Eksistensi Kopi Sumsel Melemah, Butuh Akselerasi Biaya Kredit

Padahal kopi Sumsel penyumbang produksi tertinggi di Sumatra

Intinya Sih...

  • Pemerintah dan stakeholder terkait perlu kolaborasi untuk akselerasi keuangan daerah.
  • Kopi Sumsel penyumbang produksi tertinggi di Sumatra, tetapi kurang tenar dan kesulitan modal.
  • OJK mendorong akselerasi keuangan daerah dengan mendukung produk lokal dan membangun kolaborasi lebih baik.

Palembang, IDN Times - Pemerintah berperan penting meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Kolaborasi pemerintah daerah dengan stakeholder terkait jadi langkah esensial menjalankan program akselerasi keuangan.

Pengembangan komoditi unggulan pun jadi upaya vital dalam membangun perniagaan dan Sumatra Selatan (Sumsel) mempunyai kopi yang berpotensi menyokong pertumbuhan ekonomi. Namun dilihat dari nilai pasar dan eksistensi perdagangan, kopi Sumsel masih kurang tenar dibandingkan daerah lain.

Padahal berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), komoditi kopi Sumsel menjadi penyumbang produksi tertinggi dengan luasan lahan terbesar di Sumatra selama 10 tahun terakhir.

Baca Juga: Dua Parpol Selain Gerindra Dikabarkan Usung Ratu Dewa di Pilwako 2024

1. Bisnis matching komoditi kopi di Sumsel belum terstruktur tepat

Eksistensi Kopi Sumsel Melemah, Butuh Akselerasi Biaya Kreditilustrasi biji kopi (pixabay.com/Ri_Ya)

Eksistensi kopi Sumsel yang melemah dipengaruhi karena merek dagang belum setenar wilayah lain. Belum lagi masalah pengembangan komoditas terhambat oleh akselerasi keuangan yang terbatas seperti kebutuhan modal tak optimal, akibat penyaluran kredit usaha ke petani kopi tersendat.

Petani kopi Sumsel sulit menerima modal dari perbankan karena organisasi serta struktur stakeholder untuk memaksimalkan pemasaran belum tersusun baik. Misalnya, antara asosiasi, petani dan pemerintah sebagai penyokong pengembangan kopi tidak teroptimalisasi seperti kelapa sawit.

"Bisnis matchingnya ini, dalam mengembangkan satu kebutuhan komoditi belum tepat, belum pas. Berbeda dengan kelapa sawit," ujar Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumbagsel Arifin Susanto.

2. OJK Sumbagsel turut berperan mendorong akselerasi keuangan daerah dari komoditas kopi

Eksistensi Kopi Sumsel Melemah, Butuh Akselerasi Biaya Kreditilustrasi perkebunan kopi (pixabay.com/danramirez)

Nilai produksi yang tinggi tak terlalu memengaruhi eksistensi komoditas, karena persoalan utama yang harus diatasi adalah meningkatkan merek komoditi didukung modal dan pembiayaan kredit dari perbankan agar petani mampu menyempurnakan hasil produk mereka terdistribusi optimal.

Hambatan perbankan sulit menyalurkan dan mencairkan kredit usaha sebagai modal dagang ke petani kopi juga karena sepanjang catatan niaga di perbankan, komoditi kopi mengalami distribusi kurang baik, faktor eksistensi komoditas kalah tenar.

"OJK ikut berperan mendorong akselerasi keuangan daerah dengan mendukung produk dan penjualan komoditas lokal. Maka itu perlu membangun kolaborasi lebih baik untuk Sumsel," kata dia.

3. Satgas Pasti OJK turut serta mendukung pertumbuhan ekonomi daerah

Eksistensi Kopi Sumsel Melemah, Butuh Akselerasi Biaya KreditKepala OJK Sumsel Arifin Susanto (Dok. OJK Sumsel Babel)

Percepatan akselerasi keuangan di satu wilayah juga berpenetrasi dari upaya-upaya pemerintah mengendalikan inflasi atau kenaikan harga komoditas dengan melibatkan pihak yang memiliki peran.

Sejumlah organisasi dengan tanggung jawab memperbaiki keuangan daerah mencakup Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD).

"Termasuk support Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD), Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas Pasti) serta satgas ketahangan pangan," timpal dia.

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya