TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Aquaponik Budikdamber, Kombinasi Tanam Sayur dan Ternak Ikan

Memperkuat kesediaan di tengah pandemik COVID-19

Mengenal sistem pertanian Aquaponik Budikdamber (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Palembang, IDN Times - Kesulitan mendapatkan bahan pangan di tengah pandemik COVID-19 nyatanya terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu upaya mempertahankan kesediaan pangan yakni dengan melakukan inovasi pertanian, seperti budidaya sayur mayur kombinasi dengan budidaya perikanan menggunakan sistem budidaya sayuran dan ikan dalam ember, atau disingkat Aquaponik Budikdamber.

Tahyudi, penggiat Aquaponik Budikdamber di Palembang mengatakan, inspirasi pertanian dengan sistem kombinasi pangan dan perikanan memang sedang populer di masyarakat. Selain perawatan yang mudah, teknis bercocok tanam dan budidaya ikan bisa dilakukan sekaligus dalam satu waktu dengan media air.

"Saya mengerjakannya bersama kelompok tani, dan sudah merintis budikdamber sejak 2019 lalu dibantu program CSR Pertamina. Sistem ini saya buat di rumah, sekalian mengisi aktivitas luang," kata dia saat ditemui di kediamannya di Lorong Setia, Kelurahan Talang Bubuk, Kecamatan Plaju, Senin (28/9/2020).

Baca Juga: Olah Sabut Kelapa Jadi Media Hidroponik, Agus Raup Rp8 Juta Sebulan

1. Aquaponik Budikdamber lebih sering menanam kangkung

Mengenal sistem pertanian Aquaponik Budikdamber (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Bekerja sama gerakan kelompok tani Pertamina, lanjut Tahyudi, warga di kawasan Plaju Palembang cukup banyak melakukan budidaya dengan sistem Aquaponik Budikdamber. Beberapa kelompok tani lainnya berada di Lorong Mari, Lorong Mulia, Lorong Sepakat, dan di kawasan Kantor Kelurahan Talang Bubuk.

"Setiap kelompok tani beranggotakan masing-masing 10 orang," ujarnya.

Setiap waktu panen, masing-masing penggiat Aquaponik Budikdamber bisa menghasilkan sayuran 3-5 kilogram sayur. Biasanya, sayur yang mudah tumbuh menggunakan sistem tersebut adalah kangkung, sedangkan kombinasi budidaya perikanannya adalah ikan lele.

"Panen kangkung bisa 2 kali dalam sebulan, dan tanaman dapat bertahan maksimal selama 3 bulan. Untuk panen lele dilakukan setiap 2-3 bulan sekali dengan 1.000 ekor bibit menghasilkan rata-rata 90-100 kilogram tiap panen. Kalau perawatannya bagus, tingkat ketahanan hidup lele bisa mencapai 95 persen," tuturnya.

2. Setiap panen dapat menghasilkan keuntungan Rp500 ribu

Mengenal sistem pertanian Aquaponik Budikdamber (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Tahyudi menerangkan, budikdamber di tengah pandemik COVID-19 bisa memberi tambahan penghasilan yang luar biasa bagi para kelompok tani. Kegiatan produktif ini mampu menyokong pendapatan warga, atau minimal bisa dikonsumsi sendiri sebagai ketahanan pangan.

"Rata-rata sekali panen mereka bisa mendapatkan keuntungan Rp500 ribu per kelompok," terangnya.

Tahyudi menceritakan, rutinitasnya bersama beberapa anggota kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) dengan nama Mari Setia setiap setelah panen, mereka kembali merawat Aquaponik Budikdamber dengan menebarkan pelet untuk pakan ikan lele yang hidup dalam ember berkapasitas 70 liter.

"Tanda budidaya ini berhasil, kangkung setelah sepekan mulai tinggi sekitar 10 sentimeter. Cara menanamnya dengan menaruh kangkung di wadah gelas bekas air mineral yang mengelilingi bibir ember tempat lele dipelihara, dan medianya air," timpal dia.

Baca Juga: Pertamina Raih Penghargaan di Ajang Indonesia CSR-PKBL Award 2020 

Berita Terkini Lainnya