inspiratif ini mengenang sosok Kartini? Simak pembahasannya yuk di sini.

1. Berikan edukasi dan advokasi terhadap perempuan dalam isu kedaulatan

Suasana Museum Kartini di Rembang. Instagram Museum Kartini Rembang

Ketua Solidaritas Perempuan Palembang, Ruri Sukmawati mengatakan, sebagai bentuk mengenang RA Kartini, cara terbaik di era modernisasi ini adalah dengan terus berkarya.

Serta menghidupkan jiwa berani pada diri seorang perempuan, dengan membangun rasa percaya tinggi untuk tidak takut melawan terhadap apapun hal yang terlihat salah dan merugikan.

"Komuntas kami mengedepankan edukasi dan advokasi terhadap mereka perempuan, untuk melawan isu-isu kedaulatan terkait perdagangan bebas dan investasi," kata dia.

2. Perempuan yang terkena imbas konflik harus diperjuangkan

Hot - Liputan6.com

Sebagai contoh konkret permasalahan sekarang terjadi pada petani perempuan di era agraria. Para kelompok ini paling rentan menerima dampak negatif dari model pengelolaan sumber daya alam.

"Bahkan imbasnya ke eksploitatif dan ektraktif. Pengelolaan sumber daya saat ini banyak dikuasai oleh korporasi negara, yang menimbulkan ketimpangan kepenguasaan atas tanah rakyat. Maka itu konflik perempuan ini harus diperjuangkan," sambungnya.

Para petani perempuan tersebut rata-rata menjalani kehidupan dengan beban ganda. Selain harus membantu dan mencari nafkah, mereka juga sekaligus menjadi penopang untuk menjaga rumah tangga dan keluarga ketika tugas lelaki lebih memilih keluar mencari haknya.

Berita Terkini Lainnya