Sektor Pertanian Sumsel Kesulitan Mendapat Modal dari Perbankan

Padahal Komoditi pertanian unggulan Sumsel butuh modal besar

Intinya Sih...

  • Penyaluran kredit pertanian di Sumsel terhambat akibat sulitnya daerah penghasil produk pertanian menerima modal dari perbankan
  • Pemerintah mendukung sosialisasi dan edukasi kepada petani untuk bertemu langsung pihak perbankan guna menyelesaikan kendala penyaluran modal usaha sektor pertanian
  • Kesulitan penerimaan modal terhadap sektor pertanian menekan produksi komoditi penyumbang terbesar seperti cabai dan bawang merah, yang biaya produksinya cukup besar

Palembang, IDN Times - Penyaluran kredit sektor pertanian di Sumatra Selatan (Sumsel) mengalami hambatan, akibat daerah penghasil produk pertanian sulit menerima modal dari perbankan.

"Penyaluran permodalan sektor pertanian masih sulit. Pasalnya perbankan telah menganalisa catatan penyaluran ke pertanian tidak begitu baik," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumsel, Ricky P Gozali, Rabu (17/7/2024).

Baca Juga: Konsumsi Cabai dan Bawang Merah yang Tinggi Picu Inflasi Sumsel

1. Pemerintah berperan mengedukasi dan sosialisasi terhadap petani dengan perbankan

Sektor Pertanian Sumsel Kesulitan Mendapat Modal dari PerbankanPetani membawa sabit yang ditaruh di bagian belakang. (Pixabay.com/fransoopatrick)

Pengaruh penyaluran modal usaha sektor pertanian yang sulit, mendorong pemerintah berperan terhadap penyelesaian persoalan dengan mendukung sosialisasi dan edukasi kepada petani, seperti audiensi dan bertemu langsung pihak perbankan.

"Makanya ini kendala basic yang harus diselesaikan. Kita akan sosialisasi dan edukasi para petani, nanti akan kita buat kelompok-kelompok untuk dibantu bertemu perbankan,” kata dia. 

Baca Juga: OJK Catat Aset Kinerja Perbankan Sumbagsel Naik Rp324 Triliun

2. Hambatan dalam pemodalan petani berpengaruh terhadap produksi komoditas

Sektor Pertanian Sumsel Kesulitan Mendapat Modal dari PerbankanIlustrasi petani cabai. IDN Times/ Riyanto.

Kesulitan penerimaan modal terhadap sektor pertanian turut menekan produksi komoditi penyumbang terbesar seperti cabai dan bawang merah. Padahal secara demand atau permintaan konsumsi, kedua komoditi itu paling banyak peminat.

"Upaya yang ditawarkan dalam pengembangan bawang dan cabai merah di Sumsel dengan melibatkan semua komponen dari petani, distributor obat-obatan dan benih, serta dari perbankan selaku penyalur kredit usaha rakyat (KUR), Termasuk pasar yang akan menjamin harganya," jelas Ricky.

3. Petani Sumsel membutuhkan modal besar untuk produksi komoditas

Sektor Pertanian Sumsel Kesulitan Mendapat Modal dari Perbankanilustrasi pertanian (unsplash.com/James Baltz)

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel, Bambang Pramono menambahkan, persoalan produksi cabai dan bawang merah sulit berkembang karena biaya usaha tani dua komoditi itu cukup besar. 

Dia mencontohkan produksi padi kisaran maksimal sebesar Rp15 juta per hektar. Sedangkan cabai dan bawang merah biaya produksi bisa mencapai Rp70 juta sampai Rp80 juta per hektare. 

“Jadi memang faktor utama petani di Sumsel adalah modal usaha yang cukup besar,” timpalnya

4. Harga komoditas bisa jatuh saat panen raya karena tidak ada jaminan harga di pasar

Sektor Pertanian Sumsel Kesulitan Mendapat Modal dari Perbankanilustrasi pertanian (pixabay.com/DJI-Agras)

Menurut Bambang, kondisi produksi cabai dan bawang merah tidak diimbangi dengan jaminan pasar terhadap harga terhadap petani. Komoditas tersebut seringkali terjun bebas saat panen raya berlangsung.

“Saat panen raya harga jatuh, kadang kisaran di bawah Rp15 ribu per Kg, sedangkan BEP (Break Even Point) nya kisaran Rp30 ribu per Kg," kata dia.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Usaha Rakyat di Sumsel Tumbuh 39 Persen

Topik:

Berita Terkini Lainnya