Pempek Bukti Eksistensi Perantau Etnis Tionghoa di Palembang

Sebutan Pempek karena penjual Tionghoa sering disapa Apek 

Intinya Sih...

  • Etnis Tionghoa sudah ada di Indonesia sejak abad ke-5 Masehi dan mulai datang ke Palembang pada abad ke-16.
  • Pempek Palembang dulunya disebut 'Kelesan' yang berasal dari kata Keles atau Dikeles yang berarti bisa disimpan lama.
  • Kelesan pertama kali dibuat oleh orang Palembang dan dititipkan kepada perantau Tionghoa dengan panggilan Empek atau Apek, berasal dari sapaan pembeli.

Palembang, IDN Times - Sejak abad ke-5 masehi, etnis Tionghoa sudah ada di Indonesia dan mulai datang ke Palembang pada abad ke-16. Bahkan Palembang yang dikenal dengan pempek sebagai kuliner khas, tak lepas dari keturunan Tiongkok di Bumi Sriwijaya.

Kuliner pempek Palembang jadi tanda masuk perantau Tionghoa, tepatnya di masa Kerajaan Palembang Darussalam ketika masih dipimpin Sultan Mahmud Badaruddin II. Namun kala itu, sebutan makanan berbahan utama ikan tersebut adalah 'Kelesan'.

Lafal kelesan bermula dari kata Keles atau Dikeles yang berarti bisa disimpan lama. Penyebutan kelesan untuk pempek biasa digunakan di Rumah Limas, rumah adat Palembang yang ditempati para bangsawan di masa kesultanan.

Baca Juga: Bukan Ikan Patin, Pindang Pegagan Asli Sumsel Berbahan Ikan Tapah

1. Sebutan pempek muncul ketika keturunan Tionghoa menjualnya

Pempek Bukti Eksistensi Perantau Etnis Tionghoa di PalembangKuliner pempek makanan khas Palembang (IDN Times/Dokumen)

Kelesan atau pempek pertama kali dibuat oleh orang Palembang yang kemudian dititipkan ke perantau Tionghoa dengan panggilan Empek atau Apek. Sebutan pempek berasal dari sapaan pembeli kepada si penjual kelesan.

"Dalam bahasa Cina, empek atau apek ini panggilan untuk memanggil paman. Seiring waktu panggilan Pek, empek jadi lebih tenar dan dikenal luas sebagai pempek dan bertahan sampai sekarang," ujar sejarawan Palembang, Kemas Ari Panji.

Baca Juga: Mencicipi Pempek Lenggang Bakar Palembang, Terkenal Sampai Abu Dhabi

2. Pempek dijual keliling berjalan kaki ke kampung

Pempek Bukti Eksistensi Perantau Etnis Tionghoa di PalembangKuliner pempek makanan khas Palembang (IDN Times/Dokumen)

Kelesan yang dititipkan kepada apek pertama kali dijajakan di Masjid Agung dan Masjid Lama Palembang pada 1916. Waktu itu, bahan pembuatan pempek dari ikan Belida. Namun karena ikan Belida nyaris punah, pempek saat ini kebanyakan dari ikan tenggiri.

"Pempek dulu dijual kampung ke kampung. Apek menjajakannya berjalan kaki dan sering dijual di kawasan keraton, daerah Masjid Agung sekarang," timpalnya.

3. Pempek sudah dimodifikasi dengan hidangan daerah lain

Pempek Bukti Eksistensi Perantau Etnis Tionghoa di PalembangKuliner pempek makanan khas Palembang (IDN Times/Dokumen)

Hidangan campuran ikan giling, tepung terigu, dan tepung tapioka ini, sekarang sudah banyak berinovasi. Bahkan mulai banyak pelaku usaha dan bisnis di Palembang yang memodifikasi pempek bersama sajian luar negeri, seperti perpaduan pempek dan menu Jepang menjadi Pempek Nori Tempura.

"Perpaduan kuliner tradisional Palembang yang dikombinasikan dengan food fusion Jepang, hasilnya jadi Pempek Nori Tempura yang sekarang jadi menu baru kami," ujar Owner Fow Coffee Palembang, Feroka Putra W.

Baca Juga: Cara Bikin Kue Bulan Sajian Khas Imlek Warga Tionghoa di Palembang

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya