5 Fakta Film Latency, Mengangkat Isu Teknologi Pengendali Pikiran

FIlm Latency gabungan tiga genre yang menarik untuk ditonton

Intinya Sih...

  • Film Latency menghadirkan pengalaman virtual yang menegangkan dan memadukan genre aksi, horor, dan thriller dengan teknologi canggih.
  • Sasha Luss tampil kuat sebagai Hana, seorang gamer profesional dengan agoraphobia, sementara sutradara James Croke menciptakan atmosfer imersif yang tak terlupakan.
  • Dengan perubahan rating dari R ke PG-13, film ini menyesuaikan diri dengan kebutuhan penonton modern tanpa mengorbankan esensi ceritanya.

Pernahkah kamu membayangkan bagaimana rasanya terjebak di dunia virtual yang tidak dapat dibedakan dengan kenyataan? Film Latency mengajak kamu untuk menyelami pengalaman menegangkan tersebut. Dibintangi oleh Sasha Luss, film ini menggabungkan genre aksi, horor, dan thriller dengan sentuhan teknologi yang canggih.

Sebelum kamu melangkah ke dunia penuh misteri dalam film Latency, mari simak lima fakta menarik yang mungkin belum kamu ketahui. Yuk, simak!

Baca Juga: 8 Rekomendasi Film Mind Blowing yang Mempertanyakan Realita!

1. Latency menampilkan performa memukau dari Sasha Luss

5 Fakta Film Latency, Mengangkat Isu Teknologi Pengendali Pikirancuplikan film Latency (dok. Lionsgate/Latency)

Sasha Luss yang dikenal sebagai model dan aktris, memberikan penampilan yang kuat sebagai Hana, seorang gamer profesional menderita agoraphobia. Dalam film ini, ia menunjukkan kemampuan akting yang mengesankan, menangkap emosi karakter dengan keanggunan yang meyakinkan.

Meskipun ada momen di mana penampilannya terasa sedikit kaku, terutama saat adegan bermain game, Luss menunjukkan banyak pembelajaran dan pertumbuhan dengan setiap peran baru.

Navigasi antara patah hati yang dirasakan karakternya atas masa lalu yang jarang dieksplorasi dan keinginan untuk tumbuh serta terhubung dengan dunia luar, Luss dengan mudah mengetuk setiap emosi. Ketika film ini bekerja untuk mengembangkan Hana dan latar belakang emosionalnya, Luss menangkap lapisan-lapisan ini dengan keanggunan yang meyakinkan.

Baca Juga: 7 Film Horor Thriller Bertema tentang Jurnalis, Teror Super Intens!

2. Latency mengangkat isu teknologi kontrol pikiran

5 Fakta Film Latency, Mengangkat Isu Teknologi Pengendali Pikirancuplikan film Latency (dok. Lionsgate/Latency)

Latency menggali konsep teknologi realitas virtual dan kecerdasan buatan yang semakin imersif. Film ini mengikuti Hana saat ia menerima peralatan baru yang meningkatkan kemampuannya dalam bermain game. Namun ia mulai meragukan apakah teknologinya membaca pikiran atau malah mengendalikannya. Seiring dengan pengalaman aneh yang mulai dialaminya, Hana dipaksa untuk mempertanyakan sifat di balik teknologi tersebut.

Ketika Hana dan sahabatnya Jen (Alexis Ren) bereksperimen dengan teknologi baru ini, garis antara realitas dan alam bawah sadar Hana dengan cepat mulai kabur. Ia mulai bertanya-tanya apakah perangkat tersebut membantunya atau melayani kekuatan yang lebih jahat.

3. Latency merupakan perpaduan genre aksi, horor, dan thriller

5 Fakta Film Latency, Mengangkat Isu Teknologi Pengendali Pikirancuplikan film Latency (dok. Lionsgate/Latency)

Dengan sertifikat PG-13, Latency menawarkan pengalaman yang mendebarkan dengan kombinasi genre aksi, horor, dan thriller. Film ini berhasil menciptakan atmosfer yang menegangkan dan mempertanyakan batas antara realitas dan alam bawah sadar. Pengalaman menonton menjadi semakin intens dengan setiap adegan yang mempertanyakan apa yang nyata dan apa yang tidak.

Meskipun film ini memiliki kekurangan dalam hal cerita yang kurang berkembang, arahan Croke tetap menjadi salah satu poin kuat. Atmosfer yang imersif dan visual yang mengesankan adalah hasil dari arahan bergaya James Croke, yang telah menciptakan sebuah pengalaman sinematik yang tak terlupakan.

4. Latency diarahkan oleh sutradara berbakat

5 Fakta Film Latency, Mengangkat Isu Teknologi Pengendali Pikirancuplikan film Latency (dok. Lionsgate/Latency)

James Croke, sutradara film ini, telah menciptakan sebuah atmosfer yang imersif dengan arahan yang bergaya dan visual yang mengesankan. Meskipun film ini memiliki kekurangan dalam hal cerita yang kurang berkembang, arahan Croke tetap menjadi salah satu poin kuat. Dia telah menunjukkan kemampuan untuk menarik penonton ke dalam dunia yang ia ciptakan, membuat mereka merasa seolah-olah mereka adalah bagian dari cerita.

Croke telah berhasil menggabungkan elemen-elemen visual yang kuat dengan narasi menarik, meskipun terkadang terasa seperti ada banyak pertanyaan daripada jawaban. Namun, hal ini juga menambahkan lapisan misteri dan diskusi yang akan terus berlanjut bahkan setelah film berakhir.

5. Latency mengalami perubahan rating

5 Fakta Film Latency, Mengangkat Isu Teknologi Pengendali Pikirancuplikan film Latency (dok. Lionsgate/Latency)

Awalnya, Latency diberi rating R oleh MPA karena bahasa dan beberapa konten kekerasan sebelum akhirnya diedit menjadi PG-13. Perubahan ini menunjukkan upaya untuk menjangkau audiens yang lebih luas dengan mengurangi unsur-unsur yang mungkin terlalu intens. Ini adalah langkah yang cerdas yang memungkinkan lebih banyak orang untuk menikmati film tanpa mengorbankan esensi dari ceritanya.

Perubahan rating ini juga mencerminkan tren saat ini di industri film, di mana pembuat film berusaha untuk membuat karya mereka lebih dapat diakses oleh berbagai kelompok usia. Dengan demikian, Latency menjadi contoh bagaimana film dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan keinginan penonton modern.

Latency adalah film yang patut ditonton bagi mereka yang mencari cerita visual menegangkan dengan sentuhan fiksi ilmiah yang cerdas. Jadi, tunggu apa lagi? Siapkan diri kamu untuk menjelajahi dunia virtual yang penuh misteri dan temukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang membayangi Hana dalam film Latency.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Komedi Satir Terlucu, Ada Negeri Tanpa Telinga

Written by Aldifa Photo Community Writer Written by Aldifa

Halo! Salam kenal

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya